Pemerintah Dorong Investasi ke Sektor Pengetahuan di WWF ke-10
BALI — Pemerintah Republik Indonesia (RI) terus mendorong terwujudnya investasi ke sektor pengetahuan bagi peningkatan pariwisata Bali di ajang WWF ke-10.
Dirjen Kemendikbudristek, Hilman Farid mengatakan bahwa adanya investasi pada ilmu pengetahuan, riset dan juga preservasi memang sangat penting utamanya bagi keberlanjutan sektor pariwisata.
Karena dengan adanya investasi pada hal-hal tersebut, maka mampu semakin mengembangkan keberlanjutan dan kualitas bagi pariwisata di Bali.
“Untuk mengembangkan sustainable dan quality tourism, ada syarat yang harus dipenuhi,” kata Hilman.
Menyadari bagaimana pentingnya hal itu, maka pemerintah terus mendorong adanya investasi bagi pariwisata ke arah ilmu pengetahuan, riset dan preservasi.
“Kalau misalnya sekarang investment di Bali ini untuk mendukung sektor kepariwisataan, justru diarahkan pada SDM pengetahuan dan seterusnya,” jelas Dirjen Kemendikbudristek itu.
Lebih lanjut, Hilman mengungkapkan bahwa terjadinya pengembangan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) jelas sangat penting untuk memastikan adanya keberlanjutan pariwisata.
“Ini adalah jalan yang sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pariwisata di masa mendatang bisa berjalan,” katanya.
Untuk benar-benar bisa melestarikan sektor pariwisata, maka harus ditentukan dengan tipe investasi yang diperlukan sesuai dengan karakteristik daerah.
“Menurut hemat saya investasi ke pengetahuan, research, sains untuk mendukung terjadinya keberlanjutan pariwisata sangat krusial buat kita,” ujar Hilman.
Sehingga menurutnya apabila investasi masih saja digencarkan pada hal-hal yang berkaitan dengan fisik saja, sebenarnya bukan menjadi upaya yang bijak.
Oleh karenanya kemudian saat ini pemerintah sudah tidak lagi mematok tolok ukur akan keberhasilan pariwisata dengan upaya mendatangkan orang berjumlah banyak saja.
Pasalnya, jika hal demikian terus terjadi, maka bukan tidak mungkin akan terus berpotensi untuk menggerus kearifan lokal dari masyarakat.
Bukan tanpa alasan, pasalnya menurut Dirjen Kemendikbudristek itu kearifan lokal masyarakat mampu tergerus karena perkembangan industri serta tekanan penduduk yang semakin banyak.
Terlebih, sempat terjadi bahwa di Bali saat ini generasi mudanya semakin sedikit untuk yang mau menjadi seorang petani.
“Tadi dalam forum dibilang semakin sedikit anak di Bali yang mau jadi petani dan salah satunya karena prospek yang lemah. Kalau tidak diselamatkan cepat-cepat, ini akan tergerus habis,” pungkas Hilman.