Mengapresiasi Patroli Dialogis Antisipasi Penyebaran Radikalisme
Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus mengintensifkan kegiatan patroli secara dialogis untuk mengantisipasi bagaimana berbahayanya paham radikalisme agar tidak tersebar luas di tengah masyarakat.
Memang upaya pemberian sosialisasi dari aparat keamanan mengenai bahayanya sikap intoleransi, terorisme dan juga radikalisme kepada seluruh masyarakat menjadi sangat penting untuk dilakukan. Karena sekaligus juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya untuk terus menjaga sikap toleransi dan kerukunan dalam berwarga negara.
Terlebih, ketika paham radikalisme, intoleransi dan terorisme itu terus dibiarkan menyebar luas, tentu dapat mengancam keamanan dan ketertiban di masyarakat sendiri. Bukan hanya itu, namun aparat keamanan juga memberikan sosialisasi mengenai berbagai program pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) serta memberikan pula informasi tentang bagaimana cara melaporkan jika warga meneukan tindak kejahatan seperti terorisme atau radikalisme.
Adanya patroli dialogis itu kemudian mendapatkan respon yang sangat positif dari seluruh masyarakat, karena mereka semua menyambut dengan sangat baik adanya kehadiran petugas aparat keamanan dan juga mengapresiasi tinggi bagaimana upaya aparat dalam memberikan edukasi mengenai bahayanya sikap radikal, intoleransi dan terorisme.
Tentunya selama ini aparat keamanan sendiri memiliki komitmen yang sangat kuat untuk terus melakukan patroli dialogis dan juga memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Bukan hanya kepada warga secara umum saja, namun aparat keamanan juga menggandeng para tokoh dan pemuka agama setempat. Mereka terus memperat hubungan silaturahmi guna mencegah dan menangkal penyebarluasan paham radikalisme dan terorisme.
Saat melaksanakan kegiatan sambang dengan tokoh agama di Masjid Baitul Ula, Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Hedy mengimbau tokoh agama untuk mampu berperan aktif dalam upaya menjaga kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan guna mencegah berbagai macam bentuk gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) serta senantiasa untuk menjaga kerukunan antar warga.
Selain itu, tokoh agama diharapkan mampu bekerja sama untuk mencegah dan memerangi masuknya paham radikalisme dan terorisme dengan terus memberikan pemahaman agama yang baik dan benar, khususnya di lingkungan keluarga, pondok pesantren (Ponpes), masjid dan perkumpulan pengajian.
Kegiatan ini kemudian mendapatkan respon yang sangat positif dari takmir masjid karena mampu mewujudkan kedekatan dengan warga dan juga sebagai wujud nyata akan kepedulian untuk menjaga lingkungan tetap aman dan kondusif serta menjadikan tokoh agama sangat siap bekerja sama dalam memerangi dan menangkal paham radikalisme serta terorisme.
Namun, hendaknya bukan hanya dari aparat keamanan saja upaya dalam menangkal paham radikalisme itu digencarkan. Akan tetapi hal tersebut harus disertai pula kontribusi aktif dari masyarakat.
Adanya pendidikan karakter merupakan sebuah upaya akan penanaman akan berbagai macam nilai moral kepada generasi muda yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk senantiasa melaksanakan berbagai nilai kebaikan dan kebajikan dalam hidup mereka.
Hal tersebut nantinya akan mampu berdampak bukan hanya kepada diri sendiri saja, tapi juga pada sesama, lingkungan maupun pada bangsa ini agar ke depannya mereka mampu menjadi manusia yang berakhlak baik.
Karena karakter yang baik itu dimanifestasikan dalam kebiasaan dalam perilaku sehari-hari, termasuk juga sejak dalam buah pikiran yang jernih, hati yang baok dan juga tingkah laku yang santun. Berkarakter yang baik berarti generasi muda itu mengetahui hal yang baik, mencintai kebaikan dan juga melakukan hal baik.
Berbagai macam pemahaman tersebut seharusnya mampu mewakili bagaimana pendidikan memang sangat dibutuhkan untuk setiap orang. Bahkan pendidikan merupakan media utama untuk mengukur bagaimana kualitas orang dalam membangun moral dan kepribadian mereka. Maka dari itu menjadi sangat relevan apabila pendidikan karakter tang dioptimalkan akan mampu menjadi penangkal radikalisme di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa sikap radikalisme itu kerap kali menjadi sebuah permasalahan yang sangat serius dan terus menghantui seluruh masyarakat di Tanah Air karena biasanya kurangnya literasi dalam hidup bersosial. Kebanyakan diantara masyarakat yang terpapat oleh paham radikal adalah mereka yang sangat mudah untuk menerima isu dan kurang mampu berinteraksi hingga kurang berkomunikasi yang mengakibatkan diri mereka gagap dalam memahami bagaimana pola penyebaran radikalisme di Tanah Air.
Untuk bisa menghadapi adanya ancaman itu, maka pihak yang telah sadar akan bagaimana bahayanya paham radikalisme, terorisme dan intolernasi herusnya juga mampu berperan aktif dalam memeranginya, termasuk menggalakkan banyak narasi di media sosial sebagai upaya menandingi narasi propaganda kaum radikal.
Salah satu peran yang bisa dilakukan yakni memanfaatkan dunia maya atau media sosial sebagai alternatif dalam membangun mental generasi muda ataupun seseorang untuk bisa menjadi pribadi yang nasionalis.
Kolaborasi antara masyarakat dan aparat keamanan, melalui galak kegiatan patroli dialogis dari Polri juga menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi bagaimana berbahayanya ancaman dari paham radikal jika terus dibiarkan menyebar di tengah warga.