Ormas Konservatif Gerus Elektabilitas Prabowo, Suara NU Solid Dukung Petahana
Oleh : Nimas Widyawati )*
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengungkapkan, bahwa kelompok alumni 212 dan Front Pembela Islam (FPI) justru menggerus elektabilitas paslon Prabowo – Sandiaga. Sedangkan kelompok minoritas dan muslim moderat menjadi semakin mendukung paslon Jokowi – Ma’ruf. Ardian Sopa juga mengatakan, bahwa mengkristalnya dukungan kaum minoritas terhadap Jokowi – Ma’ruf, juga lantaran menguatnya kelompok Islam yang mendukung Prabowo – Sandi. Kelompok muslim pendukung Prabowo – Sandi rata – rata berpandangan Indonesia harus seperti Timur Tengah. Kelompok ini mayoritas berasal dari Ormas Islam konservatif seperti FPI dan PA 212.
LSI Denny JA juga memaparkan bila dukungan dari ormas Nahdlatul Ulama (NU) kepada pasangan calon presiden dan calon wakin presiden Jokowi – Ma’ruf, semakin kuat dan solid.
“Pada bulan Februari semakin meningkat dengan sebesar 64,1 persen, NU mendukung Jokowi – Ma’ruf Amin,” tutur Ardian.
Pihaknya juga menerangkan, angka dukungan warga Nahdliyin kepada paslon nomor urut 01 semakin meningkat bila dilihat dari bulan Januari 2018. Dimana pada bulan Desember berdasarkan survei LSI hanya 52,4 persen warga NU mendukung Jokowi, lalu bulan Januari kemudian naik menjadi 55,6 persen.
“Dukungan atas Prabowo – Sandiaga meningkat di berbagai ormas Islam kecuali NU,” tutur Ardian.
Ardian juga membandingkan elektabilitas Jokowi – Ma’ruf dengan Prabowo – Sandi, dimana paslon kubu penantang tersebut cenderung mengalami penurunan dari pemilih kalangan NU. Dimana suara Prabowo – Sandiaga sebesar 28,2 persen pada Februaru 2019, 33,6 persen pada Januari 2019 dan 33,9 persen pada Desember 2018. Dari ormas lain selain NU, Prabowo – Sandi mendapatkan 62,2 persen dari Muhammadiyah, PA 212 berada 85,7 persen dan FPI 100 persen di bulan Februari.
Pada kesempatan sebelumnya, Prabowo memang sempat menemui Mbah Moen, Namun Wakil Ketua TKN Jokowi – Ma’ruf Lodewijk Freidrich Paulus meyakini suara Nahdlatul Ulama (NU) solid mendukung pasangan nomor urut satu itu.
“Iya solid, dari mana? Tentu kader NU saja setiap partai ada. Wajar mereka datangi sebagai kader NU didatangi wajar sowan,” tutur Lodewijk.
Apalagi Yenny Wahid sudah menyatakan dukungan terhadap pasangan Jokowi – Ma’ruf. Sebab itu, suara GusDurian dan NU akan semakin solid mendukung Jokowi – Ma’ruf Amin.
Bertamunya Prabowo menemui tokoh NU seperti Mbah Moen, tentu wajar terjadi, wajar apabila selama kampanye dirinya mencari peluang untuk meminta restu dan dukungan.
“Ini bentuk dari teknik kampanye bagaimana mempengaruhi dengan canvassing datangi minta restu itu, silakan saja. Yang jelas dengan figur Kiai Ma’ruf yang masuknya Gusdurian di bawah Bu Yenny ke Jokowi itu suatu yang luar biasa dan kuat,” tutur dia.
Lily Chodidjah selaku adik dari presiden ke-4 Indonesia Gus Dur, meyakini bahwa suara Nahdlatul Ulama akan solid mendukung pasangan capres – cawapres nomor urut 01. Keyakinan tersebut berdasar pada sosok cawapres KH Ma’ruf Amin yang berasal dari NU.
“Saya pikir otomatis itu enggak usah disebutkan karena ke NU-an itu tidak bisa ditinggalkan. Saya yakin di NU memang pada akhirnya akan menjadi Satu,” Kata Lily
Dirinya juga tidak menampik, jika terdapat warga nahdliyin yang berbeda pilihan dalam pilpres 2019. Ia mengatakan hal itu merupakan bagian dari proses demokrasi.
“Kalo ada sempat ke tempat lain itu wajar karena itu namanya demokrasi tapi saya yakin Nahdliyin terpusat keyakinannya untuk memilih pemimpin,” ujarnya.
Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin juga turut angkat bicara, ia menuturkan bahwa dengan menggandeng tokoh berpengarung dari kalangan NU sebagai cawapres, Jokowi sudah mengamankan suara NU yang mayoritas berbasis di pulau Jawa.
“Suara untuk Jokowi – Ma’ruf di Jawa Insyaallah aman, kami berharap semoga dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI Yogyakarta unggul,” tutur Cak Imin
Ia juga menambahkan, bahwa sosok Ma’ruf Amin tidak hanya mewakili suara dari kalangan NU saja, namun keseluruhan masyarakat terutama umat muslim di Indonesia. Sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia, suara dari kalangan Nahdliyin tentu akan sangat berpengaruh pada hasil akhir pilpres 2019.
)* Penulis adalah Pemerhati sosial politik