Polemik Politik

Mengutuk Aksi Keji KKB Terhadap Rakyat

Oleh : Timotius Gobay )*

Kelompok kriminal bersenjata makin menggila karena tega membakar sekolah dan membunuh guru. Tindakan mereka sangat merugikan, karena anak-anak tidak bisa menuntut ilmu di tempat yang representatif. Kekejian terhadap pada guru juga tak bisa diampuni, karena mereka secara tidak langsung membuat para murid kehilangan harapan untuk belajar.

Papua kembali membara karena ulah KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata). Di Kampung Jolukoma, Kabupaten Puncak, seorang guru SD bernama Oktavianus Rayo tertembak oleh anggota mereka. belum habis kekagetan masyarakat, ada guru SMP yang bernama Yonatan Randen yang juga meninggal dunia akibat muntahan pelor.

Adanya korban jiwa dalam kasus penambakan ini juga dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal. Menurutnya, saat itu Oktavianus sedang menjaga kios. Lalu datanglah orang tak dikenal dan ia masuk tanpa permisi dan menembak Oktavianus.

Tak hanya menembak guru, KKB juga makin gila karena nekat membunuh seorang pelajar SMA di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak. Korban yang bernama Ali Mom langsung meninggal dunia. KKB sangat licik karena melakukan aksi saat anggota TNI sedang latihan di Beoga, yang jaraknya cukup jauh dari Ilaga. Mereka juga jahat karena ketahuan membakar 3 gedung sekolah.

Kekejaman KKB spontan membuat warga sipil Papua menangis pilu, karena mereka tega menembak remaja pria, juga para guru. Untuk apa mereka membunuh seorang anak muda? Keluarganya akan sangat kehilangan. Mendiang Ali juga kehilangan masa depan karena nyawanya dicabut dengan paksa oleh kelompok kriminal bersenjata.

Pembunuhan masyarakat sipil, terutama pemuda, sangat mengkhawatirkan. Jangan sampai ada korban lagi dari kalangan remaja. Karena merekalah harapan bangsa di masa depan. Jika para pemuda ditembaki terus-menerus, bagaimana nasib Papua 10 tahun ke depan? Tidak akan ada regenerasi pemimpin di Bumi Cendrawasih.

Penembakan guru juga sangat dikecam oleh masyarakat, tak hanya yang bermukim di Papua, tetapi juga seluruh WNI. Karena guru bertugas untuk mencerdaskan bangsa. Sedangkan jika guru dibunuh, bagaimana masa depan murid-muridnya? Mereka tak bisa belajar dan menempa ilmu di baah bimbingan sang pengajar. Sungguh tragis karena secara tak langsung KKB membiarkan kebodohan meraja di Papua.

Jika KKB terus seperti ini, apa mereka selalu terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan? Saat guru ditembak, maka anak-anak terancam kehilangan sosok pemberi ilmu. Betapa teganya mereka membunuh seorang guru, yang seringkali honornya belum UMR karena belum berstatus PNS. Namun tetap semangat mengajar demi kecerdasan murid-muridnya.

Ketika KKB anti sekolah dan menembak guru, bagaimana Papua bisa maju ketika mereka ngotot untuk merdeka? Malah bisa-bisa mereka mudah dibodohi ketika Papua Barat berdiri tetapi anggota KKB tidak mau mengenyam bangku sekolah. Mereka tidak memikirkan ke masa depan, hanya terburu nafsu untuk memerdekakan diri.

Anggota DPR Dede Yusuf mengecam penembakan para guru di Papua. Menurutnya, sebaiknya ada tindakan preventif. Misalnya dengan menaruh pengajar di kompleks perumahan yang dijaga ketat oleh aparat. Dalam artian, bukannya untuk mengistimeakan mereka, tetapi untuk mencegah masuknya KKB ke dalam rumah.

Ketika guru, murid, dan masyarakat diketatkan keamanannya, maka diharap KKB tidak akan bertindak nekat. Mereka sebaiknya menyerahkan diri agar tak lelah dikejar-kejar anggota TNI. Papua merdeka hanya mimpi di siang bolong, karena masyarakat di Bumi Cendrawasih sangat setia pada NKRI.

KKB sudah bertindak di luar batas dengan menembak guru dan murid. Korban dari masyarakat sipil menunjukkan bahwa mereka tega membunuh saudara sesukunya sendiri. Pemberantasan KKB harus digencarkan, agar mereka tak lagi membuat ulah.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih