Mengapresiasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Oleh : Agung Suwandaru )*
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan kabar baik, tentu saja ini menunjukkan optimisme Indonesia dalam memperkuat perekonomian dalam situasi pandemi.
Pada 5 November 2021, Margo Yuwono selaku Kepala BPS melaporkan produk domestik bruto (PDB) Tanah Air pada bulan Juli-September 2021 dapat tumbuh sebesar 3,51% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jauh melambat dibandingkan pencapaian kuartal II-2021 yang tumbuh 7.07% yoy, terbaik sejak 2004.
Sementara itu jika dibandingkan dengan kuartal II-2021 (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi Indonesia dapat tumbuh sebesar 1,55%. Median proyeksi pasar memperkirakan bahwa ekonomi Tanah Air pada kuartal III-2021 tumbuh 3,61% yoy. Proyeksi tertinggi ada di 4,5% yoy dan terendah 3,23 yoy.
Sebagian responden memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk sepanjang 2021. Angka media proyeksi juga sebesar 3,61 %. Kalau yang ini, jauh membaik ketimbang 2020 yang -2,0%. Sebagai perbandingan, konsensus pasar versi Reuters menghasilkan angka 3,76 yoy untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021. Sementara pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 diramal 3,4 %.
Selain itu yang perlu kita ketahui adalah adanya data aktivitas manufaktur, IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) di Indonesia pada bulan Oktober 2021 adalah 57,2/ melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52.2 sekaligus menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Apabila sudah di atas 50, artinya dunia usaha tengah menjalani fase ekspansi. Keterangan tertulis dari IHS Markit menunjukkan bahwa Pelonggaran restriksi membuat sektor manufaktur Indonesia tumbuh hingga mencatat rekor baru. Penciptaan lapangan kerja tumbuh positif, kali pertama dalam empat bulan terakhir, sementara pembelian bahan baku naik dan mengukir rekor tertinggi.
Namun yang mendongkrak PMI manufaktur Indoneisa pada Oktober 2021, lanjut IHS Markit, adalah pemesanan baru (new orders). Dunia usaha mengaku bahwa permintaan tumbuh dan ekonomi berangsur bangkit karena situasi pandemi virus corona.
Tingginya permintaan membuat dunia usaha melakukan ekspansi dengan meningkatkan kapasitas produksi. Hasilnyam lapangan kerja pun tercipta meski belum signifikan.
Jingy Pan, Economics Associates Director IHS Markit menyatakan kepercayaan diri dunia usaha sudah pulih. Ini terlihat dari peningkatan future Output Index dan tambahan rekrutmen pekerja.
Perlu diketahui, bahwa manufaktur merupakan penyumbang terbeesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi lapangan usaha. Sehingga jika manufaktur melejit, niscaya pertumbuhan ekonomi akan terungkit.
Data selanjutnya adalah Inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,12% pada Oktober 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (mont-to-month/mtm). Hal ini tentu saja membuat inflasi tahunan (yoy) menjadi 1,66%.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun, Indonesia diperkirakan mengalami inflasi 0.09% mtm. Artinya, laju inflasi sedikit lebih cepat daripada ekspektasi pasar. Sementara inflasi inti pada bulan Oktober 2021 tercatat pada angka 1,33 % yoy. Lebih tinggi dibandingkan bulan September 2021 yang sebesar 1,3% dan menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Inflasi inti kerap dijadikan indikator untuk mengukur kekuatan daya beli. Sebab, inflasi inti berisi harga barang dan jasa yang persisten, bendel, tidak mudah naik-turun. Kalau harga barang dan jasa yang tergolong komponen inti naik, artinya konsumen rela dan sudah rela membayar lebih, hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat sudah lebih kuat.
Sama seperti halnya aktivitas manufaktur, laju inflasi pun terakselerasi selepas pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Permintaan yang meningkat karena masyarakat sudah tidak menjalani #dirumahaja yang menebabkan tekanan inflasi.
Di satu sisi, percepatan laju inflasi memang perlu diwaspadai. Namun di sisi lain, hal ini juga menandakan akan adanya peningkatan permintaan yang berarti konsumsi rumah tangga sudah mulai bangkit setelah tertekan akibat PPKM ketat.
Berita baik ini tentu saja menjadi titik optimisme perekonomian nasional, karena bukan tidak mungkin perekonomian Indonesia pada tahun depan akan mengalami start yang impresif. Sehingga kebangkitan perekonomian Indonesia sudah ada di depan mata.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Khatulistiwa