Pemerintah Maksimal Mengantisipasi Inflasi Pangan
Pemerintah berusaha maksimal untuk mengantisipasi inflasi pangan yang berpotensi terjadi. Salah satu cara tersebut ditempuh dengan menyiapkan stok pangan secara dini guna mengantisipasi adanya kekurangan persedian pangan.
Penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan sehari-hari dan belum diganti oleh bahan pokok lain (kecuali di daerah timur yang lebih sering makan sagu dan jagung). Keberadaan beras menjadi nomor 1, sehingga jika bahan pokok ini langka, akan membuat pusing (terutama bagi ibu-ibu). Harga beras selama ini juga stabil dan masih dalam jangkauan dompet masyarakat.
Akan tetapi ada ancaman inflasi pangan yang diprediksi oleh FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian). Organisasi internasional ini menghitung ada kenaikan sebanyak 3% pada harga pangan dunia, karena naiknya harga gandum dan minyak sayur. Dalam artian, dikhawatirkan harga barang pokok lain seperti beras juga bisa ikut naik.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin menyatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena stok sangat aman, mencapai 1 hingga 1,5 ton beras. sangat cukup untuk persediaan dan antisipasi bencana. Sehingga tidak akan ada inflasi bahan pangan di Indonesia. Ketika ada prediksi inflasi harga bahan pangan maka tidak akan terlalu berpengaruh di negeri ini.
Dalam artian, masyarakat tidak akan khawatir karena beras sangat mencukupi dan tidak akan jadi barang langka. Mereka tidak takut beras akan jadi primadona dan hanya bisa didapatkan secara murah dengan mengantri panjang, seperti yang terjadi saat krisis moneter 1998 lalu.
Kelangkaan beras memang harus dicegah sehingga stok dipastikan selalu tersedia. Pasalnya, jika beras langka maka ia akan mengikuti hukum ekonomi. Harganya bisa naik drastis dan memusingkan masyarakat, karena mau tak mau harus dibeli.
Selain itu, jika ada kenaikan harga beras biasanya diikuti dengan kenaikan harga barang pokok lain. Sehingga akan makin memusingkan masyarakat. Oleh karena itu persediaan beras harus dijaga, agar benar-benar aman dan menjauhkan dari inflasi pangan.
Jika stok beras tersedia maka akan bisa mengantisipasi bencana. Seperti yang kita tahu, perubahan iklim telah menggeser musim hujan dan musim panas, sehingga dikhawatirkan ada gagal panen. Namun ketika ada stok beras maka saat kemungkinan terburuk (gagal panen) ini terjadi, kita tidak akan takut karena persediaan aman.
Untuk makin menambah persediaan beras maka pemerintah membuat program penambahan sawah. Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin menyatakan bahwa pemerintah akan menetapkan kebijakan penambahan luas lahan sawah melalui pengembangan pangan skala luas. Saat pandemi, ketahanan pangan nasional amat penting. Sementara program penambahan sawah akan dilakukan dalam jangka menengah dan panjang.
Penambahan sawah sangat penting karena saat ini di Jawa banyak sawah yang diabat untuk pembangunan properti. Padahal jika tidak ada sawah, bagaimana bisa ada beras? Penanaman sawah yang diinisiasi oleh pemerintah rata-rata dilakukan di luar Jawa, karena luas lahannya masih tersedia. Beda dengan di Jawa yang telah dipadati oleh manusia.
Jika stok beras aman maka kita bisa tersenyum karena tidak usah mengimpor, misalnya dari Thailand. Memang beras impor rasanya berbeda, tetapi jauh lebih mahal, sehingga dianjurkan mengkonsumsi beras produksi petani Indonesia. Persediaan beras di gudang Bulog sangat aman hingga beberapa bulan ke depan, dan kita tidak usah takut stoknya habis ketika ada bencana alam pada musim hujan. Selain itu, ketika beras sangat banyak maka tidak akan jadi abrang langka, sehingga harganya merangkak naik.
Oleh : Syarifudin
Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute