Polemik Politik

Pemerintah Optimal Menangani Bencana di NTT dan NTB

Oleh : Dodik Prasetyo )*

Banjir yang melanda kawasan Nusa Tenggara membuat masyarakat di sana menderita. Presiden langsung menginstruksikan untuk menangani bencana di sana dan menolong para pengungsi yang kelaparan. Pemerintah langsung bertindak cepat, agar banjir ini tidak membawa korban-korban yang selanjutnya.

Tanggal 1 april 2021, curah hujan di kawasan Bima, Nusa Tenggara Barat, sangat tinggi. Akibatnya ada 29 desa di 4 kecamatan yang terkena banjir (Bolo, Madapangga, Woha Desa Naru, dan Monta). Banjir parah ini mengakibatkan 2 orang jadi korban jiwa. Sementara di NTT malah lebih parah lagi. Sebanyak 84 orang meninggal dunia karena dilanda banjir. Sementara 71 orang masih dalam tahap pencarian.

Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi menyatakan bahwa hampir seluruh daerah di NTT terkena dampak banjir. Terutama di 8 kabupaten/kota, yakni Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Alor, Kab Malaka, dan Kab Saburaijua. Banjir ini akibat dari dampak siklon tropis Seroja.

Presiden Jokowi memerintahkan Kepala Basarnas, Kepala BNPB, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Menteri PUPR, Kapolri, dan Panglim TNI untuk melakukan evakuasi. Juga penanganan korban bencana dan penanganan dampak bencana. Penanganan harus dilakukan dengan baik agar distribusi bantuan lancar. Masyarakat juga harus mengikuti arahan petugas dan tetap waspada.

Presien Jokowi menambahkan, untuk evakuasi korban banjir di NTT dan NTB, maka harus dibuka akses laut dan udara. Penyebabnya karena jalur darat susah ditempuh (karena digenangi air yang tinggi). Juga untuk menolng warga yang ada di daaerah terisolir, seperti Alor, Pulau Pantar, dan pulau-pulau lainnya.

Instruksi presiden menunjukkan bahwa pemerintah sudah berusaha untuk menangani bencana banjir di NTT dan NTB dengan optimal. Bantuan berupa sembako, makanan instan, pakaian, obat-obatan, dll harus disalurkan sesegera mungkin. Karena para korban banjir sangat membutuhkannya di pengungsian.

Presiden tak hanya menginstruksikan Kepala Basarnas dan Kepala BNPB untuk bertindak cepat. Namun juga Kapolri dan Panglima TNI. Anggota Polri dan TNI langsung ditugaskan ke daerah bencana untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Jangan sampai ada oknum yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dan mengambil harta para korban banjir.

Tim medis juga diterjunkan langsung ke lokasi banjir di NTT dan NTB. Rata-rata pengungsi butuh obat diare, gatal-gatal, dan masuk angin, karena terkena luapan air yang dingin dan kotor. Tim medis juga siaga jika ada pengungsi yang sesak napas atau demam, atau mengalami penyakit lain.

Instruksi Presiden untuk menolong para korban banjir dilaksanakan sesegera mungkin oleh tim. Apalagi saat ini masih masa pandemi. Para korban  banjir butuh masker, hand sanitizer, dan peralatan lain untuk menjaga protokol kesehatan. Kondisi pengungsi harus dijaga, jangan sampai drop dan terkena corona. Apalagi jika ia memiliki komorbid alias penyakit bawaan.

Untuk mencegah penularan corona, maka di tenda pengungsian harus diatur agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Pengungsi tidak boleh tidur berdesakan dalam 1 ruangan yang sempit. Lebih baik dicarikan tenda tambahan atau tempat lain, agar mereka bisa tidur dengan menjaga jarak minimal 1 meter. Jangan sampai ada klaster baru pasca banjir bandang di NTT dan NTB.

Penanganan korban bencana di NTT dan NTB diatur seoptimal mungkin. Karena banjirnya parah sampai akses jalan darat susah dilewati. Segenap pihak mulai dari kapolri, Panglima TNI, Kemensos, kemenkes, sampai Kepala BNPB diterjunkan. Agar para korban mendapatkan bantuan logistik secepat mungkin. Mereka juga wajib mendapat tempat pengungsian yang layak dan memenuhi protokol kesehatan.

)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih