Pemerintah Optimal Mencegah Teror Jelang Nataru
Oleh : Savira Ayu )*
Jelang libur Nataru (natal dan tahun baru) pemerintah melakukan pengamanan lebih ketat untuk mencegah terorisme, karena sangat rawan akan pengeboman. Personel TNI dan polri akan terus ditambah guna menjaga kedamaian perayaan Natal.
Akhir tahun identik dengan liburan dan masyarakat merayakan natal dengan sukacita. Bagi yang tidak merayakannya, mereka tetap bergembira karena ada liburan Nataru (natal dan tahun baru) sehingga bisa rehat sejenak dari kesibukan kantor. Akan tetapi keamanan masyarakat bisa terganggu karena teroris yang sengaja membuat ulah dan melakukan teror di rumah ibadah dan tempat umum lain.
Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan bahwa isu terorisme masih menjadi atensi pemerintah, terutama setelah ada pengeboman di depan rumah ibadah beberapa waktu lalu. Sejumlah langkah telah diambil untuk mengatisipasi pengeboman di tempat umum maupun rumah ibadah. Apalagi umat nasrani yang merayakan natal perlu dilindungi agar bisa melakukan misa tanpa takut ada ancaman pengeboman oleh teroris.
Perlindungan lebih ditingkatkan jelang Nataru dan Polri selalu melakukan operasi lilin untuk mengamankan masyarakat. Selain melindungi umat yang akan merayakan natal, operasi ini juga dimaksudkan untuk merazia, jangan sampai ada yang berkeliaran dan membawa bom, senjata api, senjata tajam, atau barang berbahaya lain.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa sebenarnya keadaan masih kondusif. Namun ia meminta jajarannya untuk memetakan potensi kerawanan dan mengantisipasi sejak dini potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat jelang Nataru. Antisipasi perlu dilakukan karena selama tahun 2021 ada banyak kegiatan yang berpotensi menjadi gangguan ketertiban dan keamanan.
Selain memperketat keamanan, maka Polri bekerja sama juga dengan Densus 88 antiteror untuk menangkap para teroris. Hal ini sebagai tindakan pencegahan agar mereka tidak bisa melakukan teror atau pengeboman, baik di depan rumah ibadah atau tempat umum lainnya. Teroris amat berbahaya karena sudah dicuci otak sehingga buta mata hatinya dan tega membunuh tanpa berperikemanusiaan.
Tanggal 9 november 2021 Densus 88 antiteror telah menangkap 5 teroris di 4 daerah di Jawa Timur, yakni Gresik, Sumenep, Kediri, dan Bojonegoro. Dalam penggeledahan terdapat barang bukti berupa buku jihad. Pencegahan dengan penangkapan teroris amat diperlukan karena jangan sampai di bulan desember ini teroris membuat bom lalu meletakannya di fasilitas umum dan membahayakan masyarakat.
Untuk mencegah terorisme jelang liburan Nataru maka langkah selanjutnya adalah dengan menelusuri sumber keuangan para teroris, karena tanpa uang mereka tidak bisa membuat bom (karena modalnya bisa jutaan rupiah). Penangkapan teroris di Lampung merupakan bukti keseriusan Polri dan pemerintah dalam memberantas terorisme sekaligus mencegah kekacauan di libur Nataru.
Saat teroris di Lampung tertangkap maka terungkap fakta bahwa ia terbukti menyalahgunakan dana sumbangan masyarakat yang masuk melalui badan amal. Bukannya diberikan kepada anak yatim piatu atau fakir miskin, uang donasi itu malah dibuat pendanaan teroris, sungguh miris.
Setelah teroris itu tertangkap maka akan diselidiki lagi karena bisa jadi ada jaringan terorisme lain, baik di Sumatera, Jawa, atau pulau lainnya. Teroris yang tertangkap bisa jadi informan sehingga bisa mecegah aksi terorisme berikutnya, terutama jelang libur Nataru.
Liburan Nataru bisa sangat berkesan tetapi juga menakutkan karena dibayang-bayangi oleh ancaman pengeboman oleh teroris. Polri dan Densus 88 antiteror berusaha keras agar makin banyak menangkap teroris, agar mereka tidak bisa membuat kekacauan pada libur Nataru. Terorisme wajib diberantas agar negeri ini tidak hancur.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini