Mewaspadai Ledakan Kasus Baru Covid-19 Pasca Lebaran
Oleh : Zakaria )*
Setelah lebaran, dikhawatirkan terbentuk klaster corona baru, yakni klaster mudik, klaster wisata, dan klaster keluarga. Mudik sudah dilarang tetapi masih ada yang bandel dan mencari jalan tikus untuk pulang kampung. Kita wajib waspada karena pergerakan manusia saat mudik berefek negatif dan membuat melonjaknya kasus corona baru.
Ada kabar baik pasca lebaran yakni prediksi pemudik berkurang, dari yang diperkirakan mencapai 30 juta orang, tetapi ternyata yang nekat pulang kampung hanya 1,5 juta orang. Namun angka ini tentu juga mengkhawatirkan, karena dari hasil tes rapid secara acak di perbatasan, ada setidaknya 4.000 pemudik yang positif corona.
Jika mereka dibiarkan untuk lolos dan pulang kampung, maka akan terjadi lonjakan pasien corona. Akan tetapi, pemudik yang ketahuan positif corona langsung disuruh untuk mondok di RS atau melakukan karantina di tempat yang disediakan. Namun kita tidak bisa tenang karena ada potensi lain untuk menaikkan angka pasien corona.
Hal ini terbukti dari data yang ditunjukkan oleh Tim Satgas Covid-19 wilayah DKI Jakarta. Di ibu kota, terhitung ada 3.458 kasus corona baru, per tanggal 13 mei 2021. Lonjakan ini terjadi karena banyak yang nekat pulang kampung, karena rata-rata mereka adalah pendatang dari daerah lain. Mereka entah tertular virus di mana, yang jelas mengkhawatirkan karena jika tidak ketahuan akan menularkannya ke orang lain.
Siklus ini seperti lingkaran setan ketika pemudik datang ke kampungnya lalu menularkan corona ke keluarganya, atau mendapatkan virus dari sana lalu menyebarkan virus covid-19 ke tempat kerjanya. Jika terus begini, sampai kapan kita harus melewati masa pandemi yang menyesakkan dada?
Untuk mencegah penularan virus maka Kementrian Perhubungan akan melakukan lebih banyak rapid test di perbatasan. Yang wajib adalah antara Bali dan Jawa, serta Jawa dan Sumatra. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Pengetesan ini sangat penting agar mencegah penyebaran corona ke kampung maupun ke kota. Selain itu, di wilayah DKI Jakarta, masyarakat yang mau kembali harus menunjukkan surat bebas corona. Aturan ini sudah diberlakukan sejak H+1 lebaran, agar Jakarta tak lagi menjadi wilayah dengan zona merah.
Selain dari klaster mudik, naiknya jumlah pasien corona juga dari klaster keluarga. Karena jika tidak mudik tetapi bersilaturahmi secara langsung tetapi tidak menaati protokol kesehatan, akan sama saja bohong. Karena saat ini kita bisa mencurigai tiap orang karena mereka berpotensi jadi OTG. Jadi lebaran sebaiknya di rumah saja dan ucapan selamat idul fitri dikirim via HP saja.
Klaster wisata juga wajib diwaspadai. Sejumlah tempat rekreasi seperti Kebun Binatang Ragunan, TMII, dan Ancol, langsung dipadati pengunjung. Memang mereka ingin melepas lelah karena stress tidak bisa mudik. Namun jangan sampai lalai dan akhirnya membuat klaster baru. Karena pengunjung main air dan tidak menjaga jarak, serta malas pakai masker.
Perlu ada tindakan tegas dari tim satgas covid-19 untuk menertibkan mereka, agar tetap mematuhi protokol kesehatan saat berwisata. Meski pihak pengelola sudah mengatur agar maksimal pengunjung 50%, tetapi orang-orang yang masuk harus memakai masker dan jangan dilepas walau hanya 5 menit. Mereka juga wajib mencuci tangan dan menjaga jarak.
Aneh sekali ketika banyak orang yang tidak mau kena corona tetapi mereka melanggar peraturan, padahal sudah dilarang untuk mudik dan mendatangi atau membuat open house. Jangan sampai pula ada klaster wisata dan kita semua harus menaati protokol kesehatan. Semua aturan ini dibuat untuk kebaikan masyarakat sendiri, sehingga wajib ditaati agar tidak ada yang kena corona.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor