Polemik Politik

Kontestasi Pemilu 2024 Menuntut Parpol Baru Untuk Berikan Narasi Politik yang Baru dan Segar

Jakarta – Pemerhati isu-isu global dan strategis, Prof Dubes Imron Cotan mengungkapkan bahwa untuk bisa merebut dukungan pemilih dan lolos electoral threshold, parpol baru dan parpol non-parlemen ditantang untuk bisa menghadirkan gagasan-gagasan baru dan segar.

Partai politik (parpol) baru atau parpol non-parlemen dihadapkan pada pertarungan elektoral yang sengit melawan parpol-parpol yang sudah eksis sebelumnya. Parpol baru dan parpol non-parlemen harus bisa menawarkan solusi bagi persoalan yang dihadapi Generasi Milenial dan Generasi Z untuk menarik suara.

“Hal penting yang perlu dicatat adalah Generasi Milenial dan Generasi Z, terdeteksi tidak memiliki pilihan ideologi yang “fixed”, selain terpaku pada gadget. Jika mampu menarik dukungan generasi muda tersebut memanfaatkan gadget, parpol baru memiliki potensi untuk menyundul eksistensi parpol yang telah lahir lebih dahulu”, ujar Prof. Imron pada Webinar Nasional Moya Institute bertema “Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024”, Jumat, 21 Juli 2023.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfudz Siddiq mengemukakan, ada konsekuensi yang diterima parpol baru dengan dtetapkannya secara bersamaan antara Pilpres dan Pileg tahun 2024. Masyarakat akan jauh lebih tertarik dengan parpol yang mengusung capres.

Menurutnya, Parpol baru dituntut untuk bisa bersaing dalam mendapatkan suara melalui sosialisasi meminggirkan isu tentang siapa saja yang akan lolos ke parlemen melalui Pileg.

“Parpol yang punya capres lebih diuntungkan sebab dapat mendongkrak elektabilitas partainya, berbeda dengan parpol baru. Hal ini menuntut upaya ekstra parpol baru untuk melakukan sosialisasi. Salah-satunya caranya memang ikut-ikutan meng-endorse capres tertentu,” ucap Mahfudz.

Ketua Harian Partai Perindo Tuan Guru Bajang Zainul Mazdi menyebut, parpol baru masih memiliki peluang untuk bisa masuk dan menempatkan wakilnya di kursi parlemen. Parpol baru harus memiliki ide dan gagasan yang inovatif dalam meraih suara masyarakat.

“Pemilih muda cenderung ingin sesuatu yang baru, tidak ingin terikat pada pakem lama. Perjumpaan Pilpres dan Pileg bisa jadi tantangan dan peluang bagi parpol baru tersebut,” ungkap TGB Zainul Mazdi.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengungkapkan, berdasarkan kajian sejak Pemilu 2024 ada tujuh faktor yang pengaruhi suara ke parpol yaitu mempunyai tokoh yang memayungi semua dapil; citra parpol; perputaran mesin parpol; kemampuan memahami peta persaingan antar-parpol; kharisma kandidat di tingkat lokal; menyadari karakteristik pemilih; dan efek Pemilu.

Djayadi menjelaskan, Parpol baru tidak bisa hanya mengandalkan satu strategi untuk memenangkan suara, tetapi juga harus memiliki strategi yang diadaptasi secara lokal untuk mendukung mereka dan mendatangkan tokoh-tokoh lokal yang populer.

Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menyampaikan, bagaimana pun dinamisnya konstestasi politik dan demokrasi tahun 2024, diharapkan pemilu berlangsung secara demokratis, damai, dan dewasa sekaligus menghadirkan pemimpin yang mumpuni.

“Parpol lama dan baru sama-sama memiliki tantangan dan peluang. Narasi baru yang diusung mereka akan memberikan dampak yang berbeda. Identifikasi isu menjadi hal yan paling utama untuk meyakinkan pemilih,” imbuh Hery.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih