Mewaspadai Lonjakan Kasus Covid-19 Setelah Idul Fitri
Oleh : Alfisyah Dianasari )*
Virus corona makin mengkhawatirkan karena bermutasi ganda, sehingga cepat sekali menyebar dan menginfeksi manusia. Di sisi lain, banyak masyarakat yang nekat mudik meskipun Pemerintah telah sekuat tenaga melarang warga pulang ke kampung halaman saat idul Fitri karena dikhawatirkan akan meningkatkan lonjakan kasus baru Covid-19.
Liburan Panjang dan momentum Idul Fitri sering dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk melakukan mudik ke kampung halaman. Namun demikian, tren tersebut berpotensi besar untuk meningkatkan kasus Covid-19 sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya.
Penyekatan untuk mencegah pemudik, cukup efektif dalam mencegah masyarakat dari luar daerah kembali ke kampung halaman. Namun, faktanya banyak pula orang yang memaksakan mudik dan lolos dari pos penyekatan.
Hal tersebut berisiko akan adanya masyarakat yang terpapar Covid-19 saat dalam perjalanan kembali dari kampung halaman. Di sisi lain, momentum momen Idulfiri juga sering dimanfaatkan bersilaturahmi kepada sanak saudara juga tetangga. Jika tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, maka risiko terpapar Covid-19 juga menjadi tinggi.
Ketua Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengatakan agar seluruh fasilitas pelayanan kesehatan serta dokter dan tenaga kesehatan menyiapkan ketersediaan ventilator, obat-obatan, alat pelindung diri (APD), dan tempat tidur dalam 1-2 bulan ke depan.
Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena selain adanya mobilitas penduduk yang tinggi, masyarakat juga rentan terpapar varian baru yakni corona mutasi ganda. Virus hasil mutasi ini ditemukan di India dan terbentuk karena masyarakatnya tidak menjaga protokol kesehatan. Mereka nekat melakukan ritual di Sungai Gangga, berdesak-desakan dan tanpa masker, sehingga penyebaran corona menggila. Bahkan dikabarkan ratusan orang langsung meninggal dunia per harinya.
Mutasi virus covid-19 memang berbahaya karena ia bermutasi ganda, dalam artian penyebaran dan penularannya 2 kali lipat. Sedihnya, virus ini sudah masuk ke Indonesia dan ada 2 orang di Tangerang selatan yang terinfeksi. Kita tentu tidak ingin tertular, sehingga harus melakukan protokol kesehatan dengan ketat.
Menurut dokter Devia Putri, protokol kesehatan ditambah, bukan lagi 3M tetapi 5M. Kelimanya adalah: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak minimal 2 meter, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Kita wajib melakukan semua 5M dan tidak boleh lupa salah satunya, agar aman dari serangan corona mutasi ganda.
Mengapa protokol kesehatan ditambah 2 poin sehingga jadi 5M? Penyebabnya karena masih banyak yang mengabaikan 3M, apalagi 5M. Kalau mereka sudah memakai masker maka menganggap semua akan aman-aman saja, lalu melenggang bebas dan masuk ke dalam pasar. Padahal pengunjung bertumpuk sehingga tidak bisa menjaga jarak.
Menghindari kerumunan sangat penting karena menurut penelitian WHO, virus covid-19 bisa menyebar di tempat yang sempit, kotor, dan pengap. Ketika ada gerombolan orang, maka otomatis udaranya jadi sesak, sehingga amat rawan jadi tempat penyebaran corona. Oleh karena itu, protokol untuk menghindari kerumunan diciptakan, agar menyempurnakan protokol menjaga jarak.
Kerumunan memang rawan dan kita juga jangan sampai membuat klaster baru dengan nekat mengadakan acara yang mengundang banyak orang, termasuk acara halal bi halal. Di masa pandemi, semua harus sadar diri karena ancaman dapat meningkat apabila kita abai.
Selain mencegah kerumunan, hindari juga mobilitas yang berlebihan. Jika Anda terpaksa bepergian, maka sudah sepatutnya melakukan karantina. Tujuannya agar mengamankan istri dan anak-anak dari penularan corona saat Anda berkendara, dan jangan sampai mereka terkena virus mutasi ganda.
Protokol kesehatan 5M dibuat agar masyarakat aman dari penularan corona. Jangan abaikan fakta bahwa saat ini pandemi masih berlangsung. Apalagi ada virus covid-19 hasil mutasi ganda dan sudah masuk ke Indonesia. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, mematuhi protokol kesehatan, menjaga higienitas dan imunitas tubuh.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Depok