Menyukseskan Moderasi Beragama di Indonesia
Oleh : Zakaria )*
Moderasi beragama merupakan elemen penting untuk merawat keberagaman yang ada di Indonesia. Masyarakat pun mendukung kesuksesan moderasi beragama guna menguatkan nilai-nilai kemanusiaan dan menebarkan perdamaian.
Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari banyak suku dan keyakinan. Ada 6 agama yang diakui oleh negara, dan kita dihimbau untuk menyuksekan moderasi beragama. Penyebabnya jika ada yang terlalu fanatik dan menyerang umat dengan keyakinan lain, akan menyebabkan runtuhnya persatuan dan mengacaukan perdamaian di negeri ini.
Kita terbiasa hidup rukun dan saling berdampingan antar umat beragama, karena sejak kecil diajari untuk tepa selira dan saling menghormati. Caranya dengan berhubungan baik antar sesama, tidak melihat dari keyakinannya. Sehingga hubungan antar umat terpelihara dengan baik dan tidak ada peperangan, yang diakibatkan oleh sentimen-sentimen tertentu.
Akan tetapi belakangan muncul oknum yang hobi sekali melempar isu tak sedap. Mereka berusaha untuk memecah perdamaian di Indonesia, dengan tujuan untuk mengambil simpati dari 1 kubu. Padahal ulah mereka ini mengerikan, karena bisa menjadikan perpecahan dan kekacauan di Indonesia. Lagipula, bukankah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh?
Untuk menghindarkan peperangan antar umat di Indonesia, maka kita patut menyukseskan moderasi beragama. Moderasi beragama adalah suatu cara pandang dalam beragama secara moderat. Yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim, baik kanan maupun kiri. Sehingga tercipta keseimbangan dan kita bisa saling memahami, tanpa harus ribut-ribut, terutama jelang hari raya umat dengan keyakinan lain.
Contoh dari moderasi beragama adalah dengan tetap menghormati teman dengan keyakinan lain, tanpa merendahkannya sama sekali. Misalnya di kantor, suatu tim yang dipilih untuk dinas luar dilihat dari kecakapannya, bukan dari keyakinan yang dianutnya. Semua mendapat jatah yang adil dan tidak ada pilih kasih gara-gara tidak memiliki keyakinan yang sama dengan sang boss.
Selain itu, moderasi beragama dilakukan dengan toleransi dan empati. Misalnya ketika ada karyawan yang mengenakan kerudung, maka pihak HRD kantor tidak melarangnya. Tidak ada pelarangan untuk memakai simbol-simbol agama di tempat kerja. Selain itu, jika ada karyawan yang mengajukan cuti tambahan untuk merayakan hari besar keyakinannya, akan diberikan.
Sebaliknya, ada ajaran radikalisme yang mengobarkan api permusuhan dan menghancurkan moderasi beragama. Ekstrimisme, radikalisme, hate speech, hingga retaknya hubungan antar umat adalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat belakangan ini. Sehingga kita wajib waspada dan tidak tepengaruh oleh bujuk rayu kaum radikal.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementrian Agama Eny Retno Yaqut menyatakan bahwa akhir-akhir ini ada tindak kekerasan yang dibungkus oleh SARA. Menurut istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini, kekerasan bisa mengaburkan nilai kasih sayang, toleransi, dan keberagaman. Sehingga masyarakat sipil juga dihimbau untuk mensukseskan program Kemenag, yakni moderasi beragama, agar tidak ada perpecahan di Indonesia.
Radikalisme memang menjadi momok yang menakutkan ketika ada 1 kelompok yang menggembar-gemborkan keunggulan dirinya lalu merendahkan yang lainnya. Masalahnya, mereka tak paham bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk. Bagaimana bisa mereka dihormati jika melabeli orang dengan keyakinan lain dengan sebutan yang negatif? Sehingga radikalisme memang patut diwaspadai karena ia membawa kita ke jurang perpecahan.
Pemberantasan radikalisme memang digencarkan oleh pemerintah dan ormas-ormas radikal sudah dibekukan juga sejak 2 tahun lalu. Tujuannya agar mereka tidak bisa merekrut lebih banyak anggota, dan diharap segera keluar dari Indonesia. Penyebabnya karena mereka gagal mengartikan perdamaian dan kemajemukan di negeri ini.
Dengan moderasi beragama maka kita bisa menjaga kerukunan antar umat dengan keyakinan lain dan saling menghormati. Ketika semua orang bisa menempatkan diri dan saling memahami, maka tidak akan ada perpecahan di Indonesia. Penyebabnya karena seluruh WNI mengaplikasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute