Menolak provokasi KST Papua Ganggu Rangkaian KTT G20
Oleh : Alfred Jigibalom )*
Masyarakat menolak provokasi Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua yang selama ini memprovokasi publik dan menggangu rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Masyarakat Papua diharapkan tidak terpancing dan terus menjaga situasi kondusif di Papua.
Papua Barat menjadi tuan rumah Women Twenty (W20), sebuah forum internasional yang merupakan rangkaian acara dari KTT G20. Acara yang akan membahas tentang peranan dan kesetaraan wanita ini sangat disambut baik oleh masyarakat di Bumi Cendrawasih. Mereka merasa terhormat karena ditunjuk jadi tuan rumah oleh pemerintah pusat.
Akan tetapi ada ancaman yang menggelayut dari perhelatan KTT W20 yakni provokasi dari KST alias kelompok separatis dan teroris. Mereka memang selalu ingin mengganggu setiap acara besar yang diadakan di Papua dan Papua Barat. Penyebabnya karena acara ini dianggap sebagai representasi pemerintah Indonesia, sehingga mereka akan merusaknya dengan berbagai macam cara.
Teror pertama dari KST adalah dengan penyerangan ke aparat keamanan. Pada akhir Januari lalu ada 3 prajurit TNI yang gugur saat diserang KST, di kawasan Puncak, Papua. Mereka merasa jumawa karena merasa berhasil menyerang aparat terlebih dahulu, dan menunjukkan ‘taringnya’ serta memulai perang secara psikologis. Saat meneror mereka juga ingin cari perhatian ke media yang akan meliput W20 dan ingin agar didukung.
Dengan serangan ini maka KST merasa sedang di atas awan dan menyombongkan kemampuannya. Padahal setelah itu aparat keamanan makin mengetatkan razia dan penjagaan pada setiap jengkal wilayah di Papua dan Papua Barat. Penjagaan memang makin intensif, terutama di Merauke yang jadi lokasi forum W20.
Amat wajar jika ada penjagaan yang ketat karena jangan sampai KTT W20 jadi kacau-balau gara-gara serangan KST. Jangan sampai ketika ada istri kepala negara anggota women twenty yang sedang berpidato, malah kaget karena ada lemparan panah atau peluru nyasar yang nyelonong ke arena forum. Keselamatan para tamu harus dijaga agar jangan ada lontaran panah dari KST.
Provokasi juga ditebar oleh Sebby Sembom sebagai juru bicara OPM (Organisasi Papua Merdeka), yang merupakan organisasi afiliasi KST. Ia menyatakan bahwa organisasinya siap mengibarkan bendera (bintang kejora) di seluruh wilayah Papua dan terang-terangan ingin berperang mealwan prajurit TNI.
Provokasi ini tidak main-main sehingga pihak TNI makin mengetatkan keamanan dan pencegahan, jangan sampai keamanan di Papua dan Papua Barat terganggu oleh ulah KST dan OPM. Mereka juga jangan sampai mengganggu kelancaran acara women twenty karena jika itu terjadi, akan sangat mencoreng muka Indonesia.
Masyarakat juga diminta untuk tidak terpengaruh oleh provokasi KST. Penyebabnya karena bisa jadi mereka hanya gertak sambal alias besar omongan saja tetapi tidak benar-benar melakukan penyerangan. Akan tetapi warga juga dihimbau untuk tetap menjaga keamanan di wilayah masing-masing dan langsung melapor ke aparat jika ada kecurigaan tentang KST dan OPM.
Provokasi KST memang patut diwaspadai karena bisa jadi mereka menebar hoaks di dunia maya. Takutnya KST akan menuding W20 sebagai acara propaganda dan mempengaruhi pemikiran masyarakat. Padahal tujuan acara itu sangat baik, demi kemajuan para wanita di Papua dan Papua Barat.
Dalam persiapan forum W20 di Papua Barat maka penjagaan maki diperketat, agar jangan sampai ada serangan dari KST. Selain serangan secara fisik maka juga dicegah serangan secara mental alias propaganda yang biasanya disebar di media sosial. Women twenty amat baik bagi kemajuan wanita di Bumi Cendrawasih dan jangan ditentang karena justru akan membawa kaum hawa di Papua dan Papua Barat menuju modernitas.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo