Mewaspadai KST Ganggu Kelancaran PON XX
Oleh : Deka Prawira )*
Sebentar lagi PON XX akan digelar dan aparat makin mengetatkan keamanan guna meminimalisasi berbagai ancaman dari Kelompok Separatis dan Teroris (KST). Gerombolan KST adalah kumpulan manusia keji yang tega melukai rakyat hingga mengancam keamanan PON XX.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX baru pertama kali diselenggarakan di Papua dan panitia menjaga betul lomba ini agar benar-benar aman. Pertama, aman dari bahaya Corona karena PON dilaksanakan di masa pandemi. Kedua, aman juga dari gangguan eksternal alias dari ancaman kelompok separatis dan teroris (KST) dan OPM.
Wakil Ketua BIN Letjen TNI (Purn) Teddy Lakshmana Widya Kusuma menyatakan bahwa KST meningkatkan aksi teror dengan tujuan menggagalkan PON XX. Selain itu, mereka ingin menciptakan instabilitas untuk menarik perhatian dunia internasional. Dalam artian, teror yang ditebar bertujuan lain, bukan untuk menakut-nakuti warga tetapi caper ke netizen di seluruh belahan dunia.
Memang PON adalah gelaran nasional tetapi di era teknologi informasi saat ini akan sangat banyak media yang meliput, tak hanya dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri. Pasalnya, saat pandemi jarang sekali diadakan lomba olahraga, dan terakhir adalah Olimpiade Tokyo 2020. Ketika ada PON XX maka jurnalis juga berlomba-lomba meliput dan membuat berita terbaik.
Sehingga keadaan ini akan dimanfaatkan oleh KST untuk menarik perhatian dari jurnalis maupun masyarakat yang melakukan live streaming saat PON XX diselenggarakan. Mereka akan sengaja membuat huru-hara sehingga fokus kamera akan terpecah. Tidak lagi melihat pertandingan di arena tetapi berpindah ke kerusuhan yang diadakan dengan sengaja oleh KST.
KST sengaja membuat ulah, terutama di dekat arena pertandingan, karena perhatian dunia internasional sedang tertuju ke lomba olahraga ini. Sehingga jika ada anggota KST yang tersorot jurnalis, mereka berharap netizen dari belahan dunia lain akan bersimpati, lalu mendukung gerakan Papua merdeka.
Sedangkan di luar arena, KST juga membuat kerusuhan di daerah Maybrat. Mereka menyerang Posramil Kisors dan dalam peristiwa naas itu, 4 prajurit TNI meninggal dunia. Adanya korban jiwa tentu membuat masyarakat makin mengecam KST, karena terlalu nekat menembak aparat dan sengaja membuat kekacauan, untuk mengganggu persiapan PON XX.
Hal ini tentu saja sangat berbahaya karena jangan sampai ada pihak luar yang ikut campur untuk mengacaukan PON hanya demi eksistensi mereka. KST memang belum 100% diberantas dan aparat bekerja keras agar mereka tidak membubarkan acara ini, sehingga keamanan akan lebih diperketat. Selain aparat, relawan yang terdiri dari para pemuda asli Papua juga berjaga-jaga untuk mengamankan di sekitar arena pertandingan.
Untuk mencegah masuknya KST ke dekat venue PON maka pengamanan juga dilengkapi dengan drone. Dengan memanfaatkan teknologi maka drone diterbangkan sampai radius 3 KM dan ia dilengkapi dengan kamera, sehingga bisa memantau apakah ada kerusuhan yang disebabkan oleh ulah KST.
Letjen TNI (Purn) Teddy menambahkan, saat ini KST meneror terutama di wilayah Kabupaten Puncak. Di sana memang rawan konflik sehingga penjagaan makin ditingkatkan. Selain itu, dilakukan juga kampanye dari para penduduk yang pro otsus untuk melawan propaganda KST, karena mereka tidak hanya menyerang secara fisik tetapi juga mental. Ini bisa jadi psy war sehingga aparat menyiapkan berbagai strategi jitu.
Penjagaan baik di sekitar arena PON XX maupun di daerah lain makin ditingkatkan, karena ada 4 tempat pusat pertandingan dan tersebar di Papua dan Papua Barat. Untuk itu aparat makin meningkatkan kewaspadaan, jangan sampai ada kericuhan akibat ulah KST, yang cari perhatian pada dunia internasional.
PON XX wajib sukses 100% dan aparat berusaha keras mencegah kegagalannya karena ulah KST. Selama ini kelompok teroris tersebut memang selalu membenci program pemerintah dan bagi mereka PON hanya sebuah gangguan. Oleh karena itu sebelum diteror oleh KST, dilakukan berbagai upaya pencegahan.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini