Mewaspadai Penyebaran Covid 19 Subvarian Omicron BA.5
Oleh : Syafrudin Pratama *)
Kasus pertama Covid-19 yang disebabkan subvarian Omicron BA.5 telah teridentifikasi di negara China. Ironisnya kasus tersebut justru ditemukan pada orang yang telah menerima vaksinasi ke-4.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC), pada akhir April 2022, pasien tersebut didiagnosis terinfeksi Subvarian Omicron BA.5 setelah tiba di Shanghai dari Uganda.
Beberapa subvarian Omicron sebelumnya seperti BA.4, BA.2.3, dan BA.2.12.1 juga ditemukan pertama kali di China. Oleh karena itu, Otoritas bea dan cukai China memperketat pengawasan perbatasan agar resiko penularan semakin berkurang.
Menurut pendapat penulis, Virus Covid-19 sangat wajar jika masih terus bermutasi dan memunculkan varian baru. Senada dengan penulis, Jin Dongyan, seorang ahli virus dan profesor dari School of Biomedical Sciences di Universitas Hongkong mengatakan bahwa cukup normal jika hampir 30.000 nukleotida virus ini akan memiliki satu atau dua mutasi per bulan, sedangkan galur mutan tidak terlalu banyak perubahan. Beliau berpendapat tingkat mutasi COVID-19 berada pada level yang rendah dibandingkan dengan virus lain.
Penulis juga mendapatkan suatu data riset terbaru dan komprehensif dari negara Israel yang menunjukkan bahwa dosis ke-4 vaksin akan meningkatkan perlindungan tiga kali lipat bagi lansia (usia 60 tahun keatas) jika dibandingkan dengan tiga dosis sebelumnya, sehingga akan terlindung dari penyakit yang lebih parah apabila terpapar Covid-19.
Riset tersebut menunjukkan bahwa dosis keempat akan memberi harapan kepada masyarakat di seluruh dunia bahwa pandemi Covid-19 dapat cepat teratasi karena dosis ke-4 terbukti dapat menekan perkembangan Covid-19.
Tentunya hal tersebut perlu disikapi dengan serius agar Indonesia terhindar dari paparan Covid-19 subvarian Omicron BA.5. Apalagi sudah diperbolehkannya masyarakat untuk tidak memakai masker saat beraktivitas di area terbuka dan tidak padat orang.
Dalam hal ini, yang perlu dilakukan adalah masyarakat harus tetap menjaga protokol kesehatan seperti menjaga serta menghindari kerumuman untuk mencegah penularan. Masyarakat juga perlu meningkatkan kekebalan tubuh dengan menjaga pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan bergizi, perbanyak buah, sayur, dan vitamin serta berolahraga. Apabila masyarakat merasa tidak enak badan ataupun demam yang berlebihan agar dapat melakukan tes PCR secepatnya untuk mendeteksi Covid-19 dengan menghubungi pihak terkait.
Selain itu, penulis juga berpandangan bahwa Pemerintah perlu untuk terus memberikan himbauan kepada masyarakat agar selalu menjaga protokol kesehatan saat bepergian. Hal ini diharapkan akan menghindari masyarakat dari paparan Covid-19 subvarian Omicron BA.5.
Sikap disiplin masyarakat didalam menjaga protokol Kesehatan akan sangat membantu Pemerintah dalam menangani Covid-19, sehingga tidak semakin tersebar luas. Diharapkan dengan sikap tersebut Covid-19 di Indonesia tidak bertambah banyak dan berubah status dari pandemi menjadi endemi
*Penulis adalah kontributor Trilogi Institute