Pemerintah Genjot SDM di Papua dan Papua Barat
Oleh : Rebeca Marian )*
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci sukses dalam pembangunan bangsa. Oleh sebab itu, Pemerintah terus menggenjot peningkatan kualitas SDM di Papua maupun Papua Barat agar kemajuan Papua segera terealisasi.
Masyarakat Papua adalah warga negara Indonesia, oleh karena itu mereka juga berhak mendapatkan fasilitas dan pemerataan program-program pemerintah, termasuk pemerataan pendidikan. Pendidikan amat penting karena berkaitan erat dengan sumber daya manusia (SDM). Ketika SDM-nya bagus maka suatu daerah bisa maju, karena kehidupannya berada di atas standar.
Pemerintah akan meningkatkan kualitas SDM di Papua dengan cara pendidikan vokasi. Tanpa meremehkan pendidikan formal, pendidikan vokasi memang lebih dibutuhkan bagi masyarakat di sana. Penyebabnya karena pendidikan jenis ini berfokus pada praktik sehingga tidak sekadar belajar teori, dan masyarakat yang belajar akan lebih cepat faham.
Kelebihan lain dari pendidikan vokasi adalah lebih cepat mendapatkan pekerjaan, karena saat ini banyak perusahaan yang tak hanya mensyaratkan ijazah tetapi juga skill. Dengan berbagai keterampilan yang dipelajari di lembaga pendidikan vokasi maka masyarakat Papua akan meraih pekerjaan impian dengan penuh percaya diri.
Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah menyatakan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan mendukung kompetensi SDM di Papua dan Papua Barat. Hal ini sesuai dengan Inpres nomor 9 tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat di Papua dan Papua Barat.
Ida Fauziyah melanjutkan, pihaknya telah menyiapkan program untuk mengimplementasikan inpres tentang pembangunankesejahteraan masyarakat di Papua tersebut. Akan dibangun BLK (Balai Lapangan Kerja) baru untuk menjangkau lebih banyak warga di Bumi Cendrawasih. BLK ini akan melengkapi BLK milik pemerintah daerah dan kementrian ketenagakerjaan (Kemenaker).
BLK yang akan dibangun adalah BLK komunitas dan tiap tahun akan dibuat 25 gedung baru. Diharap dengan banyaknya BLK maka akan banyak juga masyarakat Papua yang bisa belajar di sana dan mendapatkan keterampilan baru. Misalnya menjahit, memasak, membuat kue, membongkar mesin dan keterampilan lain di bengkel, dll.
Banyaknya BLK bisa menggenjot sumber daya manusia di Papua dan Papua Barat karena pertama, masyarakat bisa memilih keterampilan apa yang mereka pelajari. Sehingga nantinya ilmu itu akan bermanfaat sebagai modal untuk membuka usaha. Dengan mendaftar sendiri maka mereka tahu di mana passion-nya dan tidak akan ‘kesasar’, dalam artian terpaksa mempelajari ilmu yang tidak disukai.
Kedua, di BLK diajarkan ilmu dengan banyak praktik, misalnya untuk kelas menjahit akan bisa langsung memegang kain dan mesin jahit, tidak hanya berkutat pada penggambaran desain baju dan pembuatan pola. Dengan praktik tersebut maka masyarakat Papua akan makin terampil, karena sudah banyak latihan sebelum bekerja.
Ketiga, keterampilan yang dipelajari di BLK juga bermanfaat jika warga ingin melamar kerja, misalnya setelah ikut kelas menjahit bisa melamar kerja di pabrik konveksi. Dengan modal keterampilan maka mereka bisa mencari nafkah dan mendapatkan taraf kehidupan yang layak.
Sumber daya manusia yang digenjot via pendidikan vokasi menunjukkan perhatian pemerintah. Penyebabnya karena jika yang diutamakan pendidikan formal maka ada keterbatasan, misalnya dari segi usia. Sedangkan jika ke BLK yang boleh mendaftar maksimal 45 tahun, sehingga para mama muda (sebutan untuk ibu-ibu di Papua) bisa belajar juga di BLK.
Keberadaan BLK amat penting, terutama di Papua dan Papua Barat, karena balai ini akan meningkatkan keterampilan dan menggenjot sumber daya manusia. Masyarakat akan lebih punya skill mumpuni dan bisa dipakai, baik untuk modal berwirausaha maupun untuk melamar kerja.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta