Mengutuk Aksi Brutal Teroris di Poso
Oleh : Ahmad Fauzan )*
Kelompok teroris di Poso lagi-lagi berbuat kejam dengan membunuh 4 orang petani. Tindakan brutal mereka tentu dikecam oleh masyarakat, apalagi dilakukan di bulan puasa. Seharusnya mereka menjaga kesucian ramadhan tetapi malah menghilangkan nyawa orang lain seenaknya.
Tanggal 11 mei 2021 adalah hari naas bagi 4 orang petani di Poso, karena mereka menjadi korban kekejian orang tak dikenal, yang diduga adalah anggota kelompok teroris MIT. Para petani meninggal dengan tragis. Masyarakat sangat geram karena kelompok teroris melakukan aksi dengan cara yang sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan.
Kantor Staf Presiden (KSP) mengutuk keras aksi kelompok teroris MIT. Mereka juga berjanji akan mengirimkan aparat dengan segera, untuk menangkap para teroris dan menjaga keamanan warga. Hal ini diungkapkan oleh Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani.
Jaleswari melanjutkan, sesuai dengan amanat Presiden Jokowi, seharusnya tidak ada lagi tempat bagi teroris di Indonesia. Pemerintah akan menindak tegas kelompok teroris, baik di Poso, Papua, atau tempat lain.
Aksi teroris di Poso memang sudah melewati batas, karena mereka tega memenggal kepala korban. Untuk apa sampai melakukan pembunuhan dengan cara seperti itu? Teroris memang memiliki mindset yang salah besar, dan oleh karena itu mereka harus diberantas hingga tuntas. Tujuannya agar tidak ada lagi warga sipil yang jadi korban dan tercipta perdamaian di seluruh Indonesia.
Jika ditilik dari sejarahnya, kelompok teroris MIT yang ada di Poso adalah ‘ekspor’ dan turunan dari kelompok lain, yakni JI. Sementara JI adalah pelaku pengeboman di Bali pada tahun 2001. MIT berada di Sulawesi dengan tujuan menangani konflik komunal. Akan tetapi, keberadaan mereka tidak menangani konflik, malah memperparah perpecahan di sana.
Sebagai kelompok teroris, MIT selalu melakukan cara kekerasan dalam menjalankan misinya, misalnya dengan pembunuhan dan pengeboman. Bahkan tersangka kasus pengeboman di rumah ibadah di Makassar beberapa waktu lalu ditengarai sebagai anggota MIT. Mereka sangat terorganisir dan melakukan kaderisasi dengan rapi.
MIT sangat licik karena memanfaatkan situasi di Poso yang masih mayoritas memiliki hutan perawan, sehingga agak susah untuk menangkapnya. Akan tetapi aparat tidak menyerah begitu saja. Mereka tetap mencari di mana sebenarnya markas MIT, agar terorisme di Indonesia dihapus sampai ke akar-akarnya.
Setelah ada peristiwa kejam di Poso maka jumlah aparat yang berjaga akan ditambah. Pertama, agar misi penangkapan teroris berhasil 100%. Karena jika mereka dibiarkan akan merasa jumawa dan melakukan aksinya lagi dan lagi. Kekejaman MIT sudah termasuk dalam pembunuhan berencana, sehingga mereka masuk dalam daftar pencarian orang oleh aparat.
Sementara tujuan kedua penambahan personel di Poso adalah agar masyarakat tidak lagi takut untuk beraktivitas, karena ada ancaman dari para teroris yang bersembunyi di hutan belantara. Jangan sampai teroris malah terkesan menguasai Poso dan wilayah lain di Sulawesi. Karena sama saja dengan mengobarkan perang di Indonesia.
Masyarakat juga diminta untuk bekerja sama dan melaporkan jika ada orang tak dikenal yang mencurigakan. Ini bukan paranoid, karena bisa jadi mereka adalah anggota dari kelompok teroris MIT atau yang lain. Jika ada yang mengaku bahwa ia adalah anggota teroris, langsung telepon aparat saja, agar dilakukan penangkapan.
Konflik antara warga sipil dengan anggota kelompok teroris makin membara. Teroris MIT harus diusir, tak hanya dari Poso, Sulawesi, tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah juga dengan intensif menghapus terorisme di negeri ini, agar perdamaian tercipta dan tidak ada huru-hara.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini