Papua Menguatkan Keberagaman Indonesia
Oleh : Sabby Kosay )*
Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan kebudayaan. Salah satu etnis tersebut adalah masyarakat Papua yang tinggal di ujung timur Indonesia. Meskipun tinggal di wilayah yang jauh dari Ibu Kota Negara, Papua tetap mendapat perhatian pemerintah. Selain sebagai bagian integral NKRI, Papua menguatkan keberagaman Indonesia.
Perbedaan fisik dan ras sering digunakan kelompok separatis untuk mengajukan tuntutan kemerdekaan. Namun hal tersebut dianggap hanya akal-akalan karena bukan berarti perbedaan Fisik menjadi alasan untuk berpisah dari Indonesia, karena Indonesia telah berjuang hingga terjadi pertumpahan darah ketika merebut Papua (waktu itu Irian Jaya) dari pemerintahan kolonial Belanda.
Bahkan hampir di setiap Pidato Ir Soekarno yang disiarkan melalui RRI, kalimat dari Sabang sampai Merauke amat kerap dikumandangkan sebagai bukti kedaulatan NKRI.
Asvi Warman Adam selaku sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan atau tanpa daya pikat kekayaan alamnya, Soekarno tetap akan memperjuangkan Papua. Pasalnya, wilayah tersebut berada dalam lingkup kedaulatan nasional.
Ada beragam budaya yang tersimpan di Bumi Cenderawasih mulai dari tarian, makanan hingga bahasa. Artinya Papua sangatlah kaya akan warisan nenek moyang.
Beragam budaya yang ada di Papua seperti pesta Bakar Batu, tradisi potong jari, pengantaran mas kawin, tradisi injak piring (Mansorandak), sampai pada alat musik tradisional. Tentu menjadi alasan bagi pemerintah serta masyarakat untuk menjaga Papua sebagai bagian dari NKRI.
Sandra Charlotte selaku Ketua Komunitas The Legen ’98 mengatakan, Papua adalah bagian dari Indonesia. Oleh karenanya, orang Papua berhak mendapatkan hak yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya.
Sandra mengatakan, selama ini yang menyatukan Indonesia adalah Pancasila. Meskipun Indonesia terdiri dari banyak suku dan banyak pulau, dengan Pancasila semua bisa menyatu.
Selain itu, Sandra juga mengingatkan agar masyarakat jangan melupakan para founding fathers Indonesia. Karena, para Founding Fatherslah yang telah berjuang berdarah – darah untuk memerdekakan dan membangun bangsa ini.
Ia juga mengatakan dengan tegas bahwa NKRI Harga Mati, Papua adalah Kita. Sehingga tidak ada tempat bagi siapapun yang hendak memecah NKRI.
Terkati dengan gerakan separatis di Papua, sebenarnya hal tersebut sudah selesai dengan adanya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969 yang menyimpulkan bahwa Papua tetap menjadi wilayah Indonesia.
Selain itu, berdirinya negara baru akan sulit untuk memperoleh pengakuan internasional. Selain itu juga tidak ada jaminan jika kondisi Papua akan mengalami peningkatan kesejahteraan setelah merdeka.
Tentu salah satu opsi yang bisa dilakukan untuk meng-Indonesia-kan Papua adalah dengan menyejahterakan dan memperlakukan rakyat Papua selayaknya manusia pada umumnya. Melibatkan mereka dengan program – program yang membangun kesadaran bernegara sekaligus menggerakkan perekonomian mereka.
Jika cara tersebut dilakukan secara masif, persoalan di Papua akan rampung dengan pelan – pelan, termasuk persoalan gerakan separatisme.
Kita tentu tidak boleh terlalu naif dan terjebak dalam sektarianisme, ekslusivisme yang naif dan bahkan chauvinistik, dimana seakan – akan kitalah pemilik negeri ini, kitalah yang menjadi pahlawan sedang kelompok yang lain bukan pejuang.
Padahal tidak sedikit orang Papua yang turut ambil peran dalam upaya membangun Indonesia, bahwa beberapa orang Asli Papua juga didaulat sebagai Menteri di Kabinet Pemerintah Kepresidenan.
Kalau memang demikian, apakah kita harus meragukan eksistensi mereka di Indonesia. Persoalan pendatang dan Pribumi, segala macam perbedaan tak perlu dilakukan fragmentasi yang tajam, karena kita semua di Nusantara ini adalah bangsa pendatang.
Di Masa lalu nusantara hanya dihuni oleh Homo Soloensis, Homo Wajakensis, Homo Phitecantropus Erectus, Homo Floresiensia yang akhirnya diketahui sebagai manusia Ebugogo.
Mereka adalah manusia Pigmeus atau pigmen yang merupakan manusia modern pemilik bumi nusantara yang telah punah di masa lampau, termasuk juga yang punah bersamaan dengan adanya zaman es yang membelah Sumatera dan Semenanjung Malaya, Nusa Jawa, Bali, Lombok, Nusa Nipa sampai di Timor Timur, Sulawesi dan Kalimantan, Papua dan Australia. Pada zaman itu pulala penduduk pribumi yang menghuni bumi nusantara ikut punah.
Artinya kita semua bangsa pendatang, bukan bangsa asli, Negeri Indonesia dihuni oleh bangsa – bangsa Imigran yang berisi gugusan pulau – pulau yang jumlahnya 17 ribu secara beraneka ragam. Dalam hal ini bangsa Papua masuk dalam Ras Melanesoid yang mendiami Pasifik Selatan. Jika merujuk pada sejarah seperti ini, tentu tak perlu diragukan lagi, kita harus mengakui bahwa orang Papua adalah Orang Indonesia.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta