Mewaspadai Politisasi Demo Aksi Bela Nabi
Oleh : Deka Prawira )*
Demonstrasi mengecam pernyataan Presiden Prancis terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tetap mewaspadai provokasi isu Aksi Bela Nabi yang berpotensi digunakan Front Pembela Islam (FPI) maupun Persaudaraan Alumni (PA) 212 sebagai panggung untuk mencari simpati hingga menuntut kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia.
Beberapa waktu lalu, sempat viral video tentang Habib Rizieq yang mengumumkan rencananya untuk pulang ke Tanah Air dalam waktu dekat. Dirinya belum dapat pulang karena terganjal masalah overstay visa.
Dalam video dengan durasi 1 menit 30 detik tersebut, Habib Rizieq mengatakan akan memboyong serta keluarganya ke Indonesia hinga menyebut untuk melanjutkan perjuangan.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menjelaskan bahwa kepulangan pentolan Front Pembela Islam (FPI) tersebut dapat berdampak pada peningkatan suhu politik di Indonesia.
Karyono mengatakan, apabila HRS kembali ke tanah air dan memimpin aksi, maka akan ada pihak yang berharap dapat meningkatkan turbulensi politik yang bertujuan untuk menggoyang pemerintahan saat ini.
Sementara di tanah air, Persaudaraan Alumni (PA) 212 bakal mendatangi Kedutaan Besar Perancis di Jakarta untuk mengecam pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang dinilai menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Presiden RI Joko Widodo juga telah mengatakan bahwa Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang menghina agama Islam dan telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pernyataan persnya usai bertemu dengan sejumlah pemimpin organisasi keagamaan di Indonesia membahas perkembangan dunia, khususnya terkait dengan persaudaraan antarumat beragama.
Secara tegas Jokowi mengatakan bahwa kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian, serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.
Jokowi juga mengajan kepada dunia untuk mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik.
Kecaman yang dilontarkan oleh Presiden Jokowi rupanya mendapatkan apresiasi dari Juru Bicara Presiden PKS Pipin Sopian, pihaknya mengapresiasi sikap Jokowi yang dinilai sensitif membaca keresahan masyarakat Indonesia.
Dalam hal ini kita tentu sepakat bahwa apa yang dilakukan oleh Macron adalah hal yang tidak dibenarkan dan melukai perasaan umat Muslim di seluruh dunia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyidin Junaidi telah meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dengan ajakan untuk memboikot produk perancis.
Seruan tersebut sebelumnya muncul di sejumlah negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirate Arab, Kuwait dan Qatar.
Junaidi meyakini bahwa Indonesia telah mengambil langkah-langkah diplomatis untuk merespon pernyataan Macron. Tujuannya agar hal ini tidak merugikan hubungan bilateral antara Indonesia-Perancis ke depan
Meski demikian, Muhyidin tetap menyesalkan pernyataan Macron. Pasalnya, tidak semestinya seorang kepala negara mengeluarkan pernyataan yang berpotensi memecah belah persatuan.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Jaringan Moderasi Indonesia Islah Bahrawi berharap, agar umat Islam dapat menganalisa terlebih dahulu pernyataan yang disampaikan oleh Macron sebelum menyampaikan pendapat maupun bersikap lebih jauh.
Islah menuturkan, reaksi umat Islam seringkali terjadi karena latah. Ketika sebuah isu meletup dan bergesekan dengan agama, semua orang kadang segera menutup mata, tanpa menganalisa kejadian sebenarnya. Hal inilah yang menyebabkan kenapa militansi umat Islam kerap menjadi alat bentur untuk pertempuran orang lain.
Apalagi dengan adanya seruan boikot ini, dapat memicu persaingan usaha yang tidak sehat. Sangat disayangkan apabila isu yang ditunggangi yang sebenarnya isu organik dipelintir menjadi senjata untuk menyerang merek atau produk tertentu yang dapat mendorong persaingan tidak sehat.
Apalagi dengan adanya seruan ini akan sangat disayangkan apabila seruan boikot akan membuat Habib Rizieq yang sedang menikmati ‘liburannya’ di Arab Saudi lantas ngotot pulang ke Indonesia.
Kita semua tahu bahwa keberadaan Habib Rizieq hanya akan memperkeruh kondisi politis bangsa.
Oleh karena itu kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan tagar ketika bermain di sosial media, bisa saja tagar itu merupakan tagar pesanan yang dapat direkayasa atau pesanan pihak tertentu untuk mencari keuntungan komersil.
Kita memiliki hak untuk memilih atau membeli barang apapun, namun sangat disayangkan apabila kita turut serta latah dengan mendengungkan boikot terhadap produk-produk asal perancis, dimana sebagian dari produk tersebut menyerap tenaga kerja warga Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini