OPM Musuh Bersama Masyarakat Papua
Oleh: Amos Kainama Yanuar)*
Pemerintah dan aparat keamanan terus berupaya untuk melindungi warga dari ancaman kelompok bersenjata seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM). Masyarakat Papua memahami bahwa OPM merupakan musuh bersama yang harus diberantas untuk mencapai kedamaian dan kemajuan pembangunan di Bumi Cendrawasih.
OPM kembali berulah menciptakan gangguan keamanan di Papua. Insiden menambah daftar panjang kekejaman yang dilakukan oleh OPM terhadap warga sipil di Papua. Pada 10 Juni 2024, telah terjadi insiden penembakan yang mengakibatkan tewasnya seorang warga sipil di Kampung Kopo, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah. Korban penembakan adalah Rusli, seorang supir berusia 40 tahun yang tinggal di Madi, Kabupaten Paniai.
Dalam keterangannya Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan memastikan bahwa Rusli bukan anggota TNI, sehingga klaim yang dibuat oleh OPM adalah tidak benar atau hoax. Tindakan OPM yang menyebarkan berita palsu ini bertujuan untuk memanipulasi informasi. Setelah menembak Rusli, kelompok bersenjata tersebut membakar jasad korban beserta kendaraannya, menunjukkan tindakan yang sangat tidak berperikemanusiaan.
Perbuatan ini menggambarkan betapa keji dan biadabnya aksi yang dilakukan oleh OPM, yang terus menyebabkan penderitaan dan ketakutan di kalangan masyarakat Papua. Perbuatan ini menunjukkan bahwa OPM terus menyebarkan ketakutan dan penderitaan di kalangan masyarakat Papua melalui aksi-aksi biadab dan tidak berperikemanusiaan. Tindakan brutal tersebut bukan hanya mencerminkan kekejaman kelompok bersenjata OPM, tetapi juga menyoroti betapa pentingnya kehadiran dan peran aktif aparat keamanan dalam menjaga stabilitas dan ketertiban di Papua.
Sedangkan Kasatgas Humas Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno menyatakan bahwa jenazah Rusli telah dievakuasi ke Timika pada 12 Juni 2024 dan selanjutnya diterbangkan ke Makassar untuk dimakamkan di kampung halamannya. Aksi penembakan dan pembakaran ini dilakukan oleh kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Undius Kogoya. Ketika melancarkan aksinya, kelompok ini terdiri dari sepuluh orang anggota KKB atau OPM.
Selain itu, Perwira Penerangan Koops Habema Letkol Arh Yogi Nugroho mengonfirmasi bahwa penyerangan dilakukan oleh Kelompok Undius Kogoya yang beroperasi di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Paniai, dan Puncak. Insiden ini menunjukkan bahwa OPM atau KKB terus melancarkan aksi kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata, semakin memperlihatkan sifat kejam dan biadab dari kelompok tersebut. Letkol Arh Yogi Nugroho juga menjelaskan bahwa aparat keamanan gabungan langsung merespons insiden ini dengan cepat dan terencana.
Meskipun menghadapi gangguan tembakan dari anggota OPM, aparat keamanan gabungan bergerak cepat dan efektif menuju lokasi kejadian untuk mengevakuasi jenazah Rusli. Dengan menggunakan taktik militer yang terkoordinasi, mereka berhasil menerobos segala hambatan, termasuk jalan yang terputus dan tembakan dari kelompok bersenjata, untuk membawa jenazah korban ke RSUD Madi. Kesigapan dan koordinasi yang baik dari aparat keamanan ini menunjukkan dedikasi mereka dalam menjaga keamanan dan melindungi masyarakat Papua dari aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM.
Proses evakuasi tidaklah mudah karena selain menghadapi serangan dari OPM, aparat juga harus melewati jalan yang terputus. Namun, keberanian dan kesigapan mereka akhirnya membuahkan hasil dengan suksesnya evakuasi jenazah Rusli. Foto-foto dari lokasi kejadian menunjukkan aparat keamanan yang lengkap dengan rompi anti peluru dan helm, serta kendaraan taktis TNI dan Polri yang berada di sekitar mobil yang terbakar.
Kejadian ini tidak hanya memperlihatkan kekejaman OPM tetapi juga ketangguhan dan kesigapan aparat keamanan dalam menghadapi situasi darurat. Tindakan OPM yang menembak dan membakar warga sipil jelas merupakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia. Namun, respons cepat dari aparat keamanan dalam mengevakuasi korban patut mendapatkan apresiasi.
Rusli, warga asal Makassar, Sulawesi Selatan, meninggal dunia akibat tindakan brutal OPM. Tragedi ini kembali menegaskan bahwa OPM adalah musuh bersama bagi masyarakat Papua dan seluruh rakyat Indonesia. Insiden ini juga mengingatkan akan pentingnya kerjasama antara aparat keamanan dan masyarakat dalam menghadapi ancaman dari kelompok bersenjata yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Pengalaman pahit yang dialami Rusli dan keluarganya tidak boleh diabaikan. Kejadian ini harus menjadi pengingat bagi semua pihak tentang bahaya yang dihadapi masyarakat Papua setiap hari. Aksi kekerasan oleh OPM terus menciptakan situasi yang sulit di Papua, terutama bagi warga sipil yang menjadi korban tanpa alasan jelas. Eksistensi yang mereka tunjukan terbukti menciptakan ancaman bagi masyarakat sipil. Hal ini harus dihentikan agar masyarakat tidak terintimidasi oleh mereka.
Hadirnya aparat keamanan di Papua adalah sangat penting untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat di wilayah tersebut, hal ini juga untuk mencegah lebih banyak lagi korban jatuh akibat aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM Papua. Pemerintah dan aparat keamanan harus terus berupaya untuk melindungi warga dari ancaman kelompok bersenjata seperti OPM. Pengalaman pahit yang dialami Rusli dan keluarganya tidak boleh diabaikan. Kejadian ini harus menjadi pengingat bagi semua pihak tentang bahaya yang dihadapi masyarakat Papua setiap hari.
Dalam menghadapi ancaman yang terus meningkat, upaya kolaboratif antara pemerintah, TNI, dan Polri sangat diperlukan untuk melindungi warga sipil dan memulihkan rasa aman di wilayah tersebut. Selain itu, perlu adanya pendekatan yang lebih holistik untuk menyelesaikan konflik di Papua, termasuk dialog konstruktif dan pemberdayaan masyarakat setempat, guna mengurangi dukungan terhadap kelompok-kelompok ekstremis dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Dengan demikian, insiden ini menjadi bukti nyata dari kekejaman OPM, kelompok ini telah menjadi musuh bersama masyarakat, oleh karena itu perlu ada tindakan tegas dan terukur serta dukungan masyarakat untuk menciptakan Papua yang damai, aman dan sejahtera.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta