Merawat Kebhinekaan Indonesia Melalui Kunjungan Paus Fransiskus
Oleh : Felicia Pramandika )*
Di tahun 2024, Indonesia menjadi tuan rumah bagi kunjungan bersejarah Paus Fransiskus. Kunjungan ini merupakan momen penting, tidak hanya bagi komunitas Katolik di Indonesia tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinnekaan dan kerukunan antarumat beragama. Kedatangan Paus Fransiskus ini membawa pesan perdamaian dan cinta kasih, sejalan dengan prinsip-prinsip moderasi beragama yang telah lama dianut oleh bangsa Indonesia.
Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada 3 September 2024 siang. Lalu pada 4 September 2024, Paus Fransiskus bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, dan pada 5 September 2024, Paus Fransiskus menghadiri pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal, Jakarta, dan dilanjutkan pertemuan dengan penerima manfaat organisasi amal di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam rangkaian kunjungannya pada September 2024. Setelah Indonesia, Paus Fransiskus dijadwalkan berkunjung ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Dalam kunjungannya di Istana Negara, Rabu (4/9/2024), Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia itu disambut langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dengan upacara kenegaraan. Paus tiba di Istana Merdeka sekitar 9.35 WIB menumpangi Toyota Innova Zenix putih melalui gerbang depan Istana. Begitu tiba, kedatangan mobil Paus Fransiskus dipandu pasukan marching band dan pasukan berkuda.
Pun, kendaraan yang ditumpangi Paus kemudian membawanya berkeliling kompleks Istana Kepresidenan. Di sepanjang jalur kendaraan Paus Fransiskus berdiri anak-anak berpakaian adat yang membawa bendera Merah Putih dan bendera Vatikan. Anak-anak pun bersorak menyambut kedatangan Paus Fransiskus.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, namun tetap mampu menjaga keharmonisan antarumat beragama. Moderasi beragama menjadi fondasi penting dalam menghadapi perbedaan keyakinan yang ada di masyarakat. Dalam konteks kedatangan Paus Fransiskus, moderasi beragama menjadi semakin relevan. Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang menekankan pentingnya dialog antaragama dan menghindari ekstremisme.
Dengan pendekatan moderasi beragama, masyarakat Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan sikap terbuka, menghormati perbedaan, dan merayakan keberagaman. Ini merupakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kerukunan dan toleransi beragama masih terjaga dengan baik di tengah keberagaman yang ada.
Toleransi beragama menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan di Indonesia. Kunjungan Paus Fransiskus ini menjadi momen untuk memperkuat nilai-nilai toleransi yang telah tumbuh di tengah masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk meningkatkan toleransi beragama terus digalakkan, baik oleh pemerintah maupun oleh organisasi masyarakat sipil.
Organisasi Pemuda Lintas Agama bersama Paus Fransiskus menandatangani ‘Deklarasi Jakarta – Vatikan’ yang dilakukan di Paul VI Audience Hall. Penandatangan deklarasi tersebut dilaksanakan Ketua Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharudin dan organisasi kepemudaan lintas agama, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), PP Pemuda Muhammadiyah, dan Pemuda Hindu (Paradah) di Paul VI Audience Hall, Vatikan, Roma, Italia pada 21 Agustus 2024.
Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin mengatakan Paus Fransiskus sangat menghormati Indonesia, Pancasila, bahkan berkenan untuk menandatangani Deklarasi Jakarta-Vatikan yang digagas anak-anak muda lintas agama Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Stefanus Gusma bersama organisasi lainnya berkomitmen untuk menjalankan deklarasi Jakarta-Vatikan tersebut. Dengan penandatanganan deklarasi ini, Pemuda Katolik dan lainnya berkomitmen menjalankan deklarasi setibanya di Indonesia.
Adapun deklarasi Jakarta-Vatikan bertema “Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia”, pertama menjadi generasi muda Indonesia yang selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai energi positif bagi peradaban dunia. Kedua, mengajak kaum muda sedunia untuk membangun masyarakat dunia yang berpegang teguh pada prinsip toleransi, solidaritas, dan gotong royong. Ketiga, mendukung dan menyebarluaskan pandangan dan nilai-nilai yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama (Dokumen Abu Dhabi) untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia.
Imam Diosesan Keuskupan Agung Jakarta, Romo RD Yustinus Sulistiadi, menyatakan bahwa Paus Fransiskus sangat menyadari peran penting anak muda dalam menjaga kelestarian bumi dan membangun masa depan yang lebih baik.
Dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia, Paus Fransiskus mengingatkan generasi muda Indonesia tentang pentingnya menjaga bumi sebagai warisan bagi generasi mendatang. Selain itu, Paus Fransiskus juga menyerukan pentingnya menyuarakan isu-isu kemanusiaan sebagai tanggung jawab bersama.
Para tokoh agama dari berbagai kepercayaan di Indonesia juga turut memberikan dukungan dan imbauan kepada umatnya untuk menjaga toleransi dan kerukunan. Mereka mengajak umatnya untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan penuh rasa hormat dan damai. Imbauan ini penting dalam menjaga kondusivitas dan menghindari potensi konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan pandangan.
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat. Ini adalah bentuk pengakuan atas Indonesia sebagai negara dengan masyarakat yang majemuk dan toleran. Masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan budaya menyambut hangat kunjungan ini sebagai momen bersejarah yang mempertegas posisi Indonesia di kancah internasional sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Vatikan, serta meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang, termasuk di antaranya dialog antaragama dan upaya perdamaian global. Momen ini juga menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmennya dalam menjaga perdamaian dan toleransi di tengah keberagaman.
)* Penulis merupakan pemerhati sosial kemasyarakatan