Polemik Politik

Presidensi G20 Buktikan Indonesia Kondusif untuk Investasi

Oleh : Dian Ahadi )*

Indonesia secara resmi memegang presidensi Group of Twenty (G20). Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 tersebut menunjukkan besarnya kepercayaan internasional sekaligus bukti Indonesia kondusif untuk investasi.

Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang menjadi presidensi pertemuan G20 yang merupakan negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia akan tetap berfokus untuk mengangkat isu-isu yang merepresentasikan kebutuhan nasional, negara berkembang dan maju serta negara miskin.

            G20 memiliki peranan yang sangat strategis di dalam memformulasikan berbagai isu global terkait pertumbuhan dan perekonomian serta stabilitas ekonomi dan keuangan. Karena keanggotaannya yang terdiri dari kombinasi negara maju dan berkembang yang merupakan 66 persen populasi dunia. Oleh karena itu, dengan terpilihnya Indonesia mejadi Presidensi G20 akan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

            Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Pemerintah akan terus mendorong kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia melalui perbaikan sistem kemudahan berusaha. Airlangga yakin, peningkatan keyakinan dalam pertumbuhan lintas batas dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan optimism and awareness terkait reformasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung kemudahan dalam berusaha.

            Pemerintah juga akan terus mendorong promosi terkait kemudahan dalam berinestasi di Indonesia dengan mengutamakan isu investasi dan pembangunan yang berkelanjutan. Di sisi lain, digitalisasi juga akan memiliki peranan penting dalam investasi dengan mengedepankan competitive advantage dari peluang investasi di tanah air.

            Survei yang dilaukan oleh Standard Chartered terhadap lebih dari 1.000 chief Financial Officer (CFO) dan profesional keuangan senior pada perusahaan yang memiliki omzet di atas USD 500 juta. Studi ini mengungkapkan, terlepas dari ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi global dan dampak ekonomi yang terkait pandemi, pasar luar negeri tetap menjadi kunci utama pertumbuhan. Studi ini juga mengungkapkan adanya perhatian yang lebih besar pada investasi dalam teknologi digital, penggunaan dana yang tertahan dan meningkatkan fokus pada masalah lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dalam kaitannya dengan perdagangan dan rantai pasokan.

            Survei tersebut tentu saja mengungkapkan bahwa sebanyak 35 persen korporasi secara menyeluruh dan 43 persen korporasi di AS mengindikasikan soal persyaratan regulasi masih menjadi perhatian nomor satu di antara responden yang ingin berekspansi ke Indonesia, meski para pemimpin telah menyadari keberadaan UU Cipta Kerja yang menjanjikan kepastian berusaha.

            Kesempatan Indonesia untuk menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tentu saja bisa menjadi momen bagi Indonesia untuk memperkenalkan sumber daya alam dan kemampuan untuk menerima investor untk meningkatan pertumbuhan ekonomi serta perkembangan infrastruktur.

            Di samping itu, Indonesia telah beberapa kali memperbaharui regulasi yang mengatur tentang investasi demi menjaga agar investasi di Indonesia dapat berjalan sesuai azas dan tujuan yang berlaku.    

            Tujuan dari investasi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya adalah penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Indonesia sendiri menargetkan bisa menarik Investasi sebesar Rp 200 triliun – Rp 250 triliun melalui penyelenggaraan KTT G20 pada November 2022 mendatang.

            Hingga kini, pemerintah terus menyusun rencana dan target rinci terkait penarikan investasi melalui ajang tersebut. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, fokus investasi yang dikejar Indonesia adalah mereka yang mau melakukan hilirisasi di dalam negeri. Beberapa sektor yang akan difokuskan adalah pariwisata, perkebunan, batu bara dan nikel.

            Dirinya juga menyampaikan bahwa hanya Indonesia yang membangun industri sel baterai yang terintegrasi di dunia. Bahlil berpendapat industri kendaraan berlistrik mampu mengejar target investasi yang ramah lingkungan dan berkeadilan. Bahli menambahkan target investasi pada tahun 2022 akan mencapai Rp 1.200 triliun, atau naik 33,33% dibandingkan target tahun lalu.

            Total Investasi pada tahun 2021 mengalami kenaikan 9.0% dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini tentu saja menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai negara dengan destinasi investasi favorit investor. Momen KTT G20 tentu saja bisa menjadi media pengenalan kepada para delegasi yang hadir bahwa Indonesia adalah negara yang kondusif untuk investasi.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih