Mewaspadai Provokasi Antar Suku di Yahukimo Papua
Oleh : Saby Kosay )*
Masyarakat diminta untuk mewaspadai provokasi konflik masyarakat yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Masyarakat pun diminta untuk tetap tenang karena penegakan hukum terus berjalan untuk menjamin keamanan rakyat di Papua.
Ada berbagai macam suku asli di Papua, mulai dari Suku Dani, Yali, Kimyal, dll. Penduduk di Bumi Cendrawasih hidup berdampingan dengan damai dan sudah puluhan tahun tidak ada lagi peperangan antar suku. Mereka bisa membuat harmoni kehidupan yang baik dan tida lagi mengasah mata anak panah untuk dilepaskan ke arah orang yang dibenci, di peperangan.
Namun sayangnya di Yahukimo terjadi konflik yang menyebabkan berbagai kerugian, mulai dari properti yang dibakar sampai 6 warga yang dibunuh. Tragedi ini amat memilukan karena terjadi akibat kejamnya hoaks, akibat meninggalnya mantan bupati Yahukimo, Abock Basup, awal oktober ini.
Konflik terjadi karena hoaks dan dugaan yang salah. Bisa jadi yang menyerang menuding suku lain sebagai penyebabnya, padahal eks bupati meninggal di Jakarta dan dinyatakan tiada karena serangan jantung. Hoaks ini sangat keji dan bisa memicu konflik selanjutnya, bahkan peperangan antar suku.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyatakan keprihatinannya atas kerusuhan yang terjadi di Yahukimo, Papua. Apalagi peristiwa ini memakan 6 korban jiwa dan ada 1.000-an warga yang dievakuasi ke tempat yang aman. Beliau juga mewanti-wanti akan adanya isu liar di luar sana dan jangan mudah dipercaya, karena belum tahu sumber beritanya.
Sufmi menambahkan, jangan termakan hoaks atau isu liar karena saat ini sedang diselenggarakan PON XX (di Jayapura dan 3 tempat lain) di Papua. Takutnya isu liar ini akan memecah-belah rakyat Papua. Dalam artian, jangan sampai keberadaan PON XX yang baru saja menyatukan warga sipil, malah dirusak oleh hoaks dan isu yang tidak bertanggungjawab.
PON XX adalah acara berlevel nasional tetapi juga dipantau oleh netizen internasional, sehinga harus dijaga betul oleh aparat. Jangan sampai konflik yang ada di Yahukimo merembet sampai ke Jayapura dan klaster PON XX lainnya, termasuk di Wisma Atlet.
Untuk membuat suasana kondusif, maka Sufmi menyarankan pendekatan secara persuasif. Tujuannya agar masyarakat tenang dan tidak panik atau terserang secara psikologis. Dalam artian, jika mereka terus termakan hoaks maka bisa memicu konflik selanjutnya. Padahal akibatnya bisa fatal karena memicu peperangan antar suku, yang sudah lebih dari 10 tahun berhasil dihapus di Papua.
Perang antar suku hanya akan membawa banyak kerugian, mulai dari materiil hingga non materiil. Dari konflik di Yahukimo saja belum ditaksir berapa total kerugiannya, karena ada banyak bangunan yang terbakar. Belum lagi korban jiwa yang meninggalkan keluarganya, sehingga mereka jadi menderita, dan korban luka yang membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi.
Selain itu, perlu diadakan lagi razia yang lebih ketat di Papua, terutama di Yahukimo. Penggeledahan bisa dilakukan untuk tahu apakah pengendara sepeda motor membawa anak panah atau senjata lain. Hal ini bukanlah untuk memicu kecurigaan berlebihan, tetapi sebuah upaya pencegahan dan sebagai usaha untuk mewujudan perdamaian di Papua.
Yahukimo pernah membara dan konflik ini membawa banyak kerugian dan ada korban jiwa. Jangan sampai gara-gara hoaks dan provokasi dari oknum tertentu, akan memicu peristiwa tragis selanjutnya yang berujung pada peperangan antar suku. Perdamaian di Papua harus dijaga agar benar-benar kondusif dan masyarakat akan merasa aman di sana.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta