Neno: Jihad Harta Untuk Prabowo-Sandi Auto Masuk Surga
Penulis: Gandi Widiyantoro*
Lama tak muncul, ustadzah gadungan Neno Warisman kembali berulah. Kali ini mengenai jihad instan agar jamaah auto masuk surga. Neno Warisman menyerukan kepada jemaah yang mendengarkan ocehannya untuk berjihad. Caranya, masing-masing orang diminta menyumbang kampanye Prabowo-Sandi sebesar Rp5 juta. Sumbangan itu, kata Neno sebagai bentuk jihad. Dalam rangka mensukseskan penggalangan dana, pihak 02 meluncurkan aplikasi RGP Bayar Bayar. Download aplikasi, bayar 5 juta, dijamin masuk surga.
Sebetulnya mau meminta sumbangan, ya meminta sumbangan saja. Gak usah bawa-bawa jihad segala. Bagi sebagian besar orang yang mendengarkan, mulut Neno itu menyebalkan. Seolah membela Capres yang gak bisa ngaji dan gak tahu apa agamanya adalah bagian dari perjuangan agama. Ini namanya pembodohan. Neno pun demikian, orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai ustadzah padahal ngaji saja belum tentu bisa. Mana ada ustadzah menyuarakan kebencian ke orang lain.
Siapakah target Neno? Tentu rakyat yang tidak tahu makna jihad. Rakyat dari golongan sumbu pendek merupakan sasaran empuk bagi Neno dan komplotannya. Baru kemarin majalah Forbes mengeluarkan data orang terkaya Indonesia. Adik Prabowo, Hasyim Joyohadikusumo, masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Hasyim aktif diorganisasi keagamaan Kristen dan juga petinggi Gerindra. Menurut majalah Forbes kekayaan Hasyim sejumlah US$850 juta atau kalau dirupiahkan sekitar Rp12 triliun.
Lalu berapakah harta Prabowo? Menurut laporan harta kekayaan terakhir, Prabowo memiliki harta Rp2 triliun. Jumlah itu turun setelah kalah dalam Pilpres 2014 kemarin. Sementara Cawapres Sandiaga Uno sendiri punya kekayaan mencapai Rp5 triliun. Nah, orang-orang super kaya itu kini mau maju sebagai Capres dan Wapres. Mau melampiaskan hasrat politiknya agar berkuasa. Mereka membutuhkan suara orang-orang miskin untuk memilihnya. Bukan hanya suara. Mereka juga mau minta duit orang-orang miskin agar memberi sumbangan agar mereka bisa duduk di istana.
Kalau orang miskin dimintakan buat nyumbang orang kaya, rasanya aneh. Dunia sudah terbalik. Sumbangan orang miskin Rp5 juta, mungkin setara dengan biaya mandiin kuda impor Prabowo dalam seminggu. Atau setara dengan biaya sekali cukur rambut Sandi. Timnya Prabowo Sandi ini memang suka aneh. Dari beberapa kontroversi, dapat disimpulkan bahwa mereka mengusung taktik dan strategi “menjadi aneh” agar diperhatikan masyarakat. Tapi sayangnya, masyarakat tidak suka yang aneh-aneh.
Agar duit terkumpul banyak, digunakanlah taktik lain: jualan agama. Nah, orang-orang yang polos ini dibohongi dan lagi-lagi dibohongi bahwa sumbangan mereka kepada Prabowo sebagai jihad. Neno Warisman yang berfungsi jadi sales jihadnya. Targetnya tentu kantong umat Islam yang gak ngerti apa-apa. Neno mengajak umat Islam jihad dengan menyumbang duit untuk Prabowo. Jihad untuk membantu Capres yang belum tentu bisa ngaji dan sholat ini agar bisa jadi Presiden Indonesia. Jadi jihad bagi Neno adalah orang miskin nyumbang orang kaya yang gak jelas cara beragamanya, agar orang kaya bisa menguasai Indonesia.
Jihad bagi Neno adalah agar duit Prabowo dan Sandi gak habis. Mereka tetap kaya, meskipun kalah. Tidak mau mengulangi memori kelam 2014: sudah kalah, rugi pula. Demikian juga, kekayaan Prabowo dan Sandi yang triliunan itu gak habis untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tetap bisa hidup bergelimang harta. Kalau menang, mereka senang. Kalau kalah, gak rugi-rugi amat. Wong, kekayaaanya masih tetap.
Apa keuntungan buat orang miskin yang nyumbang untuk Prabowo? Nanti mereka akan dapat tiket surga. Seperti Neno bilang. Nyumbang Prabowo adalah bagian dari jihad. Biasanya orang yang jihad akan masuk surga. Nenolah yang menentukan surga dan neraka. Kalau Prabowo dan Sandi jelas sudah hidup di ‘surga’ sekarang. Dengan kekayaan triliunan apa yang gak bisa dibeli? Sementara rakyat kecil harus banting tulang mencari duit untuk hidupnya dan untuk membiayai orang-orang kaya agar bisa berkuasa, sesuai seruan Neno.
*) Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang