Mewaspadai Penyebaran Radikalisme di Kalangan Mahasiswa
Oleh : Edi Jatmiko )*
Kaum radikal masih terus saja mencari celah untuk merekrut anggota baru. Saat ini mereka tidak berfokus pada aksi kekerasan dan pengeboman, tapi lebih ke tindakan membawa kader-kader baru dari kalangan mahasiswa. Radikalisme di area kampus yang menyasar para mahasiswa ini sangat berbahaya karena mahasiswa bisa membantu kaum radikal untuk membuat buletin dan website. Mereka juga bisa terancam masa depannya karena fokus pada penyebaran ajaran radikalisme daripada belajar di bangku kuliah.
Mahasiswa adalah sasaran empuk dari kaum radikal. Mengapa harus mahasiswa? Karena mereka cenderung lebih kritis kepada pemerintahan. Mahasiswa yang berusia muda juga masih dalam tahap mencari jati diri dan bisa dengan mudah dipengaruhi oleh kaum radikal. Tentu dengan berbagai janji antara lain kapling di surga, pemerintahan baru yang adil dan makmur, dan lain-lain.
Kaum radikal masuk ke area kampus tentunya secara diam-diam, agar tidak ketahuan dosen dan para pejabat di Universitas. Mereka mendekati mahasiswa yang aktif pada unit kegiatan terutama di bidang keagamaan. Ceramah agama dijadikan topeng, awalnya membahas tentnag perdamaian, tapi akhirnya mereka ceramah tentang kekejaman di Gaza, pemerintah yang dianggap sekuler, dan lain-lain. Intinya, mereka mengajak mahasiswa untuk ikut membenci pemerintahan dan membentuk negara baru dengan sistem khilafiyah.
Di dalam kampus juga bisa diadakan razia terhadap seluruh unit kegiatan mahasiswa. Karena kaum radikal kadang nekat masuk ke UKM tersebut dan bahkan menginap di ruangan markasnya, padahal statusnya bukan mahasiswa. Di gerbang kampus juga harus ditingkatkan penjagaan, agar yang bisa masuk hanya mahasiswa dan dosen, serta pegawai administrasi dan kebersihan. Jika ada tamu atau penceramah dari luar, harus membawa surat tugas yang resmi. Semua ini dilakukan agar kampus tidak kecolongan dan ternyata mahasiswanya terpengaruh oleh kaum radikal.
Rektor UK Widya Mandira Kupang, Dr Philipus Tule menyatakan bahwa kampus harus mewaspadai radikalisme, karena sangat berbahaya. Untuk menangkal radikalisme, maka sudah seharusnya di setiap kampus diadakan perkuliahan yang berisi tentang nilai-nilai pancasila dan juga nasionalisme.
Selain itu, bisa juga diajarkan pula materi tentang kebhinekaan, karena Indonesia tidak hanya terdiri dari 1 suku dan agama. Jadi materi ini wajib dipelajari agar mahasiswa tumbuh jadi seseorang yang toleran dan tidak jadi seorang chauvanis. Materi ini juga membentuk mahasiswa agar jadi seseorang yang paham bahwa berbeda itu indah.
Kampus juga bisa mengadakan perkuliahan tambahan yang berisi tentang pendidikan karakter. Juga diadakan kegiatan yang dilakukan oleh banyak mahaasiswa lintas agama. Tujuannya agar mereka bisa saling mengenal dan menumbuhkan rasa toleransi dan kebersamaan. Jadi, nantinya mahasiswa akan tumbuh jadi pribadi yang berkepribadian baik dan tidak mudah mengejek orang lain yang tidak seagama atau tidak sealiran dengannya.
Sebagai mahasiswa juga wajib untuk membentengi diri sendiri dari pengaruh kaum radikal. Jangan mudah percaya akan rayuan mereka yang menjanjikan angin surga dan juga berbagai fasilitas menarik, jika Anda mau masuk dan jadi kader muda mereka. Waspadalah ketika ada kegiatan di kampus yang mencurigakan, jadi jangan asal mengikutinya. Apalagi jika itu gratis dan malah memberikan banyak kue dan materi dari pengisi acaranya. Pelajari dulu siapa penyelenggaranya, sponsornya, sampai pengisi acaranya. Apakah ia benar-benar kompeten atau ternyata simpatisan kaum radikal.
Radikalisme di kalangan mahasiswa memang meresahkan karena mereka seharusnya belajar dengan tekun dan jadi sarjana yang cerdas. Namun ketika sudah terpengaruh oleh rayuan kaum radikal, bisa-bisa kuliahnya bubar dan malah memilih untuk jihad ke luar negeri dan mau-mau saja ketika dicuci otaknya. Waspadalah, jangan sampai salah langkah.
)* Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini