Mengapresiasi Pelaksanaan IPU di Bali
Oleh : Made Raditya )*
Inter Parliamentary Union (IPU) akan dilaksanakan di Bali. Masyarakat pun mengapresiasi pelaksanaan forum internasional tersebut karena sangat menguntungkan bagi Indonesia karena akan memajukan sektor pariwisata.
Bali menjadi wilayah di Indonesia yang dipercaya menjadi tempat digelarnya forum-forum internasional. Nanti pada akhir tahun akan ada KTT G20 dan sebelumnya ada IPU, Inter Parliamentary Union. Forum yang membidangi negosiasi politik antar negara ini memiliki 157 parlemen negara anggota dan 9 associate member.
Tanggal 20-24 maret IPU akan benar-benar dilaksanakan di Bali. Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR RI menyatakan bahwa IPU ke-44 akan menjadi momen penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mengatasi tantangan pandemi corona.
Putu Supadma menambahkan, IPU akan bermanfaat bagi Indonesia karena bisa ‘menjual’ sektor pariwisata. Artinya, para delegasi dari anggota IPU akan melihat eksotisme Bali dan mereka akan terpesona, sehingga extend alias memperpanjang kunjungannya di Indonesia. Mereka ingin mereguk kesenangan di Pulau Dewata setelah penat dengan rapat-rapat di IPU.
Pelaksanaan IPU memang wajib diapresiasi karena bisa menaikkan kembali sektor pariwisata di Indonesia, dan menunjukkan bahwa turis bisa aman di sana. Dalam artian, semua tempat mulai dari hotel, cafe, pub, sampai pantai, mematuhi protokol kesehatan 10M. Sehingga para turis asing bisa bersantai tanpa takut tertular corona. Delegasi negara anggota IPU juga mengunggah foto-foto di media sosial dan mempromosikan pariwisata Indonesia.
Apresiasi juga patut diberikan karena IPU akan membahas tentang climate change alias perubahan iklim. Isu tentang iklim dan lingkungan memang sangat penting untuk dibahas. Sehingga nanti para delegasi anggota IPU sadar bahwa perubahan lingkungan itu nyata adanya. Diharap perubahan itu bisa lebih baik sehingga semuanya lebih cinta lingkungan dan berkomitmen mengurangi pemanasan global.
Di Bali ada ajaran Trihita Karana. Yakni, bagaimana hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan yang kuasa dan manusia dengan alam. Itu menjadi satu tolak ukur atau konsep yang mungkin bisa menjadi sumbangsih nyata kepada dunia untuk bagaimana ke depan dapat lebih menjaga bumi dan lingkungan. Ajaran ini akan dikemukakan di IPU dan filosofinya disebar sehingga diresapi oleh para delegasi.
Isu climate change sangat penting karena era industri membawa dampak negatif yakni pemanasan global. Jangan sampai ini terjadi selama bertahun-tahun sehingga suhu bumi meningkat dan es di kutub mencair, sehingga negara-negara di sekitarnya bisa tenggelam.
Indonesia saat ini juga terus memperkenalkan green economy. Sektor ekonomi tetap berjalan tetapi tetap cinta bumi. Sebagai contoh adalah meminimalisir penggunaan kemasan plastik dan stryfoam dan diganti dengan bungkus kertas, kardus, atau besek anyaman bambu. Benda-benda tersebut lebih ramah lingkungan karena bisa terurai di tanah, beda dengan plastik yang susah terurai.
Pelaksanaan IPU juga patut diapresiasi karena Indonesia selalu dipercaya jadi tuan rumah sebuah forum internasional. Berarti posisi negeri kita di pergaulan internasional juga dihormati. Walau berstatus negara berkembang, tetapi negara-negara maju tetap menghormati Indonesia dan tidak memandang remeh, malah menghargai karena pemerintah punya ide-ide cemerlang.
Pelaksanaan IPU di Bali pada Maret 2022 nanti patut kita hargai karena forum internasional itu bukan sekadar rapat basa-basi. Melainkan mengukuhkan posisi Indonesia di pergaulan internasional. IPU akan bisa menjual dan menaikkan lagi sektor pariwisata di Pulau Dewata yang sempat down akibat efek pandemi, sehingga pebisnis hotel dan lain-lain di sana bisa bangkit lagi.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini