Menjaga Harmonisasi Beragama, Perbedaan Agama Bagian Dari Kekayaan Bangsa Indonesia
Hari Raya Natal dirayakan dengan penuh sukacita oleh umat kristiani dan masyarakat diminta untuk selalu mewujudkan situasi kondusif guna menyikapi perayaan tersebut. Harmonisasi antar umat beragama wajib dilakukan untuk menjaga kebhinekaan serta kedamaian perayaan Natal.
Indonesia sebagai salah satu penganut agama islam terbesar sepatutnya memiliki sifat saling menghargai dan saling toleransi dalam menyikapi perbedaan agama yang ada di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH DR. Marsudi Syuhud mengatakan, sebagai bangsa yang memiliki mayoritas agama islam seharusnya mudah untuk menciptakan sifat kebersamaan dan kebhinekaan dalam rangka menciptakan harmonisasi antar umat beragama.
“ketika kita hidup dalam berbangsa dan bernegara yang kemudian diikat dalam suatu aturan, dikatakan betapapun berbeda beda agama ini kalau sudah sepakat hidup berbangsa dan bertanah air seperti di Indonesia ini dan mau berjuang bersama-sama untuk bagaimana negara Indonesia ini aman, enak, dan membangun, maka mereka semua bangsa yang satu,” kata Marsudi Syuhud dalam salah satu diskusi di stasiun televisi, Sabtu (24/12/2022).
Marsudi Syuhud juga mengatakan, berbagai umat agama yang ada di Indonesia ini dibingkai dengan kebhinekaan dan Pancasila. Untuk itu, sebagai umat beragama yang berbangsa dan bernegara, setiap agama harus memiliki sifat saling menghormasi satu sama lain.
“Ketika sebutannya sudah bangsa yang satu maka tentunya kita harus ada sifat tasamuh atau saling menghormati satu sama lain,” ujar Wakil ketua Umum MUI.
Dalam menjalankan harmonisasi antar umat beragama, KH DR. Marsudi Syuhud mengatakan akan ada tantangan tersendiri dalam menjaga dan mempertahankan rasa saling menghormati satu sama lain.
“Tantangan pasti akan ada, karena ketika mungkin sebagian orang sudah paham, sebagain lainnya belum paham kita mau tidak mau harus mengajarkan, menyampaikan kepada masyarakat bagaimana kita hidup bersampingan satu sama lain,” jelas Marsudi Syuhud.
Disisi lain, sekretaris umum PP Muhammadiyah KH Abdul Mukti menyampaikan, perbedaan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan yang patut disyukuri, karena tidak semua negara memiliki berbagai macam perbedaan dalam satu negara.
Berbagai perbedaan yang ada di Idonesia yang dibingkai dalam kebhinekaan merupakan satu contoh yang bisa menjadi inspirasi negara lain untuk menciptakan kebersamaan dan rasa saling menghargai terhadap perbedaan tersebut.
“Perbedaan agama itu adalah bagian dari kekayaan bangsa Indonesia, Nah perbedaan keyakinan dan perbedaan budaya bangsa Indonesia itu merupakan bagian dari modal sosial spiritual dimana kita memaknai perbedaan itu bukan sebagai satu masalah tetapi perbedaan sebagai kekayaan,” ujar KH Abdul Mukti.
Ia juga menambahkan, untuk menciptakan harmonisasi beragama di Indonesia, umat beragama yang ada di Indonesia harus memiliki sikap saling toleransi dan menghargai terlepas dari banyak atau tidaknya penganut agama di negara tertentu khususnya Indonesia.
“Harmoni itu terbangun apabila kita tidak mencoba malakukan kuantifikasi keyakinan, agama tidak seharusnya dikuantifikasi antara mayoritas dan minoritas,” imbuh KH Abdul Mukti.
Harmoni meniscayakan adanya saling menghormati, saling menghargai dan tidak ada dominasi antara mayoritas dan minoritas bagi setiap penganut umat beragama di Indonesia.