Mewaspadai Kekejaman Kelompok Separatis Jelang HUT OPM di Papua
Oleh : Sabby Kosay )*
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah kelompok separatis yang sering melakukan kekejaman kepada warga sipil. Menjelang 1 Desember, masyarakat diminta waspada karena kelompok separatis Papua sering melakukan aksi brutal untuk menunjukkan eksistensinya.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat yang pada saat ini di Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, bahkan sempat menyatakan untk memisahkan diri dari Indonesia.
Mereka tak segan-segan untuk melakukan aksi militer separatis, salah satunya dalah dengan menyandera 1.300 warga dan mengakibatkan seorang anggota Brimob tewas.
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (Menko Polhukam) sudah mempersiapkan antisipasi menjelang hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember mendatang.
Pihaknya mengatakan, hal yang menjadi penanganan kelak merupakan antisipasi terkait dengan bidang politik. Sementara terkait pengamanan, hal itu sudah berlangsung dengan sendirinya karena sudah ada standar yang jelas.
Jika kita mengkaji soal OPM, sungguh mereka sebenarnya bukanlah berjuang atas nama Papua. Mereka adalah segelintir orang yang mengaku Papua Namun sebenarnya sedang dimanfaatkan oleh orang lain atau bisa jadi orang asing atau berkepentingan asing.
Lebih tepatnya, OPM adalah pengkhianat bangsa dan penghianat kepada bumi cenderawasih. Papua yang damai selalu dibuatnya penuh ancaman dan kekacauan.
OPM sendiri sudah lama menjadi organisasi separatis dan bahkan telah berusaha melepaskan diri dari Indonesia semenjak masa pemerintahan Republik Indonesia, tapi bukan hanya tentang itu, melainkan lebih kepada ancaman dan aksi bejat yang telah ditorehkan oleh kelompok pimpinan Egianus Kogoya tersebut.
Ulang tahun OPM sungguh tak perlu dirayakan, jika kelompok tersebut hanya ingin menodai sesama anak bangsa. Penghianatan yang mereka lakukan telah menggerogoti kedamaian tanah Papua tersebut. Entah mereka bergerak sendiri atau sudah dimanfaatkan oleh pihak Asing, yang jelas OPM telah banyak melakukan propaganda secara underground melalui internet untuk memperoleh simpati internasional dengan mengeksploitasi permasalahan HAM di Papua.
Propaganda tersebut pun ternyata cukup efektif bagi OPM untuk mencari dukungan yang ditunjukkan dengan banyaknya lembaga Penggiat HAM yang memberikan perhatian pada aktivis Papua Merdeka, antara lain Amnesty Internasional, Human Right Watch, Komnasham, Kontras dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, ulang tahun OPM sendiri haruslah diwaspadai. Jangan sampai para pengkhianat NKRI terus-menerus mengancam kedamaian di Bumi Papua. Semua pihak harus bisa bersikap dan bertindak demi Papua yang maju dan damai.
Kesejahteraan warga Papua akan menjadi mimpi jika pengkhianat bangsa belum dihapuskan dari Bumi Papua.
Tahun lalu, kepala staf kantor Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebutkan bahwa pembangunan jalan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga juga dilakukan oleh OPM. Pemerintah pun mengutuk keras aksi pembantaian tersebut.
Moeldoko menilai, aksi kelompok kriminal bersenjata terhadap masyarakat sipil tersebut pun merupakan aksi terorisme.
Saat itu berbagai media memberitakan terkait terjadinya pembunuhan terhadap 31 pekerja pembangunan jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Pembunuhan tersebut diduga dilakukan oleh kelompok-kelompok kriminal Bersenjata dan menyebabkan 31 pekerja dari perusahaan milim BUMN PT Istaka Karya Tewas.
Menanggapi terkait dengan hari ulangtahun OPM, tak sedikit masyarakat Papua yang menolak rencana peringatan ulang tahun OPM. Mereka yang menolak agenda tersebut juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk menindak tegas kelompok yang akan melaksanakan kegiatan peringatan ulang tahun OPM, karena hal tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dapat menimbulkan keresahan masyarakat Papua.
Tak menutup kemungkinan OPM dan organisasi sayapnya akan membuat percikan huru-hara dalam peringatan ulang tahunnya. Seperti provokasi di media sosial misalnya.
Masyarakat juga dihimbau untuk hati-hati terhadap segala upaya provokasi dari kelompok yang ingin melepaskan diri dari NKRI, apalagi kita tahu bahwa OPM memiliki persenjataan yang disupplay dari negara asing, jangan sampai rasa persatuan kita terkoyak oleh segelintir orang yang ingin melepaskan diri dari pangkuan NKRI. Perjuangan kali tentu saja tidak hanya melawan bangsa lain, tetapi juga melawan bangsa sendiri.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta