Nafsu Berkuasa, Pertempuran Kursi Panas DKI 2
Oleh: Hasbi Solikin )*
Perebutan kursi DKI 2 semakin memanas. Kita melihat betapa manusia begitu bernafsu memperebutkan kekuasaan itu. Baik itu partai yang kental dengan budaya Islam yaitu PKS dan partai Gerindra. Tanpa mereka sadari pergerakan mereka terus terpantau media. Masyarakat melihat dan berpendapat sepertinya partai Islam seperti PKS sama saja tidak ada bedanya dengan partai lain ketika melihat ada kesempatan untuk memperoleh kekuasaan dirinya langsung berubah seperti serigala yang haus darah.
Menurut saya, kursi DKI 2 ini sebaiknya diberikan oleh orang yang berasal dari Partai Gerindra. Karena Gerindra menjelang pilpres 2019 ini sedang naik pamornya karena Prabowo mencalonkan diri sebagai capres. Kenaikan pamor ini tentu saja juga didukung oleh meningkatnya dukungan dari masyarakat yang semakin meningkat. Apabila dukungan masyarakat DKI Jakarta untuk partai Gerindra meningkat, tentu saja produktifitas, kerukunan, dan kekompakan masyarakat juga meningkat bila kepercayaan itu diberikan kepada tokoh dari partai Gerindra untuk membangun Jakarta yang unggul.
Bila kita lihat calon yang diberikan oleh PKS adalah Agung Yulianto dan Ahmad Syaikhu. Ahmad Syaikhu ini adalah mantan calon wakil gubernur Jawa Barat. Beliau gagal menjadi wakil gubernur Jawa Barat karena masyarakat kurang mempercayai beliau dalam hal kepemimpinan. Sekarang kita bandingkan dengan wilayah Jakarta. Menurut saya produktifitas Jakarta akan menurun apabila dipimpin oleh Ahmad Syaikhu karena dilihat dari kualitas sudah tidak mumpuni untuk membangun Jakarta. Jakarta dan Jawa Barat adalah dua wilayah yang memiliki perbedaan cukup signifikan. Baik itu dalam kependudukan, kesibukkan, wilayah, bahkan permasalahan sehari-hari.
Kemudian kita bisa bandingkan dengan calon yang diusulkan dari partai Gerindra yaitu Muhammad Taufik. Beliau saat ini menjabat sebagai wakil ketua DPRD DKI Jakarta sejak tahun 2014 dan sekarang masih menduduki jabatan tersebut. Berdasarkan pengalaman dan jabatannya saat ini, beliau adalah satu-satunya orang yang paling pantas menggantikan kursi DKI 2 menjadi pendamping Anies. Terhitung sudah 4 tahun M Taufik memegang Jakarta walau sebagai legislatif. Kondisi ini dapat kita pahami artinya bahwa beliau sangat mengerti segala permasalahan yang melanda ibukota Indonesia ini. Selain itu, mencari solusi permasalahan di DKI Jakarta merupakan pekerjaan rutin beliau untuk memberikan masukan-masukan kebijakan peraturan yang membangun Jakarta.
Generasi milenial tidak boleh tinggal diam. Karena generasi milenial ini cukup bertumpu berat di wilayah DKI Jakarta dengan segala kehidupan modernitas dan kemajuan teknologi yang ada. Kita harus melek politik bahwa selain pertarungan pilpres 2019 yang semakin memanas, ada pertarungan kecil namun cukup berpengaruh terhadap negeri karena kita berbicara tentang ibukota negara Indonesia. DKI Jakarta sekali lagi berada pada momen di mana kekuasaan sedang diobral. Saya katakan diobral karena untuk mendapatkan Jabatan ini tidak memerlukan pemungutan suara yang memerlukan kontribusi masyarakat. Melainkan hak penuh partai pengusung untuk menentukan siapa tokoh yang tepat untuk mendampingi Anies membangun Jakarta. Pilihannya hanya dua, Gerindra atau PKS. Gerindra dengan segala pengalaman serta kredibilitas yang unggul bersama Muhammad Taufik yang telah lama memegang DKI Jakarta selama 4 tahun sebagai wakil ketua DPRD DKI Jakarta atau dari partai PKS Ahmad Syaikhu yang sebelumnya tidak berhasil mendapatkan kepercayaan masyarakat Jawa Barat untuk memperoleh kursi wakil gubernur Jawa Barat?
)* Pengamat Politik DKI Jakarta