Mewaspadai Gelombang Kedua Covid-19
Oleh : Putu Prawira )*
Dunia dikejutkan dengan peningkatan kasus Covid-19 di India, dimana negara tersebut sempat hanya memiliki 11 ribu kasus harian namun dalam kurun satu bulan angka tersebut berubah menjadi 250 ribu kasus harian. Masyarakat di Indonesia pun diminta tetap waspada terhadap gelombang kedua Covid-19 yang dapat memperburuk situasi dan meningkatkan korban jiwa lebih banyak.
Covid-19 masih menjadi ancaman dunia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengingatkan kepada seluruh jajaran kepala daerah, untuk senantiasa berhati-hati dalam menghadapi potensi pandemi Covid-19 gelombang kedua. Ia menyebut, kasus virus corona di sejumlah negara tetangga telah mengalami peningkatan.
Akibat peningkatan kasus Covid-19, Malaysia kembali menerapkan lockdown hingga bulan Juni mendatang. Langkah serupa juga dilakukan oleh negara Singapura dimana sejak bulan Mei negara tersebut juga mengalami pembatasan sosial.
Kita semua sudah tahu bahwa pembatasan sosial ataupun lockdown, akan berdampak serius pada sektor perekonomian, dimana akan banyak toko-toko ditutup dan pabrik-pabrik yang kekurangan bahan baku sehingga tidak dapat berproduksi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga meminta kapada kepala daerah untuk meningkatkan kewaspadaan, apalagi terdapat 15 provinsi yang mencatatkan kenaikan kasus aktif Covid-19. Ke-15 provinsi yang dimaksud Jokowi yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung.
Ada pula DKI Jakarta, Maluku, Banten, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Dirinya juga tidak mengingingkan adanya peningkatan kasus aktif Covid-19 di Tanah Air, terutama pascalibur Lebaran. Ia menyebut, beberapa waktu belakangan kasus aktif sudah berhasil ditekan. Puncak kasus aktif Covid-19 di Indonesia terjadi pada 5 Februari 2021 yang mencapai angka 176.000.
Angka tersebut turun hingga 48 persen dan kini jumlahnya menjadi 90.800 kasus. “Ini yang harus terus kita tekan agar semakin turun, semakin turun, semakin turun. Kita harus memiliki endurance dalam melawan Covid karena kasus ini tidak mungkin selesai dalam waktu sebulan dua bulan.
Dewi Nur Aisyah selaku Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan Covid mengatakan, jumlah pemeriksaan spesimen menurun pada beberapa hari terakhir.
Menurut Dewi, rata-rata jumlah pemeriksaan harian turun di angka 56.000 spesimen setiap harinya. Hal tersebut dimungkinkan disebabkan karena libur panjang. Jumlah orang yang diperiksa pada beberapa hari terakhir juga terjadi penurunan cukup signifikan. Saat ini rata-rata jumlah orang yang diperiksa 37.000 per hari.
Karena terjadi penurunan pemeriksaan, maka dalam enam hari terakhir Indonesia baru mencapai 65 persen standar pemeriksaan badan kesehatan dunia,WHO.
Dewi melanjutkan, positivity rate mengalami kenaikan, yakni dari 11,77 persen pada April 2021 menjadi 12,62 persen per 15 Mei 2021.
Menanggapi hal tersebut, Doni Monardo selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan, kenaikan angka kematian tersebut harus dijadikan evaluasi penanganan kasus covid-19 di tingkat nasional maupun daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun Satgas, pada 15 Mei 2021 lalu, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia sebesar 2,76 persen. Sementara itu, persentase kasus angka kematian akibat Covid-19 di dunia sebesar 2,07 persen.
Oleh karenanya, Doni meminta kepada kepala daerah merinci penyebab tingginya kasus kematian. Menurutnya, harus dipastikan juga apakah tingginya angka kematian karena pasien terlambat mendapatkan perawatan atau disebabkan stok obat yang sudah mulai berkurang, ataukah mungkin ada faktor komorbid yang relatif tinggi di suatu daerah.
Faktor-faktor tersebut tentu saja penting untuk diidentifikasi karena negara harus memberikan perlindungan kepada warga yang terpapar Covid-19.
Khususnya bagi kelompok rentan agar mendapat pelayanan yang lebih optimal. Sehingga apabila mengalami gejala maka prioritas pertama harus mendapatkan perawatan.
Doni juga mengingatkan bahwa penanganan Covid-19 setelah libur Idul Fitri menjadi tantangan tersendiri. Sebab aktifitas masyarakat kembali meningkat seperti biasa dan mobilitas penduduk akibat arus balik juga meningkat.
Beberapa Rumah Sakit di Jakarta telah kelimpungan karena ruangan ICU mengalami peningkatan BOR hingga 67%.
Oleh karena itu kewaspadaan dan disiplin terhadap protokol kesehatan harus tetap dilakukan, karena bagaimanapun juga status pandemi Covid-19 belum dicabut. Apa yang terjadi di India tentu harus menjadi pembelajaran agar Indonesia tidak mengalami permasalahan yang sama.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini