Pemerintah Optimal Menyiapkan Sarana Vaksin Corona
Oleh : Edward Rumingkang )*
Vaksin corona yang akan mendarat di Indonesia sekitar 1-2 bulan mendatang membuat masyarakat gembira. Ada harapan pandemi akan segera berakhir. Pemerintah saat ini menyiapkan sarana vaksin dan mengatur rencana, agar pemberian imunisasi corona berjalan dengan lancar.
Masyarakat sudah hampir lelah menjalani kehidupan dalam masa pandemi selama lebih dari 7 bulan. Namun saat ini mereka lega karena sebentar lagi ada penyuntikan vaksin corona secara massal di Indonesia. Vaksin ini diklaim memiliki efektivitas lebih dari 95%, sehingga membuat orang yang mendapatkannya bisa kebal dari virus covid-19.
Sebelum vaksin benar-benar siap untuk masuk ke Indonesia, pemerintah sudah menyiapkan segala sesuatunya, agar ketika penyuntikan dimulai akan berjalan tanpa kendala. Presiden Jokowi juga meninjau simulasi imunisasi agar seluruh proses jadi lancar. Salah satu fokus pemerintah dalam persiapan ini adalah pengadaan sarana vaksin.
Sarana vaksin berupa cold chain atau tempat yang dingin agar suhunya terjaga. Menurut juru bicara tim satgas penanganan covid-19 Dokter Wiku Adisasmito, secara logistik, kesiapan prosedur untuk cold chain sudah siap, terjaga kualitasnya dan juga efektvitasnya. Saat ini cold chain yang sudah siap sebanyak 97%.
Cold chain sangat diperlukan karena jika jumlahnya kurang atau suhunya terlalu panas, dikhawatirkan akan merusak isi vaksin covid-19. Sehingga pemberian imunisasi corona jadi tidak efektif. Sayang sekali jika vaksin yang sudah didapatkan dengan menunggu lama dan didapatkan dari riset yang teliti, jadi rusak karena kecerobohan seperti ini.
Selain cold chain, persiapan lain adalah jumlah sumber daya manusia saat imunisasi corona. Karena yang disuntik adalah banyak orang, jadi butuh banyak petugas, agar semua berjalan dengan lancar. Jika memang jumlah tenaga medis di Desa tersebut kurang, maka bisa merekrut relawan. Agar tugas para nakes jadi ringan dan mereka tidak kelelahan.
Pemerintah juga melakukan pemilihan agar daerah mana yang diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin covid-19. Daerah yang dipilih berdasarkan jumlah penduduk, jumlah kasus, luas wilayah, dan lain-lain. Jadi tidak asal pilih. Misalnya ketika jumlah pasien corona di Indonesia bagian timur membludak, maka akan diprioritaskan.
Ketika ada kota yang berzona merah, bahkan hitam, tentu lebih diprioritaskan daripada tempat lain yang berstatus zona jingga atau hijau. Jadi, pemilihan prioritas bukan berdasarkan jarak kota tersebut dari Jakarta. Atau berdasarkan kedekatan walikota atau bupati dengan pemerintah pusat. Pemerintah berusaha adil dan akan memberi vaksin pada semua rakyatnya.
Sementara warga negara Indonesia yang diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin corona terlebih dahulu adalah para dokter dan tenaga medis lain. Hal ini bukan berarti menganak emaskan mereka. Namun para nakes memang lebih beresiko tertular virus covid-19 dari pasien. Sehingga kondisinya sangat urgent untuk mendapatkan prioritas imunisasi corona.
Setelah para dokter selesai diimunisasi, maka selanjutnya warga sipil akan mendapat gilirannya. Semua wajib disuntik vaksin corona, agar tak ada lagi pasien covid dan pandemi bisa segera berakhir. Jangan malah menolak imunisasi dengan berbagai alasan, karena tidak ada herd immunity saat pandemi covid-19 masih berlangsung.
Sambil menunggu vaksin diberikan, maka kita masih wajib untuk menaati protokol kesehatan dan tetap pakai masker saat keluar rumah. Jangan mendekati keramaian karena corona bisa menular lewat udara yang kotor dan pengap. Tetaplah jaga higienitas dan imunitas tubuh agar tidak mudah tertular virus covid-19.
Persiapan sarana vaksin covid-19 sudah hampr selesai dari segi sarananya. Prioritas pemberian vaksin juga masih diatur, agar wilayah yang memiliki jumlah kasus corona terbanyak mendapatkannya terlebih dahulu. Kita menunggu kedatangannya dengan sabar, dan menanti giliran kapan akan diimunisasi. Jangan khawatir karena pada akhirnya semua akan mendapatkan vaksin.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini