Mewaspadai Kelompok Radikal Pasca Kematian Pimpinan ISIS
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memastikan bahwa pimpinan ISIS Abu Bakr Al Baghdadi tewas dengan cara meledakkan diri. Kendati demikian, kematian Pimpinan ISIS bukan menjadi akhir dari perang melawan kelompok radikal dan teror yang terus berkembang maupun terus merekrut anggota baru.
Melemahnya mobilitas organisasi militan Suriah, ISIS ini ditandai oleh viralnya berita kematian Abu Bakr Al Baghdadi. Kabar ini cukup menggegerkan jagat dunia, mengingat kiprah kelompok bergaris keras ini cukup menyita perhatian internasional. Menurut sejumlah laporan Al Baghdadi menolak menyerah saat terjebak oleh para militer AS, dan memilih meledakkan diri bersama tiga orang anaknya.
Tak hanya terkenal dengan paham radikalismenya yang membuat banyak orang bergidik. Organisasi ini bahkan, memiliki jaringan paling besar dan tersebar di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia sendiri. Aksinya di Nusantara juga tak bisa dianggap main-main. Aneka berita peledakan dengan bom bunuh diri marak terjadi. Seperti, di Jakarta, Jawa Barat, Solo, Bali, dan kota-kota yang lainnya
Kasus demi kasus menunjukkan dalang yang sama, yakni ISIS yang memiliki basis di Suriah. Yang paling santer terdengar saat ribuan orang warga Indonesia terbang ke Suriah, dan saat kembali mereka seolah asing di negerinya sendiri. Maka dari itu, seluruh warga diimbau untuk tetap waspada terhadap pergerakkan mereka.
Asep Adi Saputra, selaku Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar menyatakan bahwa Densus 88 Antiteror Polri tetap mewaspadai gerakan ISIS di Indonesia setelah pengumuman kabar tewasnya pentolan kelompok teroris ISIS. Upaya ini dilakukan guna menghindari serangan balasan kelompok pengikut ISIS yang berdiam di wilayah Indonesia.
Meski ditengarai telah melemah, namun semua jaringan yang terhubung di Nusantara masih menjadi pantauan Densus. Sebab, hal ini belum menandakan bahwa ISIS di Tanah Air surut. Selain itu, Densus 88 konsisten untuk tetap memonitori dan menangkap pihak-pihak yang terduga sebagai anggota teroris.
Sejalan dengan pernyataan Densus 88, Badan Penanggulangan Terorisme atau BNPT, juga terus mengawasi kondisi yang terjadi di Suriah. Bagi sebagian orang, kabar ini melegakan, namun tak bisa dianggap remeh, sebab kita tetap harus terus waspada akan ancaman yang datang akibat kemarahan anak buah Al Baghdadi.
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menyampaikan kabar perihal tewasnya Baghdadi dalam operasi khusus militer Amerika Serikat. Yang juga menewaskan beberapa anggota ISIS lainnya. Trump menjelaskan bahwa operasi khusus ini mengerahkan delapan heli yang berangkat diam-diam dari pangkalan militer rahasia. Dalam aksinya ini, pihak AS tak sendiri, hal ini terbukti terdapat beberapa negara yang turut campur akan penyerangan tersebut. Diantaranya ialah, Turki, Irak, Rusia dan juga Suriah sendiri.
Berkenaan dengan pernyataan resmi Trump, Indonesia akan terus aktif mengikuti segala perkembangan terkait situasi serta bekerja sama dengan lembaga dan kementerian terkait. Termasuk dengan para anggota perwakilan RI yang berada di tapal batas Suriah.
Sebetulnya paham terorisme ini telah meluas dan menyebar di Indonesia. Sistem organisasi ini ditengarai memasukkan paham-paham garis keras dan menyimpang yang beratasnamakan agama. Bagi orang lain yang tak sependapat dengan kaum ini, maka akan dinilai bersalah. Bahkan, yang terparah akan dieksekusi.
Menurut sejumlah literatur, alur perekrutan anggota ISIS inipun dijalankan secara sembunyi-sembunyi. Namun, ada beberapa berita yang menyebutkan akan aksi penculikan yang kemudian dijejali paham-paham yang dianggap mereka sebagai resolusi keagamaan. Bukan meremehkan, detak kelompok ISIS di Tanah Air ini banyak dianggap lemah, padahal mereka akan secepat kilat bergerak demi kelancaran tujuan kelompoknya.
Banyak masyarakat Indonesia yang menjadi antek ISIS. Dan berita terbaru ialah pelaku penusukan (mantan) Menko Polhukam, di Pandeglang beberapa waktu lalu. Biasanya mereka akan menggordinir pergerakkan melalui anggota-anggotanya yang tersebar di pelosok Nusantara. Bak perang gerilya, aktivitasnya terkadang jarang tercium oleh aparat keamanan. Namun, bukan berarti militer Indonesia lemah, mengingat di banyak kasus capaian aparat keamanan ini dinilai cukup membanggakan.
Memang dirasa belum optimal, akan tetapi langkah nyata penanggulangan akan masalah ini, patut diapresiasi. Pemerintah dan lembaga terkait telah bekerja sama mewujudkan situasi yang kondusif guna menciptakan rasa aman, nyaman bagi warga negaranya. Berkenaan dengan getolnya aksi ISIS ini, seluruh elemen masyarakat diimbau tetap waspada apabila ada aktivitas maupun pihak-pihak yang mencurigakan. Masyarakat bisa langsung melaporkannya ke petugas terkait, sebagai upaya antisipasi akan kemungkinan yang terjadi.
)* Penulis adalah pengamat sosial politik