Mengapresiasi Penurunan Aksi Teror Sepanjang 2021
Oleh : Kenia Ayu )*
Masyarakat mengapresiasi penurunan aksi teror sepanjang 2021 sebagai bukti sinergitas TNI, Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dengan masyarakat. Namun demikian, setiap pihak diharapkan tidak terbuai dengan fakta tersebut karena hingga saat ini penyebaran paham radikal masih terus terjadi.
Radikalisme dan terorisme berbahaya karena bisa menghancurkan Indonesia. Kita tentu masih ingat tragisnya Bom Bali, Bom Sarinah, dan pengeboman lain yang dilakukan oleh kelompok teroris. Mereka melakukan tindak kekerasan sampai mengambil nyawa orang, dan terorisme adalah kejahatan besar karena terstruktur dan korban maupun pelaku bisa sama-sama tewas dengan mengenaskan.
Pengeboman adalah ciri khas serangan dari kelompok teroris. Mereka mengamuk karena meminta konsep negara diganti jadi khalifah. Padahal mereka sama sekali tidak berkontribusi saat zaman penjajahan dan ketika era kemerdekaan juga tidak membantu sama sekali.
Ada kabar gembira bahwa kita sudah melawan terorisme dengan ketat. Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa serangan teroris pada tahun 2021 menurun lebih dari 50%, jika dibandingkan dengan tahun 2022. Dalam artian, serangan dari kelompok teroris makin diminimalisir dan tidak ada tragedi yang memakan sampai puluhan korban jiwa seperti saat peristiwa bom bali.
Jenderal Sigit menambahkan, menurunnya serangan teroris karena Densus 88 antiteror melakukan tindakan preventif, dengan penangkapan teroris di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam artian, memang lebih baik mencegah daripada mengobati dan tindakan pencegahan dengan penangkapan jauh lebih efektif.
Beberapa kali ada berita penangkapan terduga teroris dan publik kaget karena tak menyangka bahwa yang ditangkap terlibat kasus terorisme dan radikalisme, seperti pada saat seorang lengajar ditangkap karena menjadi pengurus badan amal yang ternyata dananya untuk kegiatan terorisme. Penangkapan bagi aparat keamanan sangat wajar karena sudah ada penyelidikan terlebih dahulu dan mereka menjamin bahwa tak akan salah tangkap.
Ketika ada penangkapan maka terlihat bahwa kelompok teroris dan radikal pandai sekali menyamar dan membaur di masyarakat dengan liciknya. Sehingga saat penangkapan, banyak yang tidak percaya. Padahal ia telah melakukan kejahatan besar dengan mendukung terorisme.
Penangkapan demi pencegahan terorisme memang boleh dilakukan. Hal ini bukan kecurigaan atau paranoid, tetapi sebuah tindakan preventif demi keselamatan rakyat Indonesia yang dilaksanakan oleh semua stakeholder keamanan, baik TNI, Polri, maupun BIN. Jika ada penangkapan maka sudah pasti ia bersalah dan tak bisa berkelit, dan masyarakat jangan membelanya karena teroris umumnya menggunakan topeng demi menarik simpati masyarakat.
Tindakan pencegahan dilakukan demi keselamatan bersama. Bayangkan jika teroris dibiarkan saja. Berapa banyak bangunan yang akan rusak? Jika itu sebuah gedung maka bisa dibangun ulang tetapi ketika di dalamnya ada banyak orang, bisa mengancam nyawa dan korban jiwa tidak bisa hidup lagi.
Oleh karena itu seluruh aparat keamanan makin gencar dalam melakukan tindakan pencegahan. Selain meneliti per kasus dan menginterogasi tersangka, maka juga dibantu oleh intelijen agar ada pencerahan, separah apakah jaringan terorisme di Indonesia?
Penyelidikan tentang keterkaitan jaringan terorisme memang harus dilakukan sejak ada pengakuan dari saksi kunci yang menyatakan bahwa Munarman juga terlibat jaringan teroris MILF di Filipina. Kasus ini terus diselidiki karena jangan sampai kelompok tersebut malah jadi penyuplai bahan bom dan senjata api ke teroris Indonesia.
Tindak pencegahan terorisme dilakukan oleh Aparat keamanan demi keamanan rakyat. Mereka wajib dilindungi agar tidak terkena serangan teroris. Penyelidikan juga terus dilakukan agar terkuak siapa dalang di balik serangan terorisme di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute