Polemik Politik

Pembangunan Papua demi Ketahanan Pangan Rakyat

Oleh : Charles Tabuni )*

Pasokan dan stablitas harga pangan terus dijaga oleh pemerintah, agar stoknya aman. Ketahanan pangan wajib diutamakan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Papua. Salah satu cara meningkatkan ketahanan pangan adalah dengan pembangunan irigasi sehingga panen selalu berhasil. Masyarakat berterima kasih kepada pemerintah karena pembangunan di Papua terus dilanjutkan, dan tidak ada kekhawatiran akan krisis pangan.

Indonesia dulu dikenal sebagai negeri agraris dan meski saat ini sudah era teknologi informasi, sektor pertanian tidak dilupakan. Agraria tetap penting karena pemerintah ingin mandiri. Sektor pertanian tetap diutamakan karena menunjang ketahanan pangan di seluruh Indonesia, termasuk di Papua.

Plt Kepala Dinas PUPR Papua Barat, Yohanis Momot, menyatakan bahwa pemerintah akan membangun bendungan di Sorong sebesar 200×300 meter. Keberadaan bendungan ini selain untuk mencegah banjir juga untuk mengairi perkebunan sehingga berdampak positif pada ketahanan pangan.

Yohanis melanjutkan, pembangunan infrastruktur di bidang ekonomi menitikberatkan pada sektor pertanian, yakni pembangunan sarana fisik menghadapi krisis pangan dan ekonomi di 2023. Pembangunan tersebut meliputi saluran irigasi sawah pada beberapa daerah pertanian diantaranya Kota Sorong, Kabupaten Bintuni dan Kabupaten Manokwari.

Dalam artian, pemerintah tak hanya membangun jalan raya sebagai infrastruktur di Papua. Namun pembangunan bendungan juga penting untuk menunjang ketahanan pangan di Bumi Cendrawasih.

Begitu pula dengan pembangunan saluran irigasi, sangat penting untuk menunjang pertanian di Papua. Dengan irigasi maka para petani tidak akan kesulitan saat musim kemarau karena pengairannya mencukupi, sehingga panennya selalu berhasil.

Ketahanan pangan rakyat Papua sangat penting karena letaknya yang sangat jauh dari Jawa dan daerah penghasil padi lainnya. Meski makanan pokok masyarakatnya berupa ubi dan sagu, tetapi saat ini sudah bergeser menjadi nasi. Banyaknya penduduk yang berstatus pendatang juga mengubah kebiasaan masyarakat di Bumi Cendrawasih sehingga mereka juga menikmati nasi sebagai makanan sehari-hari.

Saat ini ada persawahan padi di Manokwari Selatan dan Sorong. Akan tetapi pemerintah agak khawatir akan persediaan gabah, karena berpengaruh sekali pada ketahanan pangan rakyat. Oleh karena itu untuk mendukung persawahan maka dibangunlah bendungan dan saluran irigasi.

Untuk mendukung ketahanan pangan maka pemerintah menargetkan 6 hingga 7 ton beras dalam panen raya di Papua. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa untuk mencapai target maka akan dibangun 1.000 hektar persawahan di Papua.

Dengan persawahan dan irigasi maka pemerintah optimis panen padi akan selalu berhasil sehingga meningkatkan ketahanan pangan di Papua. Masyarakat tidak usah membeli beras dari pulau lain, yang masa tunggunya lama dan harganya lebih mahal. Namun mereka bisa swasembada beras dan hasil pertanian lain.

Sementara itu, pemerintah membuat program petani milenial yang berada di bawah pengawasan Kementrian Pertanian. Dengan program ini maka ada regenerasi sehingga banyak muncul petani muda, yang tak hanya pandai bercocok tanam tetapi juga berwirausaha untuk memasarkan hasil buminya. Para pemuda Papua didorong untuk mengikuti petani milenial agar mereka bisa jadi petani yang sukses besar.

Maulana Wiga, Duta Petani Milenial menyatakan bahwa di masa pandemi banyak sektor yang bertumbangan. Akan tetapi di sektor pertanian malah stabil, bahkan program petani milenial bisa menjaga ketahanan pangan nasional. Buktinya adalah peningkatan ekspor komoditas sebanyak 15,9% pada tahun lalu. Dalam artian, yang bisa diekspor karena ada surplus dari hasil pertanian sehingga persediaan pangan di Indonesia aman.

Petani milenial merupakan terobosan baru karena para pemuda dilatih untuk bekerja di sawah. Mereka adalah regenerasi karena masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan banyak petani yang sudah tua. Petani milenial lebih kuat dan semangat bekerja, serta termotivasi untuk maju.

Kementrian Pertanian membuka lowongan petani milenial di seluruh Indonesia, termasuk di Papua, dengan tujuan tak hanya untuk regenerasi para petani tetapi juga untuk melatih mereka menjadi wirausaha di bidang agraria, dengan berbagai workshop dan pengajaran teknik-teknik marketing. Dengan begitu, maka akan mematahkan pameo bahwa jadi petani tidak bisa kaya.

Jika para petani milenial sudah pandai marketing online maka mereka tidak akan bergantung pada tengkulak, karena bisa memasarkan sendiri produk hasil buminya. Mereka akan makmur karena tidak tergantung dari para pengijon atau tengkulak. Selain itu, petani milenial juga dibekali ilmu sehingga bisa memprediksi pergeseran musim, sehingga panen dijamin akan berhasil. Dengan jadi petani milenial maka para pemuda Papua akan selalu menjaga ketahanan pangan.

Pemerintah melakukan pembangunan yang masif di Papua, tak hanya jalan raya dan jalan penghubung antar wilayah, tetapi juga pembangunan irigasi dan bendungan. Hal ini dilakukan agar ketahanan pangan di Bumi Cendrawasih selalu terjaga. Masyarakat Papua tidak akan takut kelaparan karena sudah swasembada beras dan hasil tani lainnya.

)* Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih