Mewujudkan Natal Aman dan Damai
Oleh : Kevin Sianturi )*
Perayaan Natal 2021 merupakan momentum yang dinanti oleh banyak orang. Masyarakat dan Pemerintah pun diminta untuk terus bersinergi serta menjaga situasi kondusif guna mewujudkan Perayaan Natal aman dan damai.
Akhir tahun membawa kedamaian bagi umat kristiani karena mereka merayakan Natal dan menyambut tahun baru. Hari raya selalu disambut dengan gembira, karena bisa melakukan misa Natal, bertukar kado, dan diakhiri dengan makan bersama. Namun kebahagiaan ini bisa saja terenggut karena saat ini masih pandemi Corona, sehingga semuanya harus tetap waspada.
Selain ancaman Corona, perayaan Natal juga wajib diamankan karena bisa jadi ada ancaman pengeboman dari teroris (jika kita berkaca dari kejadian di tahun-tahun sebelumnya). Jangan sampai desember menjadi bulan berdarah gara-gara ulah kelompok tak bertanggung jawab. Oleh karena itu pemerintah berusaha keras agar Natal bisa aman, baik dari ancaman penularan Corona maupun serangan teroris.
Untuk mencegah merebaknya virus Covid-19 lagi maka pada tahun ini boleh diselenggarakan misa Natal di gereja tetapi dilaksanakan secara hybird alias setengahnya online dan setengahnya offline. Kapasitas maksimal di dalam rumah ibadah hanya boleh 50% sehingga sistem hybird jadi pilihan. Umat yang masih khawatir akan penularan Corona bisa mengikuti ibadah via live streaming.
Ibadah secara hybird memang menjadi hal baru di kala pandemi tetapi diharap tidak akan mengurangi kekhusyukannya. Umat akan tetap fokus untuk beribadah dan merayakan Natal walau belum bisa datang langsung ke gereja. Sementara itu, bagi yang bisa datang langsung, maka tetap menjaga protokol kesehatan dengan memakai hand sanitizer dan menjaga jarak, serta menghindari bersalaman serta cipika-cipiki.
Selain mengantisipasi penularan Corona, maka saat Natal juga ada pengamanan ketat, agar jangan sampai terjadi kekacauan berdasarkan SARA. Pemerintah menghimbau masyarakat agar mengutamakan toleransi, karena sebagai negara yang memiliki rakyat yang majemuk, toleransi adalah kunci menuju kedamaian. Dengan toleransi maka umat kristiani bisa merayakan Natal dengan bahagia, karena mereka disambut baik oleh yang lain.
Jika semua orang memiliki toleransi yang baik maka kita optimis Natal 2021 akan berlangsung dengan mulus, tanpa ada gesekan antar warga. Mereka juga tidak terpicu akan provokasi dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Sweeping yang terjadi saat Natal dan tindakan intoleran juga sudah sangat dicegah karena pemerintah telah membubarkan ormas yang sering melakukannya, karena terbukti radikal dan berafiliasi dengan teroris.
Untuk mewujudkan Natal yang aman dan damai, maka aparat keamanan makin memperketat penjagaan. Pertama, digencarkan lagi razia dan operasi lilin. Tujuannya selain untuk melancarkan mobilitas saat libur nataru (Natal dan tahun baru) juga untuk mencegah ada orang-orang mencurigakan yang membawa senjata tajam, bahkan bom molotov.
Cara kedua adalah dengan menangkap para teroris di beberapa daerah, mulai dari Batam sampai Sumatera Utara. Upaya pencegahan wajib dilakukan untuk menjamin keamanan umat. Jangan sampai mereka takut untuk beribadah di hari Natal gara-gara ancaman teroris. Beberapa hari sebelum 25 desember, di banyak gereja diperiksa keamanannya oleh polisi, jangan sampai ada yang kecolongan dan ternyata disusupi oleh bahan peledak.
Keamanan saat Natal sangat dijaga oleh aparat, tujuannya agar umat kristiani bisa beribadah dan merayakan Natal dengan damai dan tidak khawatir akan ancaman dari kelompok teroris. Selain itu, pemerintah juga membuat skema agar ibadah Natal lancar tanpa ada penularan Corona, dengan membatasi kapasitas maksimal 50% saja. Perayaan Natal akan tetap khidmat walau diadakan secara hybird.
)* Penulis adalah warganet / kontributor Citizen Journalis