Mewaspadai Skenario Kelompok Separatis Papua Membuat Kerusuhan di Wamena
Oleh : Abner Wanggai )*
Kericuhan di Wamena pecah dan menelan korban jiwa. Kerusuhan tersebut diduga kuat dilakukan oleh kelompok separatis yang selalu menginginkan masyarakat untuk terus bertikai. Kini Wamena berangsur kondusif dan pihak keamanan terus berkomitmen menangkap pelaku kerusuhan.
Kerusuhan yang terjadi di Wamena beberapa pekan lalu cukup menyita perhatian publik. Keadaan yang semula aman dan damai, gempar akibat berita kerusuhan yang berujung tindakan anarkis. Hingga mengakibatkan ribuan warga harus mengungsi. Pusat perbelanjaan mengalami kerugian, rumah-rumah warga dibakar, serta geliat ekonomi turut lumpuh. Hingga yang paling parah terdapat oknum OPM. Yang mana disebut-sebut beraksi secara membabi buta dan brutal.
Kabar baru menyebutkan jika Warga Wamena menduga jika pelaku rusuh tersebut berasal dari luar wilayah. Hal itu diungkapkan oleh pengungsi yang sempat diselamatkan warga lainnya dan disembunyikan di dalam rumah. Ia mampu menyelamatkan diri akibat kerusuhan ini ternyata juga orang asli Wamena.
Ia diperintahkan oleh tetangganya bersembunyi di sebuah rumah kontrakan hingga ada aparat keamanan datang dan mengevakuasinya. Yang kemudian dibawa ke Polres Jayawijaya, Wamena. Dirinya curiga jika pelaku kerusuhan itu bukanlah orang asli Wamena. Dikarenakan banyak diantaranya yang menakai seragam sekolah, tapi terlihat kekecilan di badan mereka. Selain itu, wajah mereka dipenuhi brewok atau berjanggut lebat.
Ia menyangkal jika pelaku adalah anak sekolah, karena mana mungkin siswa memiliki penampilan berjengggot. Pasalnya ia telah hampir mendiami wilayah Wamena 20 tahun silam. Hal senada juga diungkapkan warga lainnya. Ia mengaku telah diselamatkan juga oleh tetangga, sehingga dirinya juga anak dan istri yang tengah hamil bisa selamat. Ia mengaku jika kontrakan rumahnya telah habis dibakar massa.
Ada pula yang menyatakan dirinya diamankan dan dievakuasi ke dalam gereja Baptis Di Pikey bersama 300 orang pengungsi lainnya. Mereka mengatakan jika warga yang menyelamatkan mereka mengaku jika terduga perusuh ialah warga luar Wamena.
Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda mengatakan para perusuh diduga berasal dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Mereka menyusup dengan menggunakan seragam SMA ke kelompok pelajar PGRI. Mereka membakar sejumlah bangunan, termasuk kantor bupati di Wamena.
Kelompok separatis selalu menginginkan kerusuhan dan umumnya menyerang di malam hari. Mereka juga anarkis dan Kepolisian sempat baku tembak dengan kelompok separatis tersebut di Jalan Irian.
Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto mengatakan ada instruksi tokoh separatis Papua, Benny Wenda, di balik kericuhan di Wamena, Papua. Benny menginstrusikan kelompok kriminal bersenjata (KKB) untuk menyerang masyarakat pendatang di Wamena.
Sementara itu Mayor Jenderal Herman Asaribab selaku Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih, meninjau lokasi sekaligus ikut meredam berita hoax yang dinilai dapat memicu insiden lanjutan di Wamena. Mayjen Herman datang bersama para ketua Komunitas Suku Nusantara. Ia mengajak masyarakat lebih bijak dalam menerima serta menyikapi insiden dan hoax yang terjadi di tanah Papua.
Dirinya juga meminta kepada masyarakat agar mempercayakan kasus yang tengah melanda Papua kepada pemerintah. Putra asli Papua itu turut berharap kepada masyarakat guna menjaga persatuan serta kesatuan Bangsa Indonesia. Ia menambahkan untuk proses evakuasi pengungsi memang harus sesuai prosedur. Mengingat muatan pesawat guna mengangkut korban hanya diketahui oleh pihak aparat penerbangan. Sehingga, percayakan semuanya kepada aparat yang berwenang.
Diberitakan, sebelumnya titik-titik penampungan yang digunakan untuk pengungsian ialah, Komando Distrik Militer, Gedung Mapolres, serta beberapa rumah ibadah area setempat. Guna menanggulangi dampak traumatik kepada korban, pihak Polda Papua meggelar acara pemulihan (trauma healing) khususnya kepada anak-anak pengungsi. Acara bertempat di halaman SD YPPK Santo Stevanus, Kampung Wouma, wilayah Wamena. Hal tersebut disampaikan oleh Kombes Pol AM Kamal, selaku Kabid Humas Polda Papua di Kota Jayapura.
Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar seratus-an anak yang ditengarai berdomisili di wilayah kampung Wouma, Wamena. Sambutan yang hangat terpancar saat tim trauma healing datang. Antusiasme mereka mulai terlihat saat banyak permainan yang diberikan termasuk mendongeng, bernyanyi, menggambar serta mewarnai. Acara tersebut juga memberikan apresiasi berupa pembagian bingkisan.
Salah satu warga mengaku jika kondisi memanglah belum aman dan nyaman. Namun, kegelisahan hilang saat tim Polda menyambangi daerah tersebut. Ia dan juga warga lain terlihat tenang dan merasa aman. Mereka mengungkapkan jika kini dapat beraktivitas seperti biasa karena pengamanan yang diberikan oleh Tim Polda Papua beserta Polres Jayawijaya. Lebih lanjut, mereka berharap dengan kegiatan yang dinilai cukup singkat ini mampu membuat anak-anak dapat kembali bersekolah, serta bersemangat seperti sedia kala. Sehingga mereka akan bisa kembali menjalani kehidupan anak normal seperti sebelumnya, bermain tanpa ada rasa takut akibat insiden yang telah menimpa mereka.
Meski ditengarai pelaku adalah dari luar wilayah Wamena, bukankah seharusnya sama-sama hidup di bumi Cendrawasih saling menjaga kerukunan, keamanan juga menciptakan situasi kondusif? Bukannya malah membuat kekisruhan, menyebarkan hoax sana-sini yang disertai aksi anarkisme brutal. Harapannya, aparat keamanan segera dapat menangkap oknum-oknum perusuh yang mengancam dan meresahkan warga. Sehingga seluruh masyarakat akan hidup dalam damai seperti sedia kala.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta