Pemerintah Berkomitmen Wujudkan Transformasi Ekonomi Indonesia
Oleh : Farah Adiba )*
Pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia. Lompatan ini dibutuhkan untuk membangkitkan perekonomian nasional sekaligus mencegah ketergantungan terhadap asing.
Presiden RI Ir. Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemerintah akan memulai transformasi ekonomi Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan lompatan agar dapat merealisasikan transformasi ekonomi. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Jokowi saat melakukan groundbreaking di Kawasan Industri Hijau di Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara.
Transformasi ekonomi yang dilakukan adalah dengan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah (raw material), melainkan mulai mengekspor bahan setengah jadi atau bahan jadi. Jokowi mengatakan, dari yang kita sudah bertahun-tahun bertumpu kepada sumber daya alam, ekspor raw material, ekspor bahan-bahan mentah, sekarang kita akan masuk kepada hilirisasi, kepada industrialisasi bahan-bahan mentah kita.
Yang diekspor bukan bahan mentah lagi, tetapi adalah barang setengah jadi atau barang jadi dan yang di Kalimantan Utara ini nantinya adalah hampir semuanya adalah barang jadi.
Dengan mengekspor bahan setengah jadi dan jadi, maka akan memberikan nilai tambah yang besar kepada negara Indonesia. Menurutnya, mulai mengubah ekspor bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan jadi merupakan sebuah lompatan katak, sehingga akan memberikan nilai tambah yang besar bagi negara karena kita menjualnya sudah dalam bentu barang jadi.
Jokowi meyakini, lompatan katak ini dapat kelihatan manfaatnya secara riil dalam waktu 5 hingga 10 tahun mendatang. Oleh karena itu, Presiden mengharapkan agar Kawasan Industri Hijau Indonesia yang baru dilakukan Groundbreaking hari ini, dapat menjadikawasan industri hijau terbesar, tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia. Terlihat dari luas lahan yang baru terbangun sebanyak 16.400 hektare dari targetnya 30.000 hektare.
Tentu saja kita berharap agar kelak tidak ada lagi berita yang menyebutkan bahwa Indonesia mengekspor bahan mentah dengan harga murah, lalu mengimpornya kembali dalam bentuk barang jadi dengan harga yang sangat mahal.
Negara maju banyak yang kegirangan mengimpor bahan mentah di Indonesia dengan harga murah meriah, kemudian mengolahnya menjadi bahan jadi dan kembali menjualnya ke Indonesia dengan harga puluhan kali lipat dari harga sewaktu masih bahan mentah.
Tentu saja hal ini merupakan ironi. Sebab Indonesia adalah negara yang kaya akan bahan tambang dan harusnya bisa mengolahnya untuk bahan membuat berbagai produk industri yang banyak manfaat seperti produk elektronik, alat pertanian, kendaraan dan lain-lain malahan tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan yang sedikit berguna dan memiliki nilai jual yang lebih lumayan.
Banyak negara industri maju dan kaya yang tidak memiliki bahan mentah, tetapi mampu mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi dan menjualnya dengan harga berkali-kali lipat. Sebut saja seperti negara Jepang, Jerman, Inggris dan Singapura yang merupakan contoh negara yang sanggup mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi berteknologi tinggi yang memiliki nilai jual yang lumayan tinggi.
Transformasi ini tentu saja bisa menjadi strategi bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia. Tentu saja mengubah skema menjual barang setengah jadi membutuhkan proses yang lebih lama daripada menjual bahan mentah. Namun proses pembuatan tersebut akan berdampak positif, salah satunya adalah tenaga kerja yang terserap dan nilai jual yang meningkat.
Sehingga bukan hal yang tidak mungkin jika target-target kesejahteraan rakyat meliputi target inflasi, pertumbuhan ekonomi, penciptaan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, pernaikan indeks kualitas manusia dan ketimpangan.
Penyerapan tenaga kerja tentu saja sangat diperlukan, apalagi selama pandemi Covid-19 telah banyak masyarakat yang terpaksa diberhentikan dari pekerjaannya. Sehingga penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia.
Jika angka pengangguran bisa ditekan, Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat, sehingga membuat Indonesia dapat keluar dari jebakan middle income trap.
Komitmen pemerintah untuk mewujudkan transformasi Ekonomi Indonesia tentu saja patut dikawal dan diapresiasi. Di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil secara total, transformasi adalah sesuatu yang wajib, agar nantinya Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya kaya tetapi juga sejahtera.
)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor