Mewaspadai Provokasi OPM dan Veronica Koman Terkait Pembebasan Pilot Susi Air
Oleh : Hugo Steve Momoribo )*
Pembebasan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), terus menjadi sorotan publik. Di balik keberhasilan aparat keamanan dalam mengakhiri masa penyanderaan tersebut, muncul berbagai upaya provokasi yang mengaburkan fakta terkait peran aparat keamanan.
Veronica Koman, seorang aktivis yang sering menyoroti isu Papua, secara konsisten menyebarkan narasi di media sosial yang mencoba menggiring opini publik bahwa OPM merupakan aktor utama di balik pembebasan Philip.
Wanita tersebut melalui platform digitalnya menyampaikan pesan yang menyesatkan. Ia menyebarkan suatu kabar bahwa seolah-olah keluarga Philip Mark Mehrtens berterima kasih kepada OPM karena menjaga keselamatan pilot tersebut selama masa penyanderaan.
Ia juga menggambarkan bahwa kelompok separatis tersebut telah mengizinkan Philip untuk menyampaikan pesan kepada keluarganya demi menegaskan bahwa dirinya dalam keadaan sehat.
Tindakan Veronica ini bertujuan memperkuat persepsi bahwa OPM seolah-olah bertindak sebagai pelindung selama penyanderaan, sementara kenyataannya berbeda. Koman bahkan berani menyatakan bahwa pembebasan itu murni merupakan hasil inisiatif dari OPM, tanpa melibatkan pihak keamanan.
Sebby Sambom, Juru Bicara OPM, turut serta dalam menyebarkan klaim yang sama. Ia berupaya menggiring opini bahwa keberhasilan pembebasan tersebut sepenuhnya di bawah kendali Organisasi Papua Merdeka, dan menuding bahwa aparat keamanan, termasuk TNI, Polri, dan BIN, tidak memiliki peran dalam operasi tersebut.
Sambom bahkan menuding bahwa pemimpin kelompok OPM di Nduga, yakni Egianus Kogoya menerima suap untuk membebaskan pilot asal Selandia Baru tersebut, sebuah tuduhan yang sangat tidak berdasar.
Namun, di balik narasi yang coba disebarkan oleh OPM dan Veronica Koman, fakta menunjukkan sebaliknya. Tim Elang dari Badan Intelijen Negara (BIN) berperan sangat penting dalam negosiasi dan pelacakan untuk membebaskan Philip Mark Mehrtens.
Kepala Satuan Tugas Elang IV, Brigadir Jenderal Murbianto Adhi Wibowo, menjelaskan bahwa perkembangan situasi kesehatan pilot tersebut menjadi kunci utama dalam negosiasi. Dengan memantau kondisi fisik dan mental Philip, tim berhasil mengetahui lokasi dan memastikan keamanannya.
Sejak 7 Februari 2023, Tim Elang terus melacak keberadaan Mehrtens di wilayah Nduga, Papua Pegunungan. Pelacakan ini berhasil mengamankan pilot tersebut tanpa adanya korban jiwa dari pihak aparat, warga sipil, maupun sandera sendiri.
Keberhasilan tersebut menegaskan pentingnya pendekatan yang tidak represif dalam menangani kasus penyanderaan, sesuai dengan arahan dari Pemerintah untuk mengutamakan keselamatan sang pilot.
Kombes Pol. Bayu Suseno, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, dengan tegas membantah klaim yang disampaikan oleh Sebby Sambom. Ia menegaskan bahwa narasi yang disebarkan OPM hanyalah upaya untuk membangun citra palsu bahwa mereka mengendalikan situasi.
Padahal, faktanya, peran aparat keamanan sangat signifikan dalam memastikan pembebasan tersebut terjadi tanpa insiden besar. Sambom, menurut Kombes Bayu, sengaja menyebarkan informasi palsu untuk meraih simpati publik dan memperkuat citra kelompok mereka di Bumi Cenderawasih.
Dalam pernyataan resmi, Presiden Joko Widodo turut mengapresiasi upaya panjang yang dilakukan oleh TNI, Polri, dan BIN dalam proses negosiasi. Kepala Negara menekankan bahwa keselamatan Philip menjadi prioritas utama selama operasi berlangsung.
Pendekatan yang sabar dan tidak menggunakan tindakan represif berhasil membuahkan hasil positif, memastikan Philip dibebaskan dalam kondisi sehat. Presiden Jokowi juga menggarisbawahi pentingnya negosiasi dalam menghadapi kelompok separatis tanpa menambah ketegangan di wilayah berjuluk Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi.
Keberhasilan operasi pembebasan tersebut tentu tidak bisa dipisahkan dari peran strategis aparat keamanan. Meski OPM dan pendukungnya, termasuk Veronica Koman, mencoba mengaburkan fakta, peran nyata TNI, Polri, dan BIN dalam negosiasi serta operasi di lapangan sangat krusial. Upaya gerombolan separatis musuh negara itu untuk memutarbalikkan fakta menunjukkan bahwa mereka terus berusaha menarik simpati publik melalui propaganda yang menyesatkan.
Secara keseluruhan, provokasi yang dilancarkan OPM dan Veronica Koman harus dilihat sebagai bagian dari upaya mereka untuk menggiring opini dan menciptakan narasi yang menguntungkan kelompok separatis.
Pemerintah dan aparat keamanan perlu terus waspada terhadap upaya-upaya tersebut, dan terus memastikan bahwa fakta yang sebenarnya terkait pembebasan Philip Mark Mehrtens tetap tersampaikan kepada masyarakat luas. Provokasi semacam ini tidak hanya berbahaya bagi stabilitas keamanan di Papua, tetapi juga berpotensi menyesatkan opini publik internasional.
Melalui pendekatan yang lebih hati-hati dan berbasis fakta, Indonesia dapat terus mempertahankan kedaulatan atas Bumi Cenderawasih, sekaligus melawan upaya-upaya kelompok separatis yang berusaha mengoyak persatuan bangsa.
Dalam menghadapi tantangan itu, peran aparat keamanan serta dukungan penuh dari masyarakat akan menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah berjuluk Kota Emas tersebut. Masyarakat pun diharapkan selalu senantiasa mewaspadai provokasi OPM yang terbukti sering menyebabkan kekacauan di masyarakat.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta