Pemerintah Optimal Mempercepat Vaksinasi Tercapainya Kekebalan Kolektif
Oleh : Faldiaz Anggayana )*
Program vaksinasi nasional sedang digenjot agar lebih cepat selesai, sehingga kekebalan kolektif tercapai dan kondisi pandemi dapat berakhir. Pemerintah memiliki beberapa strategi agar bisa mempercepat vaksinasi, dengan mengamankan stok vaksin dan membuat pusat vaksinasi.
Kita sudah kelelahan menghadapi pandemi yang terjadi selama 1,5 tahun ini dan ingin secepatnya bebas dari ancaman corona yang mengerikan. Oleh karena itu pemerintah makin giat dalam menggalakkan vaksinasi, sebagai salah satu program yang ampuh untuk menghalau virus covid-19. Vaksin digratiskan 100% dan diberikan pada masyarakat agar mereka mendapatkan kekebalan tubuh yang bagus.
Percepatan vaksinasi menjadi goal dari pemerintah dan Kementrian Kesehatan berusaha keras agar target tercapai. Awalnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mentargetkan 18 bulan selesai vaksinasi tetapi akhirnya direvisi jadi 12 bulan saja, setelah mendapat teguran dari Presiden Jokowi. Beliau ingin agar kekebalan kolektif segera terbentuk, sehingga kita bisa mengerakkan lagi roda perekonomian negara.
Strategi pertama pemerintah dalam mempercepat vaksinasi adalah menambah stok vaksin covid-19. Awalnya kita memakai Sinovac (buatan RRC) tetapi kemudian didatangkan merek lain, seperti AstraZaneca, Pfizer, dan Moderna. Tujuannya agar makin banyak persediaan vaksin dan tidak hanya mengandalkan hanya dari 1 merek.
Pemerintah juga akan mendatangkan 5 juta dosis vaksin Sinovac sekaligus, pada agustus ini. Kepala BPOM Penny Lukito menjelaskan bahwa vaksin ini dalam bentuk siap pakai dan 1 ampul isinya 1 mililiter. Kali ini vaksinnya bisa langsung disuntikkan, bukan dalam bentuk bulk alias bahan vaksin (yang harus diolah di lab terlebih dahulu), sehingga bisa disitribusikan ke seluruh Indonesia.
Sedangkan strategi kedua untuk mempercepat vaksinasi nasional adalah dengan membuat pusat vaksinasi. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa akan dibuat 3 pusat vaksinasi di Jawa Timur dan Jawa Barat dan disiapkan 15.000 dosis vaksin. Sehingga masyarakat yang akan divaksin bisa langsung datang ke sana dan mendapatkan injeksi serta kekebalan tubuh yang bagus.
Dengan adanya pusat vaksinasi maka penginjeksian akan lebih cepat selesai, karena dilakukan vaksinasi massal di sana. Selain itu, pendataan juga lebih bagus karena menggunakan sistem digital, dan yang sudah divaksin langsung mendapatkan sertifikat dari aplikasi Peduli Lindungi.
Teknologi dan digitalisasi juga membantu dalam vaksinasi nasional dan di Jawa Barat sudah dilakukan oleh sebuah perusahaan transportasi swasta. Mereka melakukan vaksinasi massal dengan sistem drive thru sehingga antrian berlangsung dengan cepat dan aman, serta manghindari terbentuknya kerumunan. Sebelum vaksinasi ada pre-screening dengan telemedicine sehingga aman (karena tidak berkontak langsung dengan nakes).
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memuji program vaksinasi drive thru karena makin cepat yang divaksin akan makin banyak warga yang mendapatkan injeksi. Selain itu, yang divaksin tidak hanya driver perusahaan tersebut tetapi juga masyarakat umum, sehingga membantu pemerintah untuk mempercepat program vaksinasi nasional.
Selain itu ada pula program vaksinasi door to door yang digagas oleh BIN, sehingga para tenaga medis yang langsung mendatangi masyarakat. Di perkampungan, perumahan, maupun sekolah, mereka datang dengan mobil yang lengkap dengan peralatan medis, sehingga banyak orang yang mendapatkan vaksin tanpa harus keluar dari lingkungannya. Program ini sangat membantu karena memudahkan mereka yang kesulitan mendapatkan transportasi.
Program vaksinasi nasional digenjot dan targetnya adalah 3 juta suntikan dalam sehari, sehingga kita bisa dengan cepat mendapatkan kekebalan kolektif. Ketika makin banyak yang diinjeksi maka makin cepat target tercapai. Pemerintah senang karena dibantu banyak pihak untuk mensukseskan program ini.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute