Mengapresiasi Upaya Pemerintah Menekan Penularan Covid-19
Oleh : Putu Prawira
Ketika pandemi belum berakhir dan masih banyak WNI yang menunggu divaksin, maka pemerintah melakukan berbagai cara untuk menekan penyebaran corona. Dari awal tahun 2021, diberlakukan PSBB sampai 2 kali. Selain itu, ada pula program sosialisasi perubahan perilaku, agar masyarakat sadar dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Jumlah pasien corona yang terus menanjak, menjadi lebih dari 6.000 orang per hari, tentu membuat masyarakat riskan. Mereka tentu tak mau tertular penyakit ini dan harus diisolasi di RS selama 2 minggu. Namun sayangnya di tengah situasi pelik, malah ada yang kendor dan malas-malasan memakai masker, serta cuek bepergian ke mana-mana.
Untuk mengatasi agar corona tidak semakin menyebar, maka pemerintah daerah DKI Jakarta kembali melakukan razia masker di beberapa titik ramai. Jika ada yang ketahuan tidak mengenakan masker, maka akan didenda sebesar 250.000 rupiah atau harus melakukan kerja sosial.
Sementara, pemerintah pusat menerapkan PSBB lagi mulai awal januari 2021, selama 2 minggu. PSBB dilakukan karena jumlah pasien corona naik drastis, mungkin akibat euforia libur akhir tahun, sehingga banyak masyarakat yang melakukan mobilitas ke luar kota. Sehingga mereka terpapar corona saat dalam perjalanan.
PSBB diberlakukan lagi untuk kedua kalinya hingga awal februari 2021. Dalam pembatasan ini, maka aktivitas masyarakat di luar rumah sanagt dibatasi. Minimarket, rumah makan, dan tempat keramaian lain hanya boleh beroperasi hingga pukul 8 malam. Para karyawan harus bekerja dari rumah selama 75% jatah hari kerja, dan anak-anak masih melanjutkan school from home.
Selain itu, ada program baru dalam mengatasi corona, yakni sosialisasi perubahan perilaku. Menurut juru bicara tim satgas covid, dokter Wiku Adisasmito, memang tidak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat. Namun jika ingin ada pengendalian penyebaran corona, maka yang diubah adalah perilaku banyak orang. Tujuannya agar mereka disiplin menaati protokol kesehatan.
Untuk mengawasi perilaku masyarakat, maka pemerintah membuat sistem monitoring bersatu lawan covid-19 (BLC). Jadi di tempat keramaian seperti Mall dan pasar, ada monitoring yang lebih ketat dari Satpol PP dan tim satgas penanganan covid, agar masyarakat tetap menjaga jarak. Serta harus memakai masker yang sesuai dengan standar WHO.
Dokter Wiku melanjutkan, dari 512 Kota/Kabupaten yang diawasi oleh BLC, baru 20,9% masyarakatnya yang memakai masker. Sedangkan jumlah orang yang menjaga jarak baru 16,9%. Hal ini tentu amat menyedihkan, karena banyak orang yang tidak mau kena corona tapi malas menaati protokol kesehatan.
Pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan mengirim SMS agar memakai masker ketika pergi keluar rumah. Selain itu, ada pula lagu berjudul ‘ingat pesan ibu’ yang berisi anjuran untuk mengikut protokol, seperti rajin cuci tangan dan menjaga jarak. diharapkan masyarakat akan lebih mudah menaatinya ketika sering mendengarkan lagu ini.
Semua upaya yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan agar mencegah penyebaran corona. Karena walau vaksin Sinovac sudah mendarat, namun pada tahap 1 penyuntikan, baru diberikan kepada para tenaga kesehatan. Prioritas diberikan bagi nakes karena mereka yang lebih mudah tertular corona di RS.
Ingatlah pepatah ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Sambil menunggu giliran divaksin, maka kita masih wajib memakai masker kain 3 lapis, rajin cuci tangan, emmbawa hand sanitizer, dan menjaga jarak. Perbaiki imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan rajin berolahraga.
Program yang dibuat oleh pemerintah tidak ada gunanya jika masyarakat malas untuk menaatinya. Hanya dengan kedisiplinan dan ketaatan dalam menerapkan protokol kesehatan, maka kita semua bisa bebas dari serangan corona. Tahan diri dan jangan bepergian ke luar kota jika tidak ada keperluan yang mendesak.
(Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)