Mengecam Tindakan Bengis KST Papua Terhadap Masyarakat
Oleh : Timotius Gobay )*
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua terus menebar teror kepada semua pihak, termasuk menyerang Aparat Keamanan hingga rakyat sipil. Aksi bengis itu mendapat kecaman masyarakat dan berharap adanya sebuah tindakan tegas bagi KST.
Sugapa, Kabupaten Intan Jaya menjadi saksi terjadinya baku tembak antara aparat TNI dengan Kelompok Separatis Teroris (KST). Kejadian tersebut tentu saja menambah daftar ketegangan di Papua berkat aksi brutal KST.
Akibat baku tembak tersebut, seorang anggota TNI bernama Sertu Robertus Simbolon dari Satgas YPR 305/Tengkorak dilaporkan meninggal dunia. Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kavaleri Herman Taryaman mengatakan, baku tembak tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 WIT. Atas kejadian tersebut aparat terus bersiaga guna mengantisipasi serangan dari KST.
Sementara itu Sebby Sambom selaku juru bicara (jubir) OPM mengklaim bahwa pihaknya yang menembak satu anggota TNI hingga tewas di Sugapa, Intan Jaya.
Dalam beberapa pekan terakhir situasi di Papua masih memanas. Hingga hari ini TNI dan Polri juga belum berhasil membebaskan Pilot Susi Air yang disandera KB sejak pertengahan Februari 2023.
Meski demikian Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyatakan bahwa pihaknya enggan mengerahkan kekuatan TNI untuk membebaskan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens. Yudo mengklaim tetap akan berupaya membebaskan Pilot Philip dengan cara-cara persuasif melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Sebelumnya teror oleh KST juga mengancam keamanan di wilayah pegunungan Papua. Selain di Kabupaten Yakuhimo Puncak dan Kabupaten Nduga, KKB juga menembaki pesawat di Bandara Bilogai, Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Penembakan berlangsung saat pesawat hendak melakukan pendaratan di Bandara Bilogai. Akibat insiden tersebut, aktivitas penerbangan dan operasional bandara sempat diberhentikan selama satu hari dengan alasan keamanan.
Kapolres Intan Jaya AKBP Afrizal Asri mengatakan, posisi penembakan cukup jauh dari bandara sehingga aksi tersebut tidak sampai mengenai badan pesawat.
Aksi teror yang dilancarkan oleh KST Papua tentu saja bukan sekali terjadi, banyak aksi sporadis yang meresahan masyarakat Papua, seperti pembakaran fasilitas umum dan penembakan yang dilakukan secara keji.
Papua merupakan wilayah yang kompleks secara demografi, sehingga penyelesaian permasalahan terhadap KST merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. KST kerap menggunakan tenaganya untuk mencabik-cabik harmonisasi di Papua, dengan tujuan untuk membangun suasana kebencian dan permusuhan antar anak bangsa.
Aparat TNI-Polri dan masyarakat Papua sudah semestinya bersatu untuk melawan aksi separatis yang dilakukan oleh KST. KST telah terbukti menebarkan teror, alih-alih mereka berjuang menuntut referendum, mereka justru kerap menebar fitnah untuk bersembunyi di balik kata HAM agar mendapatkan simpati dari negara lain.
Aksi penembakan yang telah dilakukan oleh KST menjadi bukti bahwa gerombolan teroris di Papua masih menunjukkan eksistensinya. Mereka yang mengaku pejuang untuk kemerdekaan Papua nyatanya kerap meninggalkan luka kepada sesama warga Papua.
Pembangunan di Papua tentu saja bisa terhambat jika wilayah tersebut menjadi sarang KST untuk merencanakan dan menebarkan ancaman dan teror. Wajar jika kemudian warga sipil di Papua akan mendukung penangkapan anggota KST. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah lelah dengan beragam ulah dari KST yang kerap menebarkan teror.
KST seakan seperti benalu yang menggerogoti kebahagiaan dan kedamaian masyarakat Papua. Aksi mereka telah terbukti merusak fasilitas umum dan menghambat pembangunan yang tengah digencarkan oleh pemerintah.
Aksi biadab yang dilakukan oleh kelompok teroris di Papua tersebut telah merusak sisi keindahan Papua. Papua yang indah justru menjadi rusak karena ulah KST yang gemar membuat keonaran.
Pada kesempatan sebelumnya, Yorrys Raweyai selaku anggota DPD RI dari Papua meminta kepada pemerintah untuk memberangkus KST hingga ke akar-akarnya. Dalam artian, KST wajib diberangus karena dinilai merugikan masyarakat Papua hingga membuat mereka terancam, tentu saja keberadaan teror terus-menerus tersebut dapat merusak mental masyarakat.
Serangan dari KST akan memaksa pasar menonaktifkan aktivitas jual beli, hal ini tentu saja sangat merugikan masyarakat, karena akan banyak masyarakat Papua yang kehilangan penghasilan.
Di sisi lain, masyarakat Papua jangan sampai termakan propaganda ataupun hoaks dari anggota KST yang dilakukan untuk mengambil simpati warga Papua. Tindakan tegas dari aparat merupakan bentuk perlindungan kepada Papua, bukan pelanggaran HAM ataupun upaya militerisasi Papua.
Apalagi kelompok yang kerap berlindung di balik nama HAM tersebut justru telah terbukti melakukan pelanggaran HAM. Pasalnya mereka justru melakukan penyerangan berupa tembakan kepada personel aparat keamanan gabungan di lingkungan masjid saat mengamankan ibadah salat tarawih.
Insiden penembakan tersebut terjadi pada 25 Maret 2023, di Masjid Al Amaliah Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Pegunungan. Atas kejadian tersebut tercatat 3 korban dari aparat TNI-Polri di mana dua di antaranya meninggal dunia.
Segala rekam jejak kerusuhan atau keonaran yang dilancarkan KST telah menjadi bukti bahwa KST harus diperangi. Aparat TNI-Polri perlu lebih tegas dalam menindak KST di mana anggotanya kerap merusak kedamaian di Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo