Mewaspadai Ideologi Hizbut Tahrir Berkedok Komunitas
Oleh : Ahmad Baiquni )*
Hibut Tahrir Indonesia (HTI) memang telah dibubarkan, namun gerak ideologis mereka ternyata tetap ada dan bermetamorfosa dalam bentuk komunitas. Dimana komunitas royatul Islam (KARIM) telah membawa ideologi yang dianut oleh HTI untuk disebarkan pada kalangan anak muda.
Boleh jadi HTI memang sudah bubar, namun faktanya upaya membubarkan organisasi tidaklah sama dengan upaya menghapus paham radikal dan khilafah yang menjadi alasan bagi pemerintah untuk membubarkan HTI.
Tantangan Pemerintah setelah membubarkan HTI adalah upaya memastikan bahwa ideologi khilafah juga ikut terkubur seiring pembubaran organisasi tersebut. Sampai kapanpun patut dicatat gerak ideologis mereka tak akan pernah mati.
Meski bukan sebuah ormas, namun pergerakan KARIM ternyata tidak berbeda dengan HTI, yaitu bertujuan untuk menegakkan khilafah di Indonesia.
Komunitas tersebut telah membawa legitimasi bendera tauhid sebagai simbol tegaknya khilafah Islamiyah ala HTI. Karim bermain cukup halus di ranah SMA dan Komunitas, utamanya bagi anak muda yang haus akan ilmu keislaman, akan tertarik dengan iming – iming heroisme Islam.
Selayaknya sebuah pergerakan, ternyata KARIM juga membuka cabang di kota besar, target mereka adalah anak SMA dan komunitas, setiap bulan kegiatan mereka bukan hanya liqo dan kajian, tapi sudah merambah pada acara tadabur alam, aksi sosial, dan lain sebagainya. Mereka rupanya akan mengejar apa yang menjadi kesukaan anak muda, dan hal itulah yang patut kita waspadai bersama.
Pembubaran HTI tentunya bukan tanpa alasan, atas dasar Perppu No.2 tentang Organisasi Kemasyarakatan, pemerintah Indonesia mencabut badan hukum Hizbut Tahrir di Indonesia. Atas peraturan tersebut Indonesia telah menjadi negara ke – 17 yang menolak kehadiran Hizbut Tahrir, mengikuti jejak negara – negara seperti Mesir, Rusia, Malaysia dan lain – lain.
Mereka juga berpegang pada paham messianis alias kiamat sudah dekat. Sehingga Kiamat bukan hanya menjadi keyakinan tetapi dibuat menjadi bayang – bayang yang menakutkan, dengan tanda – tandanya yang sudah nyata. Agar selamat harus senantiasa berbaiat kepada khilafah dan panji – panjinya, itulah bentuk doktrin yang KARIM gunakan untuk menakut – nakuti umat.
Para Pembimbing Rohis yang tergabung di KARIM itu sudah mulai bergerak seiring dengan dibubarkannya HTI, doktrin dan propaganda tentang khilafah secara masif kepada golongan generasi muda yang merasa dehidrasi akan ilmu agama dan hanya mau belajar secara instant.
Tegasnya Karim dengan berbagai propaganda khilafahnya berpotensi memecah belah bangsa dan negara Republik Indonesia. Padahal kita tentu telah berkali – kali mendapatkan penegasan bahwa NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.
Mantan Anggota HTI Ainur Rofik megatakan, bahwa HTI telah melakukan reorganisasi dan mentransplantasikan ideologinya ke dalam berbagai kelompok, salah satu yang paling menonjol secara terang – terangan adalah KARIM yang menampilkan simbol Hizbut Tahrir.
Kasus yang paling gamblang adalah yang terjadi di MAN 1 Sukabumi. Dimana seorang siswa anggota Rohis terbukti telah mengibarkan bendera yang identik dengan Hizbut Tahrir. Hal tersebut berhasil mencuri perhatian banyak pihak, hingga menteri Agama Luqman Hakim juga turut meberikan komentar dengan meminta pihak terkait untuk segera menyelidiki detail kejadiannya.
Namun setelah ditelusuri, ternyata siswa yang mengibarkan bendera tersebut mengaku tidak tahu akan bendera yang dapat menimbulkan keresahan publik tersebut.
Siswa yang bersangkutan mengaku bahwa tindakan yang dilakukannya adalah semata – mata atas dasar keinginan untuk mencari perhatian kepada siswa baru agar mereka tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam.
Kalau mereka tidak tahu bahwa bendera tersebut merupakan atribut yang cukup meresahkan, pertanyaannya darimanakah anak Rohis selevel SMA tersebut mendapatkan bendera itu, mungkinkah mereka dikasih begitu saja, atau mereka membuat bendera sendiri tinggal mencontoh pola yang sudah ada?
Tidak bijak kiranya kita menyalahkan acara kerohanian Islam yang ada di lingkungan sekolah atau kampus. Namun tentu akan berbeda ceritanya jika melihat materi yang disampaikan berlawanan dengan semangat Islam sebagai agama rahmah dan ideologi negara.
Bagaimanapun juga, kita memiliki peran besar untuk menjaga peran pentingnya menjaga NKRI dari paham – paham Islam yang anti terhadap toleransi dan dapat mengancam keutuhan Bangsa Indonesia.
)* Penulis adalah pengamat sosial politik