Pemerintah Indonesia Optimal Tangani Virus Corona, Publik Tak Perlu Resah
Oleh : Ahmad Kurniawan )*
Pemerintah Indonesia telah optimal dalam menanggulangi penyebaran Virus Corona. Kesiapan tersebut ditunjang oleh infrastruktur medis, standar operasional, dan tenaga kesehatan profesional, sehingga publik diharapkan tidak perlu resah dalam menyikapi wabah dari China tersebut.
Virus bernama Corona saat ini tengah menggegerkan dunia. Virus yang diduga berasal dari kota Wuhan, China ini dianggap sangat mematikan. Virus Corona dinilai masih satu keluarga besar dengan virus flu biasa, juga virus yang lebih parah, yakni SARS dan MERS (middle east respiratory syndrom). Virus yang baru ditemukan di Wuhan ini sementara dinamakan novel corona virus atau dengan sebutan 2019-nCoV.
Merebaknya virus baru nyatanya menimbulkan kegemparan global. Penyebarannya sangat cepat sehingga membuat panik banyak negara-negara tetangga. Menurut sejumlah laporan, tercatat sudah ada 80 orang meninggal dunia. Ada 90 WNI yang masih tertahan di Kota Wuhan. Angka korban ini diyakini akan terus meningkat. Dalam hitungan minggu, virus baru ini telah berekspansi ke puluhan provinsi dan melintas ke setidaknya 10 negara. Layaknya negara lainnya, Indonesia juga merasakan kegentingan atas penyebaran virus ini.
Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke dua di dunia, Tiongkok bergerak dengan cepat. Minggu pertama Januari, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit segera membentuk satuan tugas manajemen guna menangani insiden ini serta langsung mengaktifkan sistem tanggap darurat.
Langkah awal menyetop aliran pergerakan orang yang terinfeksi melalui karantina dan isolasi. Transportasi penumpang harus dipantau maupun dibatasi. Sebagai informasi, pasar hewan tempat virus 2019-nCoV berasal, diduga terletak dekat salah satu stasiun kereta kota, tempat pemberhentian beberapa kereta dengan kecepatan tinggi. Diasumsikan bahwa orang-orang dan hewan-hewan hidup, berjalan dengan jarak dekat. Maka disimpulkan, sangat mungkin ikut menyebarkan virus ke kota-kota di seluruh Tiongkok. Oleh karena itu, pihak berwenang mendirikan stasiun pemeriksaan demam di setiap terminal udara, bus, dan juga kereta.
WHO memang baru sebatas menyatakan bahwa wabah virus 2019-nCoV ini darurat di Tiongkok, namun belum menjadi darurat global. WHO juga tengah merekomendasikan beberapa langkah praktis dan teknis untuk mencegah penularan epidemi ini. Di antaranya ialah; menghindari kontak dekat dengan penderita demam dan batuk, sering mencuci tangan dengan sabun atau air dengan basis alkohol. Kemudian, penderita jika batuk atau bersin, wajib menggunakan masker, jika menderita demam, batuk, dan sekaligus sesak napas, segera periksa ke dokter dan seterusnya.
Kendati demikian, Kementerian Perhubungan dan stakeholder terkait lainnya, telah meningkatkan kewaspadaan penyebaran virus corona yaitu, dengan menjaga ketat sistem keamanan di bandara maupun pelabuhan. Termasuk imbauan tentang penggunaan masker. Hal tersebut harus dilakukan agar pemerintah tidak kecolongan terhadap penumpang yang datang dari China dan negara-negara yang rentan terhadap virus tersebut.
Tak berhenti disitu, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, drg R Vensya Sitohan MEpid, menyatakan bahwa setidaknya 135 pintu masuk negara baik melalui jalur laut maupun jalur udara telah disiap-siagakan guna menghadapi dan mengantisipasi penyebaran virus corona di Tanah Air. Setidaknya terdapat 19 wilayah yang paling diperketat.
Selain itu, terdapat tiga tindakan yang dilakukan untuk memperketat pengawasan di bandara dan juga pelabuhan. Khususnya pada para pelancong yang diduga berpotensi membawa virus corona masuk ke Indonesia, yakni dengan cara sebagai berikut.
1. Body Thermal Scanner
Body thermal scanner ini ialah pengukur suhu tubuh, yang wajib dilalui oleh semua penumpang dan kru pesawat yang datang atau akan pergi dari bandara
Deteksi suhu tubuh itu akan memberikan tanda saat seseorang mempunyai kondisi suhu diatas atau lebih dari 38 derajat celcius.
Suhu tubuh yang tinggi inilah yang menjadi salah satu gejala dari virus corona, meskipun bukan berarti orang tersebut pasti positif terpapar virus corona.
2. Pengecekan petugas
Setelah melalui pemeriksaan body thermal scanner, akan ada petugas yang selanjutnya melakukan pengecekan kembali kepada pelancong tersebut. Ketika kondisi tubuhnya berada di atas 38 derajat celcius, maka akan dibawa ke ruang kesehatan serta ditanyai oleh petugas kesehatan.
3. Penanganan medis
Dalam penanganan medis ini, ahli medis akan melakukan penanganan berupa pengobatan atas gejala yang ada. Sebab, virus ini belum terdapat vaksinnya.
Vensya juga menyebutkan sekitar 119 rumah sakit telah disiap siagakan untuk dapat melakukan beragam antisipasi dalam menghadapi jika penyebaran virus corona ini sampai terjadi.
Selain melakukan persiapan kesiagaan di berbagai sektor, diharapkan agar ketika ada dugaan seseorang terinfeksi virus corona di Indonesia, setiap sektor diminta untuk segera melakukan pembaharuan standar operasional prosedur dalam penanganan virus ini.
Lebih lanjut, nantinya setiap negara akan melaporkan bagaimana hasil beserta penanganannya, karena kasus ini merupakan masalah global sehingga harus hadapi dengan tanggap bersama-sama (negara lain), imbuh Anas Ma’ruf, Kepala KKP Kelas I Bandara Soekarno Hatta.
Mengingat, virus ini dinilai cukup mematikan. Upaya pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran virus ini perlu didukung. Yakni, dengan melakukan langkah siaga seperti menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga. Sebab, penyebaran virus Corona ini akan sangat cepat menyerang pada orang-orang dengan imun tubuh yang lemah. Sehingga, dengan mengoptimalkan kondisi kesehatan, berbagai kemungkinan terinfeksi aneka virus dapat ditekan. Semoga saja, Tanah Air tidak terdampak virus yang tengah menjadi kegemparan global ini. Pemerintah juga meminta kepada seluruh warganya untuk tetap tenang, karena telah diupayakan antisipasi secara maksimal.
)* Penulis adalah pengamat sosial politik