Papua Barat Siap Menggelar Rangkaian G20
Oleh : Rebecca Marian )*
Indonesia akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang salah satu rangkaian acaranya adalah pertemuan Woman of Twenty (W20) di Papua Barat. Pemerintah Papua Barat siap menjadi tuan rumah yang baik dan merasa terhormat karena ditunjuk menjadi penyelenggara acara bertaraf internasional.
G20 adalah forum internasional di mana perwakilan dari negara-negara lain datang dan membicarakan isu-isu terkini serta menggalang kerja sama yang baik. Tahun 2022 ini Indonesia menjadi presidensi G20 sehingga otomatis jadi tuan rumah, dan acara ini akan diadakan di Bali. Namun tak banyak yang tahu bahwa ada W20 (woman 20) yang menjadi acara sampingan G20.
W20 akan diselenggarakan di Papua Barat. Hal ini dikemukakan oleh chairwoman W20 Hadriani Silalahi. Dalam artian, side event ini sengaja diadakan di Papua agar memperkenalkan eksotisme alam bumi Cendrawasih kepada para tamu internasional. Sehingga mereka tak hanya mengadakan rapat, tetapi juga menikmati kecantikan Papua.
Jika para tamu dari W20 mengetahui bahwa Papua aman dan punya keindahan alam maka merrka tidak akan ragu untuk melancong lagi ke sana, sambil membawa keluarganya. Ajang W20 sudah jadi promosi pariwisata gratis, sekali mendayung 2 pulau terlampaui. Kita akan untung besar berkat G20 dan W20.
Hadriani melanjutkan, dalam W20 akan ada 5 pembicara dari negara lain yakni Mexico, Jerman, India, dan Jepang. Mereka adalah ibu negara yang akan membicarakan topik W20 tahun ini yakni Woman disability and rural areas inclusion. Selain para ibu negara, maka tamu yang akan hadir adalah utusan dari W20 dan negara-negara pasifik.
Tema W20 sangat menarik karena jika ada pembicara dari luar negeri maka kita akan mendapatkan insight baru dan mereka akan membagi pengalaman, bagaimana cara mengatasi woman disability di negaranya. Siapa tahu bisa diterapkan di Indonesia agar keum wanita makin maju, walau kebudayaan tentu berbeda dengan para tamu tersebut.
Tema woman disability amat cocok karena di Indonesia, khususnya Papua, masih ada ketidakberdayaan perempuan. Woman disability tidak diartikan sebagai wanita disabilitas alias cacat, tetapi ketidakmampuan wanita untuk hidup maju dan setara dengan laki-laki.
Dengan membahas woman disability maka bisa diperlihatkan bahwa wanita bisa maju dan jadi pemimpin, bukan sekadar konco wingking alias teman di belakang. Seharusnya wanita Indonesia dan negara-negara lain lebih maju dan dihargai karena memiliki potensi bagus. Indonesia patut bangga karena pernah memiliki presiden seorang wanita dan mentri-mentrinya juga wanita yang berpikiran maju.
Untuk mengatasi agar wanita bisa memaksimalkan potensinya maka W20 bisa mencontoh Indonesia, ketika sebagian dana otonomi khusus Papua disalurkan sebagai pinjaman modal bagi para mama (ibu-ibu di Papua). Mereka bisa berdagang di pasar dan berdaya tinggi, karena berjuang untuk membantu suami mendapatkan nafkah.
Bisnis adalah salah satu cara bagi para wanita untuk lebih maju, oleh karena itu dalam pertemuan W20 juga diungkapkan tentang perdagangan internasional. Diharap para first lady akan tertarik dengan hasil bumi Papua seperti kopi dan sagu serta mengagumi indahnya noken. Mereka bisa jadi jembatan emas menuju pasar ekspor.
Kedatangan para wanita di forum W20 bukan sekadar ngerumpi atau mendampingi suami mereka, tetapi juga menjadi keynote speaker dan membicarakan hal yang penting seperti woman disability. Wanita bisa lebih maju jika diberi kesempatan dan laki-laki tidak boleh minder karena emansipasi sudah ada sejak dahulu kala. Ajang W20 menguntungkan Indonesia, khususnya Papua, karena sekaligus mempromosikan kekayaan alam dan hasil bumi Papua.
)* Penulis adalah kontributor Mahasiswi Papua tinggal Di Jakarta