Pelajar Diharap Mampu Toleran pada Perbedaan Politik Jelang Pemilu
Oleh : Alexander Yosua Galen )*
Jelang Pemilu, para pelajar diberi pesan agar menjadi toleran pada perbedaan politik. Mereka adalah pemilih pemula sehingga wajib untuk mengikuti tatacara Pemilu dengan baik, dan meningkatkan toleransi agar menciptakan Pemilu damai. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan wawasan kebangsaan agar pengetahuannya akan kenegaraan dan dunia politik makin bertambah.
Pemilihan umum (Pemilu) adalah acara penting yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi para WNI dibebaskan untuk memilih calon presiden, calon anggota legislasi, dan partai politik. Menjelang Pemilu kondusivitas terus dijaga dan tiap orang dihimbau untuk membuat Pemilu damai.
Para pelajar juga dihimbau untuk menjaga perdamaian Pemilu dengan cara meningkatkan toleransi pada perbedaan politik. Mereka adalah pemilih pemula karena baru berusia 17-18 tahun. Alangkah baiknya sebagai pemilih pemula, para pelajar paham bahwa perbedaan pilihan partai politik saat Pemilu itu wajar, sehingga Pemilu damai bisa terwujud.
Peningkatan rasa toleransi kepada para pelajar sangat penting untuk mencegah intoleransi. Penyebabnya karena intoleransi berpotensi meningkat jelang Pemilu 2024 karena disebarkan oleh kelompok radikal. Intoleransi jelas berbahaya karena berpotensi menggagalkan Pemilu. Oleh karena itu para pelajar diharap untuk meningkatkan rasa toleransi dan tidak menghina orang lain yang punya pilihan partai politik yang berbeda.
Pengamat politik Rival Rianda menyatakan bahwa intoleransi dan radikalisme makin masif dalam menyebar ke masyarakat. Mereka dibuat resah karena ada kelompok yang membenarkan pendapatnya sendiri lalu melakukan kekerasan, dengan alasan pihak lain yang salah. Padahal kekerasan ini berbahaya karena bisa menyebabkan korban luka-luka dan kekacauan di masyarakat, serta bisa merusak penyelenggaraan Pemilu.
Penyebab intoleransi di Indonesia salah satunya adalah politik identitas yang mengunggulkan etnis atau kelompok tertentu. Intoleransi dapat memicu kebencian terhadap saudara maupun orang lain. Diantaranya mengejek agama lain, hanya berteman dengan orang yang satu keyakinan, mengejek teman karena perbedaan warna kulit, dan lain-lain.
Dalam artian, pelajar sebagai bagian dari masyarakat diharap mewaspadai intoleransi karena berbahaya bagi perdamaian di Indonesia. Mereka sebagai pemilih pemula sangat rawan dipengaruhi oleh konten radikalisme di media sosial. Oleh karena itu perlu ada sosialisasi agar para pelajar menjadi lebih toleran jelang Pemilu 2024.
Salah satu cara untuk mencegah intoleransi adalah dengan meningkatkan pemahaman para pelajar tentang keragaman budaya, agama, dan latar belakang. Sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang dan budaya. Cara lain adalah dengan meningkatkan wawasan kebangsaan para pelajar.
Yohanes Hartono, akademisi dari Universitas Atmajaya menyatakan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya (tanah airnya) yang mengutamakan persatuan dan kesatuan Bangsa serta kesatuan wilayah yang dilandasi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yohanes melanjutkan, wawasan kebangsaan harus menjadi pedoman bukan hanya untuk warga negara saja tetapi untuk penyelenggara negara juga yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Wawasan Kebangsaan diharapkan dapat memberikan kesadaran agar antar warga negara saling menghargai perbedaan pendapat atau pandangan dan tidak memaksakan kehendak (dalam konteks pengambilan keputusan mendahulukan musyawarah).
Dalam artian, pelajar sebagai warga negara Indonesia wajib mempelajari wawasan kebangsaan sebagai pedoman hidup sekaligus untuk meningkatkan toleransi. Wawasan kebangsaan penting untuk menguatkan persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terlebih menjelang Pemilu yang dilaksanakan tahun 2024, ada kecenderungan munculnya berita-berita bohong yang beredar luas di media digital. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya bersama untuk menjaga persatuan dan kesatuan agar tidak berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa akibat perpecahan di dalam masyarakat yang sangat heterogen.
Para pelajar wajib mempelajari wawasan kebangsaan agar terus bersatu membuat Pemilu damai. Meski masih berusia muda mereka bisa berkontribusi dalam Pemilu dengan tertib mencoblos dan menjaga agar Pemilu damai. Para pelajar juga menghindari intoleransi dan selalu mempelajari wawasan kebangsaan karena mereka berusaha menjadi warga negara yang baik.
Kemudian, pelajar wajib membumikan toleransi dengan menghormati hari raya umat dengan keyakinan lain. Jika tidak mengucapkan selamat hari raya maka tidak apa-apa, tetapi ketika mereka undang untuk makan-makan maka boleh saja datang sebagai bentuk penghormatan. mereka bisa berteman walau memiliki perbedaan agama dan janganlah perbedaan ini menjadi ganjalan untuk mewujudkan Pemilu damai.
Para pelajar dihimbau untuk meningkatkan wawasan kebangsaan karena bisa meningkatkan toleransi. Mereka diharap untuk menghindari intoleransi karena bisa mengakibatkan kekacauan sosial yang berpotensi menggagalkan Pemilu 2024. Pelajar sebagai pemilih pemula wajib mempelajari bahwa perbedaan pilihan partai politik adalah hal yang biasa di satu negara demokrasi seperti Indonesia.
)* Penulis adalah Kontributor Suara Khatulistiwa