Pembukaan P20, Indonesia Rangkul Parlemen Dunia Atasi Krisis Global
Oleh : Panji Saputra )*
Gelaran Parliamentary Forum in the Context of the G20 Parliamentary Speakers Summit (P20) telah resmi dibuka oleh Presiden Jokowi pada Kamis (6/10). Dalam forum tersebut, Indonesia mengajak seluruh parlemen dunia untuk ikut mengatasi krisis global yang tengah melanda.
Salah satu tema yang diambil dalam pertemuan para pemimpin parlemen seluruh anggota G20 (P20) adalah mengenai isu energi terbarukan dan perubahan iklim. Hal tersebut dikarenakan memang belakangan ini, dengan semakin pesatnya perkembangan jaman, akan tetapi sama sekali tidak disertai dengan upaya untuk jauh lebih perhatian pada lingkungan sehingga semakin banyak eksploitasi alam dilakukan.
Selaku Presidensi dan juga sekaligus tuan rumah pula dalam gelaran P20, maka DPR RI melakukan persiapan sebaik mungkin untuk menyambut seluruh tamu delegasi yang datang ke Tanah Air. Salah satunya adalah dengan melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), di Taman Energi, depan Gedung Nusantara.
Tidak hanya pembangunan PLTS semata, namun deretan panel surya yang didirikan itu memang langsung ditujukan untuk melakukan pemenuhan akan kebutuhan listrik di Kompleks Parlemen dan setidaknya bisa memberikan suplai hingga sebesar 25%. Hal tersebut tentunya menunjukkan bukan hanya komitmen kuat yang dimiliki oleh DPR RI dalam rangka menggunakan energi terbarukan, melainkan ditunjukkan pula secara langsung dengan tindakan.
Para anggota DPR RI menyampaikan bahwa semenjak adanya PLTS tersebut, mereka mengaku kalau hal tersebut adalah upaya untuk mewujudkan kebijakan ramah lingkungan sekaligus juga upaya pengurangan emisi di Kompleks Parlemen. Sehingga menjadi sangat sesuai dengan salah satu sub-tema yang memang diangkat pada gelaran P20 tersebut.
Beralih ke persoalan lainnya, yakni mengenai ekonomi hijau, pihak DPR RI sendiri juga sudah menyiapkan sekitar 55 buah mobil listrik sebagai sarana transportasi untuk memobilisasi para anggota delegasi selama kegiatan P20 berlangsung. Sehingga bukan hanya penggunaan PLTS, namun dengan adanya mobil listrik ini juga menjadi kampanye pihak DPR RI untuk menggunakan kendaraan yang jauh lebih ramah lingkungan.
Tentunya sumber listrik yang digunakan oleh 55 mobil itu berasal dari PLTS dan panel surya yang sudah didirikan sebelumnya, serta di sana juga sudah disiapkan stasiun pengisian mobil listrik di beberapa titik Kompleks Parlemen agar mempermudah proses pengisian. Penggabungan langkah itu kembali lagi menegaskan bahwa memang DPR RI yang merupakan sebuah lembaga legislatif sangat menginginkan supaya isu lingkungan menjadi perhatian global untuk bisa melakukan pemulihan dan perbaikan.
Dalam pembukaan yang dihadiri oleh Ketua DPR Puan Maharani P20 dan Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU) Duarte Pacheco dan para Pimpinan Parlemen Negara G20, dan negara lainnya, Indonesia menekankan pentingnya solidaritas global. Hal itu diperlukan sebagai salah satu solusi untuk menghadapi berbagai krisis multidimensi.
Mengenai isu perubahan iklim dan juga penggunaan energi ramah lingkungan ini sebenarnya juga sudah terus disuarakan oleh pihak DPR RI tatkala memimpin Sidang Umum Forum Parlemen Dunia (IPU) ke-144 pada Maret 2022 lalu. Pada gelaran tersebut, DPR RI sangat menginginkan agar negara-negara di dunia bukan hanya sekedar memberikan janji-janji semata, namun bisa melakukan aksi nyata dalam upaya merealisasikan konsep ekonomi hijau untuk pembangunan berkelanjutan tersebut.
Setelah pihak DPR RI menguraikan seluruh pernyataannya mengenai betapa pentingnya untuk jauh lebih berfokus pada isu lingkungan, bahkan hingga mendapatkan banyak apresiasi, akhirnya pada forum parlemen internasional itu juga telah disepakati mengenai krisis iklim memang harus bisa segera ditangani karena sudah menjadi ancaman yang nyata bagi eksistensi umat manusia sehingga apabila tidak benar-benar ditangani, maka dampaknya ke depan akan jauh lebih buruk lagi.
Ketua DPR RI, Puan Maharani dengan tegas mengajak seluruh anggota parlemen di P20 untuk bisa bersama mengatasi persoalan perubahan iklim karena memang dampaknya akan bisa dirasakan oleh masyarakat dunia. Menurutnya belakangan ini sudah ada beberapa gejala yang ditunjukkan dari adanya perubahan iklim, yakni cuaca yang ekstrem, kekeringan, banjir, hingga bencana alam yang terus terjadi secara bergantian dan semakin sering termasuk adanya pemasanasan global hingga 1,1 derajat celcius.
Hal senada, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), Fadli Zon juga terus mengajak seluruh anggota parlemen dari negara-negara G20 (P20) untuk bisa semakin meningkatkan kerja sama dalam mengatasi persoalan global. Menurutnya peran parlemen juga sama sekali tidak bisa dianggap remeh untuk memberikan kontribusi nyata dalam rangka mengamankan kerja sama global. Baginya peningkatan multilateralisme memang haus terus diperluas karena akan menjadi jalan keluar menghadapi persoalan global.
Sebagai informasi, setidaknya terdapat empat buah isu utama yang akan dibahas pada pertemuan P20. Yakni yang pertama adalah mengenai pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau. Kemudian yang kedua adalah mengenai ekonomi inklusif dan ekonomi kuat untuk menghadapi tantangan terkini, yaitu krisis pangan, energi dan stagnasi. Isu ketiga yang diangkat yaitu mengenai parlemen efektif dan demokrasi dinamis, dan itu keempat adalah mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Rumusan keempat isu yang diangkat dalam gelaran P20 memang enjadi persoalan global tersendiri yang sampai saat ini masih terus menghantui. Justru dengan adanya konferensi Internasional seperti pada P20 tersebut diharapkan akan mampu mencarikan sebuah solusi atau jalan keluar mengenai berbagai masalah tadi, termasuk kondisi geopolitik dunia saat ini mengenai konflik antara Rusia dan Ukraina hingga bagaimana strategi pemulihan pascapandemi COVID-19.
Bagaimana tidak, dikarenakan bisa jadi diantara suatu permasalahan akan bisa berdampak dan menimbulkan beberapa masalah lainnya, yang juga pada akhirnya akan membuat masyarakat secara luas mengalaminya. Contoh saja seperti pada konflik Rusia-Ukraina yang ternyata dampaknya pada ancaman krisis pangan, pertumbuhan ekonomi, harga komoditas pangan yang meroket hingga ancaman lapangan pekerjaan.
Dengan maraknya persoalan global yang belakangan ini sedang melanda dan terus mengancam dunia, maka memang momentum terbaik untuk kembali mempersatukan kekuatan dan mencarikan solusi terbaik, salah satunya adalah melalui gelaran P20. Seluruh pihak diharapkan mampu untuk menciptakan sebuah solusi atas permasalahan global yang kini tengah dihadapi oleh dunia secara integratif dan inklusif.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Insitute