Pemerintah Indonesia Optimal Mendukung Palestina
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina membuatnya dikecam oleh banyak orang. Pemerintah Indonesia mendukung Palestina dengan cara mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak lebih tegas. Selain itu, pemerintah juga memutus hubungan diplomatik dengan Israel.
Palestina kembali bergejolak ketika tentara Israel mengusir mereka dari wilayah Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur. Selain itu, masjidil Aqsa juga menjadi sasaran penyerangan dengan peluru karet dan granat kejut. Padahal peristiwa itu terjadi malam hari dan masjid menjadi tempat salat tarawih, karena masih bulan ramadhan. Penduduk Palestina spontan melawan dengan melempar batu, namun mereka kalah dan memakan 200 korban luka.
Peristiwa tragis ini spontan memancing amarah seluruh orang, karena penyerangan diadakan saat umat sedang malaksanakan ibadah. Beraninya tentara Israel main belakang! Kekejaman mereka sudah berada di luar batas dan jelas-jelas menghalangi hak asasi warga Palestina untuk melaksanakan ibadah di bulan puasa.
Pemerintah Indonesia menyatakan sikap tegasnya dalam peristiwa ini. Presiden langsung memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Penyebabnya karena pemerintah Israel dianggap sengaja melanggar hukum dan tidak berprikemanusiaan sama sekali. Dalam artian, tidak ada gunanya melanjutkan hubungan antar negara karena Israel ketahuan berbuat terlalu kejam.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa pemerintah mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil sikap dalam peristiwa penyerangan ini. indonesia akan mendukung perjuangan rakyat Palestina. Pemerintah juga terus mencermati perkembangan baru di Palestina.
Mengapa pemerintah mendukung Palestina? Pertama, karena mereka sudah bertahun-tahun menjadi korban kekejaman Israel. Perebutan wilayah di Gaza oleh Israel mambuat Palestina menjadi terjajah. Masyarakat di sana jadi melanjutkan hidup di bawah ketakutan akan teror dan roket yang bisa meluncur sewaktu-waktu dari pihak Israel.
Kedua, tentara Israel sudah bertindak jauh di luar batas dengan menyerang kompleks Masjidil Aqsa. Padahal itu adalah rumah Tuhan dan sekaligus jadi tempat ibadah, tetapi mereka malah berbuat seenaknya. Mereka tidak memahami pluralisme dan selalu terseret isu SARA.
Ketiga, hubungan antara Indonesia dan Palestina sangat istimewa, karena sudah terjalin sebelum NKRI merdeka. Menurut sejarah, pada tahun 1931, seorang mufti Palestina bernama Sayyid Amin Al-Husaini menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia dan bahkan mengirim telegram ke Jepang pada tahun 1944.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki hubungan emosional yang erat dengan Palestina, karena sudah menjadi saudara sejak puluhan tahun lalu. Ketika dulu mereka mendukung kemerdekaan kita, saat inilah gantian kita yang mendukung mereka. Sehingga diharap Palestina segera merdeka dan damai tanpa ada teror dan ancaman dari pihak lain.
Sementara itu, rakyat Indonesia juga men-support langkah pemerintah untuk mendukung penuh warga Palestina. Bantuan mulai dari uang hingga barang-barang yang diperlukan, akan dikirim langsung ke sana. Koordinasi diatur oleh lembaga donasi dan kemanusiaan. Banyak yang patungan demi membantu mereka yang menderita di Palestina.
Mengapa bantuan yang datang berupa dukungan resmi, uang, dan barang? Bukan mengutus langsung tentara Indonesia ke Palestina? Penyebabnya karena kita tidak boleh gegabah dengan bertindak spontan seperti itu, karena untuk urusan perdamaian dan menengahi konflik, adalah tugas dari PBB.
Jika Indonesia langsung emosi dan beraksi keras maka akan melangkahi kewenangan PBB. Sehingga yang bisa dilakukan adalah dengan mendesak Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres untuk segera mengakhiri konflik di Palestina dan menegur keras Israel. Semoga Antonio Guterres segera tanggap, karena yang mendesaknya bukan hanya pemerintah Indonesia, melainkan pemerintahan negara lain.
Semoga PBB segera bertindak dengan ‘menjewer’ Israel dan mengakhiri konflik di Palestina. Karena mereka sudah melewati batas dan melanggar hak asasi manusia untuk beribadah. Selain itu, Israel sudah bertindak terlalu kejam dengan mengusir penduduk Palestina dari tempat kelahirannya.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini