Mewaspadai Kepulangan Habib Rizieq Bawa Implikasi Negatif
Oleh : Sultan Kurniawan )*
Kedatangan Habib Rizieq Shihab membawa kerugian karena fasilitas di dalam Bandara Soekarno Hatta mengalami banyak kerusakan. Masyarakat pun menganggap kepulangan Habib Rizieq membawa sejumlah implikasi negatif karena tidak saja merusak fasilitas umum, namun juga berdampak pada tertundanya berbagai penerbagangan.
Deretan kursi di area Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta menjadi saksi brutalnya para pendukung Habib Rizieq Shihab. Kursi di ruang tunggu itu patah kakinya dan sampai terjungkir tak berdaya. Semua ini terjadi karena massa yang ingin melihat langsung kedatangan Rizieq dan akhirnya nekat naik kursi agar wajahnya terlihat jelas.
Tak hanya kursi, namun banyak fasilitas lain dalam Bandara yang rusak parah. Gypsum pembatas area renovasi juga dirusakkan massa, dan kaca pembatas area terminal 3 retak. Selain itu, sejumlah pot berisi tanaman hias dan outlet simcard juga jadi korban, akibat gerombolan pendukung Rizieq yang terlalu antusias dalam menyambutnya.
Peristiwa ini tentu memilukan. Bagaimana bisa massa merusak bagian dalam Bandara? Mereka sudah diingatkan untuk berlaku tertib dan jangan menginjak kursi, namun malah bertindak seenaknya sendiri. Keinginan untuk melihat Rizieq Shihab dari dekat mengalahkan logika.
Apakah begitu susahnya menuruti peraturan? Mereka toh sudah dewasa dan malah bertindak seperti anak kecil yang nekat memanjat kursi, hanya untuk melihat langsung wajah idolanya. Apakah bagi mereka peraturan itu dibuat untuk dilanggar? Sungguh miris, karena massa nekat melakukan vandalisme dan tidak memikirkan efek buruknya di masa depan.
Meskipun massa yang menyambut HRS sudah meminta maaf dan menyebarkannya di media sosial, namun apakah semuanya bisa beres seketika? Semua kursi dan fasilitas lain memang langsung diperbaiki, sehingga dapat dipergunakan oleh calon penumpang pesawat. Namun apakah permintaan maaf juga diiringi dengan tansfer uang sebagai ganti rugi? Tentu saja tidak.
Kursi dan fasilitas lain di Bandara sudah langsung diperbaiki. Hal ini dinyatakan oleh Yado Yarismano, VP of Corporate Communication PT Angkasa Pura 2. Ia tak menyebut berapa nominal kerugiannya, namun bisa dipastikan perusahaannya harus mengeluarkan banyak sekali uang untuk memperbaiki bagian di Terminal 3.
Ketika kursi sudah baik kembali, apakah massa merasa permasalahan sudah clear? Di mana rasa tanggung jawab mereka? Massa kehilangan attitude dan jadi memalukan, karena peristiwa ini bisa mendunia. Menunjukkan bahwa orang Indonesia tidak bisa tertib. Padahal yang disorot hanya sebagian kecil dari warga negara Indonesia.
Menyemutnya massa juga mengakibatkan kemacetan di area seputar Bandara Soekarno-Hatta. Akibatnya penumpang lain yang akan berangkat jadi terlambat, dan mereka rugi karena hanya ada 1 maskapai yang memberi dispensasi. Apakah massa tidak memikirkan hal ini? Berapa banyak kerugian materi yang harus ditanggung penumpang tersebut?
Massa pendukung HRS juga terbukti melanggar protokol kesehatan. Walau mereka sudah pakai masker namun tetap bergerombol dan melupakan aturan physical distancing. Apakah tidak takut akan tertular corona dari OTG? Mereka bertindak seperti itu dan lupa sekarang masih masa pandemi.
Jika nanti kena virus covid-19, apakah malah menyalahkan pemerintah? Padahal itu adalah kesalahan mereka sendiri. Mencintai seorang tokoh boleh saja namun jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain. Gunakan logika dan jangan cinta buta. Mengidolakan seseorang boleh saja, namun jangan sampai merugikan orang lain dan terutama diri sendiri.
Rusaknya kursi, kaca, dan fasilitas lain dalam terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta sangat memalukan karena menunjukkan sifat sebagian rakyat Indonesia yang tidak bisa tertib. Mereka seenaknya naik kursi dan melanggar aturan, namun tak mau bertanggungjawab dan mengganti kerusakan dengan uang. Penjemputan HRS di Bandara Soekarno-Hatta juga bisa menimbulkan klaster corona baru.
)* Penulis adalah warganet dan pengguna transportasi udara, tinggal di Bekasi