Mengapresiasi Upaya Pemerintah Cegah Penularan PMK
Oleh : Aldia Putra )*
Epidemiolog mengapresiasi upaya Pemerintah dalam mencegah penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Apresiasi ini telah menunjukkan bahwa penanganan wabah penyakit yang menyerang hewan ternak tersebut telah berada di jalur yang tepat.
Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Dudiman memberikan apresiasinya atas upaya Pemerintah yang dinilai benar-benar serius dalam penanganan wabah PMK yang menjangkiti sejumlah hewan ternak sapi. Pemerintah bahkan telah menyiapkan sejumlah anggaran dalam upaya penanganan dan pengendalian wabah tersebut.
Dicky menuturkan apabila semisal tidak ada respons dan upaya yang cepat, maka tentu wabah akan langsung mengalami penularan dengan sangatlah masif dan akan berdampak jauh lebih buruk lagi ke depannya, bukan hanya pada para hewan itu sendiri, namun bisa saja berdampak pada manusia dan termasuk pada kesehatan lingkungan.
Lebih lanjut, Dicky juga mengusulkan agar seluruh pihak harus melakukan sinergi satu sama lain supaya penanganan wabah PMK ini bisa dengan optimal dilakukan, mulai dari Dinas Kesehatan, Departemen Agama dan seluruh pihak terkait.
Bayangkan bagaimana jadinya jika tidak ada sinergitas antara berbagai pihak terkait, maka jelas saja penanganan PMK tidak akan menjadi optimal. Karena sejatinya dalam wabah ini terdapat banyak kesinambungan, bukan hanya sekedar kesehatan hewan ternak yang harus dijaga, namun termasuk juga kesehatan dari para peternak itu sendiri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sudah disiapkan sebanyak 3 juta dosis vaksin, termasuk juga penyediaan obat PMK dan vitamin yang telah siap didistribusikan termasuk pula dana cadangan untuk memberikan kompensasi kepada tindakan pemusnahan ternak jika mereka sudah terinfeksi PMK. Selain itu, terdapat pula pembentukan Satgas Penanganan PMK di Tingkat Nasional sebagaimana keputusan yang diberikan oleh Ketua Komite PC-PEN dalam keputusan Nomor 2/2022.
Dosen Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Epidemiolog Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis di Institut Pertanian Bogor (IPB) Denny Widaya Lukman mengatakan alangkah lebih baik apabila pemberian vaksin dilakukan pada hewan yang masih sehat dan belum akan dipotong sebagai hewan kurban atau bisa dikatakan pada sapi bibit.
Hal tersebut dikarenakan vaksinasi bukanlah merupakan obat ajaib yang bisa langsung menyembuhkan penyakit, melainkan setidaknya membutuhkan waktu sampai sekitar 14 hari untuk membentuk kekebalan tubuh. Meski begitu, dirinya sangatlah mengapresiasi kinerja cepat tanggah dari Pemerintah dalam situasi gawat darurat seperti ini.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan tindakan lain yang bisa dilakukan dalam upaya pemberantasan mata rantai penularan wabah PMK ini adalah dengan melakukan pembatasan lalu lintas hewan ternak. Jadi harus dibentuk pos-pos tertentu di setiap daerah perbatasan untuk benar-benar bisa memeriksa para hewan ternak tersebut mengenai kondisi kesehatan mereka.
Tidak cukup jika hanya penanganan pada hewan ternak semata, juga membeberkan bahwa para peternak sendiri harus mampu melakukan identifikasi wabah PMK secara mandiri. Untuk itu, sangat penting adanya sosialisasi dan edukasi kepada para peternak.
Sementara itu, selama perayaan Idul Adha pihak Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pasokan daging sapi sangat mencukupi. Tentunya sesuai dengan masukan para Epidemiolog, bahwa Pemerintah sendiri memang telah mengoptimalkan berbagai macam cara termasuk dengan menjalin sinergitas dengan berbagai sektor lain.
Termasuk juga di dalamnya terdapat posko crisis center yang akan diawasi terus secara aktif, terdapat tenaga medis hewan yang sudah siap bekerja untuk menangani dan membantu pengoptimalan pemutusan wabah PMK, termasuk juga edukasi dan penyuluhan kepada seluruh masyarakat, khususnya para peternak terus digencarkan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan kepada seluruh masyarakat agar tidak terlalu khawatir dan tidak panik secara berlebihan lantaran segala hal sudah dipersiapkan bahkan Pemerintah sendiri terus bekerja dengan extraordinary demi penanganan wabah ini.
Mentan Syahrul sama sekali tidak ingin menganggap enteng wabah PMK ini, maka dari itu peningkatan kinerja dengan bekerja keras sekaligus melakukan sinergi terus ditingkatkan. Hasilnya adalah sebagaimana laporan yang diberikan, bahwa memang telah terjadi tingkat kesembuhan pada para ternak dengan trend yang sangat menggembirakan.
Terkait dengan masukan salah satu Epidemiolog mengenai pemberian vaksin yang lebih efektif pada sapi bibit dan sapi perah pun juga sudah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sukabumi dengan memeriksa ratusan hewan ternak pada 7 kecamatan da sebanyak 33 hewan dari 36 titik diberikan vaksin.
Bukan hanya itu, pihak Kementerian Pertanian juga sudah memintakan fatwa kepada MUI mengenai wabah PMK yang menjangkiti hewan ternak, utamanya menjelang hingga saat Idul Adha. Terlebih, dirinya menegaskan bahwa meski wabah ini ada, namun ternyata tidak membahayakan bagi manusia, sehingga negara benar-benar menunjukkan kehadirannya untuk kepentingan seluruh rakyat.
Seluruh masukan Epidemiolog kepada pemerintah telah dijalankan dengan sebaik mungkin. Seluruhnya memang demi bisa mencegah wabah PMK terus menyebar, utamanya saat perayaan Idul Adha seperti sekarang ini. Pemerintah sendiri telah dengan sangat optimal melakukan berbagai macam langkah dan strategi untuk mewujudkan hal tersebut.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute