Mengenal Maskot Asian Games 2018
Jakarta, LSISI.ID – Tak lama lagi pesta olahraga negara-negara Asia, Asian Games, dimulai. Bertempat di Jakarta, dan Palembang, Sumatera Selatan, serta beberapa tempat di daerah Jawa Barat dan Banten. Perhelatan tingkat Asia itu akan berlangsung mulai tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018 mendatang.
Dilansir dari BBC Indonesia, Olympic Council of Asia (OCA) meresmikan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 pada Sabtu, 20 September 2014 setelah Vietnam menyerahkan haknya karena masalah keuangan.
Menurut presiden OCA, Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah, dari banyaknya permintaan berbagai negara di kawasan Asia, Indonesia merupakan yang paling serius. Sementara Rita Subowo, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat pada saat itu mengatakan bahwa menjadi tuan rumah Asian Games lagi merupakan impian bangsa Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962.
Sejak keputusan OCA tersebut, berbagai persiapan pun dilakukan Indonesia untuk menyambut para tamu dari berbagai negara di benua Asia, mulai dari merenovasi Stadion Gelora Bung Karno yang akan digunakan sebagai tempat upacara pembukaan pada 18 Agustus 2018, memperbaiki sarana dan prasarana transportasi, sampai dengan menentukan logo dan maskot Asian Games 2018.
Pada 28 Juli 2016 silam, Indonesia meresmikan logo dan maskot Asian Games 2018, yang merupakan hasil karya pemenang lomba pembuatan logo dan maskot dengan tema “The Energy of Asia”.
Logo Asian Games 2018 terinspirasi Stadion Utama Gelora Bung Karno dan tiga ekor satwa khas Indonesia menjadi maskotnya.
Ketiga satwa khas tersebut adalah burung cendrawasih, rusa bawean dan badak bercula satu, Bhin Bhin, Atung, dan Ika.
Kompas menyebutkan pemilihan ketiga hewan tersebut mencerminkan slogan Bhinneka Tunggal Ika. Sementara Kumparan menuliskan bahwa ketiganya merupakan lambang dari keanekaragaman hayati di Indonesia karena berasal dari tiga wilayah yang berbeda.
Lebih jauh lagi, dengan memilih ketiga hewan khas Indonesia sebagai maskot, diharapkan kesadaran masyarakat umum meningkat untuk melindungi ketiga hewan ini dari kepunahan akibat perusakan habitat dan perburuan.
Bhin Bhin, cendrawasih adalah burung khas dari pulau paling timur Indonesia, Papua. Si cantik yang dikenal juga sebagai Birds of Paradise atau burung dari surga ini merupakan salah satu burung tercantik di dunia, menurut situs Owlcation. Pada artikel sebelumnya disebutkan bahwa terdapat dua spesies cendrawasih di Papua, yaitu cendrawasih Vogelkop (Lophorina niedda) dan cendrawasih kerah (Lophorina superba). Keduanya tergabung dalam keluarga Paradisaea.
Kedua jenis burung cendrawasih ini memiliki ciri-ciri fisik yang identik. Kelompok jantan dengan bulu mayoritas berwarna hitam dengan mahkota warna-warni, bagian dada dihiasi warna biru kehijauan dan seperti mengenakan jubah berwarna hitam panjang sampai menutupi punggungnya. Sementara kelompok betina memiliki warna mayoritas coklat dan kekuning-kuningan di bagian leher.
Burung cendrawasih merupakan burung endemik dan terancam punah dilindungi. Menukil dari Tempo ancaman kepunahan burung cendrawasih dikarenakan berkurangnya habitat akibat perubahan lahan menjadi lahan industri dan perburuan liar. Bahkan, sampai sekarang perdagangan ilegal burung cendrawasih baik dalam keadaan hidup maupun mati masih terus terjadi.
Bhin Bhin yang mengenakan rompi bermotif Asmat, Papua, melambangkan strategi.
Atung, si rusa bawean merupakan spesies rusa yang hanya dapat ditemukan di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur.
Rusa yang ukuran tubuhnya terbilang kecil (berat sekitar 65 kilogram, tinggi 65-70 centimeter dan panjang sekitar 100 – 140 sentimeter) ini memiliki nama ilmiah Axis kuhlii dan merupakan rusa endemik Indonesia yang dilindungi. Dikutip dari situs greeners, habitat alami rusa bawean terdiri dari beberapa tipe vegetasi, seperti savana yang merupakan sumber makanan dan vegetasi hutan yang rapat sebagai tempat beristirahat, berkembang biak dan berlindung dari predator.
Saat ini jumlah pasti rusa bawean belum diketahui. Sensus yang diadakan pada tahun 1977 – 1999 memperkirakan jumlahnya berkisar antara 300 sampai 400 ekor. Kendati telah dilindungi undang-undang, rusa bawean masih menjadi target incaran para pemburu gelap. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan rusa bawean dalam kategori Critically Endangered.
Di Asian Games 2018 ini, Atung yang melambangkan kecepatan mengenakan kostum sarung dengan motif tumpal dari Jakarta.
Kaka, badak bercula satu, atau biasa disebut dengan badak Jawa (Rhinocerus sondaicus). Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Mamat Rahmat, menyatakan bahwa saat ini jumlah badak bercula satu semakin menyusut. Berdasarkan dokumentasi 100 kamera yang dimiliki TNUK, ada 10 ekor badak Jawa yang tidak terekam kamera atau hilang. Pihak Taman Nasional juga tidak menemukan tanda-tanda kematian badak-badak yang seluruhnya telah diberi penanda itu.
Tahun 2017 TNUK masih memonitor 67 ekor badak bercula satu yang terdiri dari 37 ekor berjenis kelamin jantan dan 30 ekor berjenis kelamin betina. Mamat masih berharap sepuluh ekor badak yang tidak terdeteksi itu hanya berpindah jalur sehingga berada di luar jangkauan pengamatan kamera.
IUCN dan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) juga menempatkan badak bercula satu sebagai spesies paling langka di dunia dan dikhawatirkan akan punah karena jumlahnya yang terus menyusut.
Pada pesta olahraga se-Asia, Kaka si badak bercula satu ini melambangkan kekuatan dan akan mengenakan pakaian tradisional dengan motif khas Palembang.
Sumber : beritagar.id